Surah An-Nahl Ayat 76; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah An-Nahl Ayat 76

Pecihitam.org – Kandungan Surah An-Nahl Ayat 76 ini, menjelaskan Allah adalah pemilik dan pemberi rejeki kepada seluruh makhluk dan seluruh ciptaan-Nya adalah milik-Nya. Dalam contoh lain yang dijelaskan oleh Allah, berhala-berhala diperumpamakan bak manusia yang bisu dan tuli.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ia tidak dapat memahami sesuatu dan tidak pula dapat memahamkan sesuatu kepada orang lain. Sementara Allah adalah Zat yang mendengarkan dan mampu memenuhi kebutuhan makhluk-Nya serta memberikan perintah berdasarkan keadilan. Karena jalan-Nya adalah jalan yang lurus.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nahl Ayat 76

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَّجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا أَبْكَمُ لَا يَقْدِرُ عَلَى شَيْءٍ وَهُوَ كَلٌّ عَلَى مَوْلَاهُ أَيْنَمَا يُوَجِّههُّ لَا يَأْتِ بِخَيْرٍ هَلْ يَسْتَوِي هُوَ وَمَن يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَهُوَ عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Terjemahan: Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?

Tafsir Jalalain: وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلً (Dan Allah membuat pula perumpamaan) lafal مَثَلًا ini kemudian dijelaskan oleh badalnya, yaitu رَّجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا أَبْكَمُ (dua orang lelaki yang seorang bisu) dilahirkan dalam keadaan cacat tidak dapat berbicara لَا يَقْدِرُ عَلَى شَيْءٍ (tidak dapat berbuat sesuatu pun) karenanya ia tidak dapat menangkap pemahaman dan tidak pula dapat memberikan pemahaman.

Baca Juga:  Surah Al Baqarah Ayat 1-5; Tafsir dan Terjemahan

وَهُوَ كَلٌّ (dan dia menjadi beban) yang berat عَلَى مَوْلَاهُ (atas orang yang menanggungnya) atas walinya أَيْنَمَا يُوَجِّههُّ (ke mana saja dia diarahkan) disuruh لَا يَأْتِ (dia tidak dapat mendatangkan) dari tindakannya itu بِخَيْرٍ (suatu kebaikan pun) artinya ia tidak pernah berhasil; ini perumpamaan orang kafir.

هَلْ يَسْتَوِي (Samakah orang itu) orang yang bisu itu هُوَ وَمَن يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ (dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan) artinya dengan orang yang dapat berbicara dan pembicaraannya itu bermanfaat bagi manusia karena ia menyuruh dan menganjurkan manusia untuk berbuat keadilan

وَهُوَ عَلَى صِرَاطٍ (dan dia berada pula di atas jalan) di jalan مُّسْتَقِيمٍ (yang lurus) ini perumpamaan orang yang kedua, yaitu orang muslim. Tentu saja keduanya tidak sama. Akan tetapi menurut suatu pendapat dikatakan bahwa yang kedua ini merupakan misal bagi Allah sedangkan misal yang pertama ditujukan untuk berhala-berhala. Sedangkan perumpamaan yang ada pada ayat sebelumnya adalah perumpamaan antara orang kafir dan orang mukmin.

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 22-23; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Mujahid mengatakan, ini juga merupakan perumpamaan antara berhala dan Allah yang Mahabenar. Artinya, berhala itu bisu, tidak dapat berbicara dan tidak bisa menuturkan kebaikan atau apa pun juga, serta tidak mampu melakukan apa pun; tidak ucapan dan tidak pula perbuatan. Dengan demikian, dia malah menjadi beban bagi penanggungnya.

أَيْنَمَا يُوَجِّههُّ لَا يَأْتِ بِخَيْ (Kemana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikan pun) dan usahanya sama sekali tidak berhasil. هَلْ يَسْتَوِي (Samakah orang) yang memiliki sifat-sifat seperti itu,

وَمَن يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ (Dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan) yakni dengan adil, artinya, ucapannya benar dan perbuatannya pun lurus.

وَهُوَ عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ (Dan ia berada di atas jalan yang lurus)

Tafsir Kemenag: Allah swt menjelaskan kembali perumpamaan bagi orang-orang musyrik dengan bentuk yang lebih jelas seputar kepercayaan mereka kepada patung sembahan mereka. Allah swt mengambil perumpamaan antara dua orang: yang seorang bisu, bodoh, dan tidak mengerti apa-apa dan seorang lagi mampu berbicara lagi cakap.

Orang yang pertama adalah perumpamaan untuk patung sembahan orang-orang musyrik, sedangkan yang kedua perumpamaan untuk Allah. Patutkah dipersamakan antara keduanya? Jika hal demikian tidak patut, maka lebih tidak patut lagi menyamakan antara patung dengan Allah.

Baca Juga:  Penafsiran KH. Bisri Mustafa Tentang Ayat Kemajemukan

Allah swt dalam ayat ini menerangkan persamaan sifat-sifat antara patung dengan orang yang bisu yang bukan saja tidak memiliki kemampuan berbicara, tetapi juga tidak memiliki kemampuan berpikir. Dia tidak mengerti maksud orang lain, dan orang lain juga tidak dapat memahami maksudnya.

Karena itu, dia tidak dapat menyelesaikan urusannya sendiri apalagi urusan orang lain. Dia hanya jadi beban orang lain, di manapun dia ditempatkan, dan tugas apa punyang diberikan kepadanya tentulah tidak mendatangkan hasil yang baik.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah An-Nahl Ayat 76 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S