Menjawab Tuduhan Salafi Wahabi Tentang Haramnya Membaca Yasin di Malam Jumat – Bagian 2

Menjawab Tuduhan Salafi Wahabi Tentang Haramnya Membaca Yasin di Malam Jumat - Bagian 2

PeciHitam.orgTuduhan keharaman kebiasaan membaca surat Yasin pada hari tertentu, biasa disebut Yasinan, yang berkembang di Nusantara banyak berasal dari dedengkot golongan salafi wahabi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Nama beken seperti Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawwas, Ustadz Firanda Andirja atau Ustadz Zainal Abidin.

Keharaman kebiasaan Yasinan tidak lain menurut salafi wahabi adalah tidak adanya dalil Rasulullah SAW melakukan demikian.

Klaim ini adalah bentuk penyempitan dalil terhadap riwayat Imam Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahihain tentang Hadits Taqririyah mengkhususkan membaca surat al-Ikhlas.

Riwayat Mengkhususkan Bacaan Qur’an

Menelisik dalil mengkhususkan membaca ayat al-Qur’an tertentu pernah terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW. Hadits ini berasbabul wurud dari kisah pengutusan seorang sahabat oleh Nabi untuk menjadi Imam sekelompok pasukan di Masjid Quba. Redaksi Haditsnya yaitu;

أَنَّ النَّبِيَّ بَعَثَ رَجُلاً عَلَى سَرِيَّةٍ، وَكَانَ يَقْرَأُ لأَصْحَابِهِ فِي صَلاَتِهِ، فَيَخْتِمُ بِـ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، فَلَمَّا رَجَعُوا، ذَكَرُوا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ ، فَقَالَ سَلُوْهُ، لأَيِّ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ؟، فَسَأَلُوْهُ، فَقَالَ: لأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ، وَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ أَخْبِرُوْهُ أَنَّ اللهَ يُحِبُّهُ

Hadits di atas dengan jelas menunjukan bahwa seorang Imam Masjid Quba selalu mengulang-ulang surat al-Ikhlas atau Qulhu dalam setiap rakaatnya. Redaksi artinya sebagai berikut;

Baca Juga:  Tradisi Islam Jawa, Perspektif Antropologi Dan Tafsir

“Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW mengutus seorang (sahabat) kepada sekelompok pasukan, dan ketika orang itu mengimami yang lainnya di dalam shalatnya, ia membaca, dan mengakhiri (bacaannya) dengan قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ, maka tatkala mereka kembali pulang, mereka menceritakan hal itu kepada Rasulullah SAW, lalu beliau pun bersabda:

“Tanyalah ia, mengapa ia berbuat demikian?” Lalu mereka bertanya kepadanya. Ia pun menjawab: “Karena surat ini (mengandung) sifat ar Rahman, dan aku mencintai untuk membaca surat ini,” lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Beritahu dia, sesungguhnya Allah pun mencintainya” (HR. Bukhari Muslim)

Hadits ini juga diriwayatkan dengan oleh Imam Bukhari dalam redaksi berbeda serta oleh Imam Turmudzi. Poinnya dari kedua jalur riwayat tersebut adalah kisah Sahabat Anshar ketika di utus untuk menjadi Imam di Masjid Quba namun selalu mengulang-ulang bacaan surat al—Ikhlas.

Sahabat yang menjadi makmum merasa jengah dan kemudian mengadukannya kepada Nabi Muhammad SAW dan membenarkan tindakan sahabat Anshar tersebut. Maka mengkhususkan bacaan surat tertentu dalam kesempatan tertentu bukanlah bid’ah namun sunnah Taqririyah.

Baca Juga:  Keperkasaan NU Hadapi Radikalisme dan Wahabi di Indonesia

Yasin dan Mengkhususkan Bacaannya

Surat Yasin adalah bagian tidak terpisahkan dari ayat al—Qur’an yang banyak diamalkan oleh Muslim Nusantara dalam acara Yasinan. Tuduhan Yasinan bid’ah dan sesat berasal dari golongan salafi wahabi dengan alasan tidak adanya dalil mengkhususkan bacaan ayat al-Qur’an.

Namun hadits shahih Bukhari Muslim serta dalam kitab Sunan At-Tirmidzi ditemukan dalil yang membolehkan mengkhususkan bacaan ayat al-Qur’an dalam kesempatan tertentu.

Landasan normatif pengamalan Yasinan dibaca pada waktu khusus sangat kuat, bahkan diperjelas dalam riwayat Imam at-Turmudzi;

فَلَمَّا أَتَاهُمْ النَّبِيُّ أَخْبَرُوْهُ الخَبَرَ، فَقَال يَا فُلاَنُ، مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تَفْعَلَ مَا يَأْمُرُكَ بِهِ أَصْحَابُكَ؟ وَمَا يَحْمِلُكَ عَلَى لُزُوْمِ هَذِهِ السُّوْرَةِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ؟ فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّهَا، فَقَالَ حُبُّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَـنَّةَ

Artinya; ‘Tatkala Nabi SAW mendatangi mereka (sepasukan sahabat), maka para sahabat menceritakan kronologis kejadiannya. Lalu Nabi SAW bersabda; wahai Fulan, apa yang menjadikanmu terhalang untuk melakukan perbuatan yang telah disepakati oleh para sahabatmu? Dan apa alasanmu selalu membaca surat ini (al-Ikhlas) dalam setiap rakaat shalat? Sahabat Anshar menjawab; ‘Sebenarnya saya mencintai surat ini (al-Ikhlas). Dan Rasulullah bersabda; ‘Cintamu kepadanya memasukkanmu ke dalam Surga’ (HR Bukhari dan Imam Tirmidzi)

Baca Juga:  Membangun Karakter Islam Khas Indonesia dengan Tradisi Intelektual Ulama Nusantara

Dalil tersebut menunjukan kebolehan untuk mengkhususkan bacaan al-Qur’an pada kesempatan tertentu. Tidak dengan pandangan salafi wahabi yang menolak kebiasaan Yasinan sebagai amalan yang diperkenankan dalam Islam.

Bahwa Hadits tersebut dengan gamblang menjadi dalil Muslim Nusantara untuk selalu mencintai tradisi Yasinan sebagai tradisi yang diberkahi.

Terlebih di ujung hadits tersebut dikatakan bahwa kecintaan terhadap surat al-Ikhlas menjadikan sahabat Anshar masuk ke surga.

Dalil ini bisa ditarik simpulan bahwa kebiasaan Yasinan pada malam jumat atau malam lainnya secara rutin bisa menjadikan muslim masuk ke surga. Ash—Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq