Meneladani Strategi Dakwah Sunan Gunung Jati

Meneladani Strategi Dakwah Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung jati menyebarkan Islam tidak dengan budaya arab, melainkan dengan budaya lokal sehingga Islam bisa disebarluaskan dengan damai tanpa peperangan”
(PRA Arief Natadiningrat)

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pecihitam.org – Sunan Gunung jati lahir pada tahun 1448 Masehi bernama lengkap Syarif Hidayatullah, anak dari pasangan Syarif Abdullah umdatuddin bin ali nurul alim putra mahkota dari salah satu kerajaan di Mesir dan Nyimas Rarasantang (Syarifah Mudaim) yang merupakan putri dari maharaja prabu Siliwangi.

Syarif hidayatullah lahir di makkah ketika orang tuanya berziarah ke makkah dan ditinggal oleh ayahnya ketika syarif hidayatullah memasuki usia muda. Sehingga syarif hidayatullah hanya diasuh oleh ibundanya syarufah mudaim. Akan tetapi karena minatnya yang tinggi dalam belajar ilmu agama syarif hidayatullah keliling timur tengah untuk belajar ilmu agama.

Saat usia Syarif Hidayatullah menginjak dewasa ia berkeinginan untuk menyebarkan ajaran agama Islam ditanah kelahiran ibunya di pulau jawa. Sehingga setelah meminta restu kepada ibundanya ia pergi ke pulau jawa untuk melaksanakan tugas mulia tersebut.

Sehingga yang tadinya syarif hidayatullah muda tinggal di timur tengah bersama orang tuanya, kemudian memutuskam untuk kembali ke pulau jawa dengan niat untuk menyebarkan ajaran agama islam dan melanjutkan belajar agama kepada para pendakwah yang sudah lebih dulu datang ditanah ibundanya.

Baca Juga:  Peran Habaib Dalam Pendirian Nahdlatul Ulama

Di pulau jawa sunan gunung jati menyebarkan ajaran agama Islam dari cirebon sampai ke tangerang banten. Kiprahnya dalam menyebarkan ajaran agama Islam dikenal sangat gigih dan mampu menggaet masyarakat dari setiap kalangan sehingga dapat dipastikan jalur cirebon-banten dikenal kental sekali dengan ajaran agama Islam.

Berdasarkan penuturan dari dewan kesenian cirebon yakni Akbarudin Sucipto, sunan gunung jati memiliki banyak keahlian yang mana keahlian tersebut dapat menunjang dalam menyebarkan ajaran agama Islam. Diantaranya adalah Ilmu kedokteran, Ahli strategi perang dan Ahli bahasa. Keahlian-keahlian yang dimiliki oleh kanjeng sunan gunung jati digunakan untuk menolong masyarakat yang membutuhkan secara sukarela.

Layaknya dakwah yang sudah laten dilakukan oleh para wali yang lain, kanjeng sunan juga melakukan dakwah dengan cara pagelaran kesenian berupa pagelaran gamelan yang dimainkan oleh beliau yang bisa mengundang masyarakat untuk datang menyaksikan. Konon sebagai tiket menonton pagelaran gamelan tersebut dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Penyebaran dakwah kanjeng sunan gunung jati semakin meluas kala beliau mampu memualafkan seorang putri cempa ong tien nio atau yang kemudian namanya menjadi nyai laras sumanding yang terlanjur jatuh hati kepada sunan gunung jati sampai akhirnya diperistri kanjeng sunan. Kanjeng sunan bukan hanya mengislamkan ong tien seorang tetapi seluruh prajurit dan kerajaan orang tua ong tien kaisar Hong Gie di campa. (Babad Cirebon).

Baca Juga:  Benarkah Tradisi Haram Seperti Kata Wahabi?

Kanjeng Sunan gunung jati sebagai seorang yang berdarah ningrat justru sangat memperhatikan dan menghormati wong cilik. Sehingga kanjeng sunan tidak pernah memaksakan umatnya untuk pergi berhaji, seperti salah satu petuah kanjeng sunan yang sangat terkenal adalah Isun titip tajug lan fakir miskin yang artinya yang aku titip tajug dan fakir miskin.

Tajug/langgar yang dulunya merupakan tempat masyarakat untuk memuja atau memanjatkan doa kepada arwah nenek moyang kemudian dirubah oleh para wali yang akhirnya menjadi tempat ibadah umat muslim. Hal ini menunjukkan bahwa budaya yang sudah mendarah daging dalam masyarakat tidak begitu saja ditinggalkan, akan tetapi tetap dipertahankan dan memberikan hal positif didalamnya.

Kemudian fakir miskin yang disebut dalam petuah kanjeng sunan gunung jati menurut Akbarudin Sucipto ketua dewan kesenian cirebon adalah bahwa kanjeng sunan gunung jati memnerikan sinyal kepada seluruh keturunan dan masyarakat dimasa setelah beliau adalah untuk bisa mengentaskan kemiskinan dan menciptakan tatanan masyarakat yang Ideal, makmur dan sentosa sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh kanjeng sunan.

Baca Juga:  Sunan Muria, Serupa dengan Sang Ayah yang Berdakwah dengan Pendekatan Budaya

Gaya dakwah kanjeng sunan gunung jati yang halus dan santun tidak lepas dari campur tangan seorang maha raja prabu siliwangi. Prabu siliwangi memberikan arahan kepada cucunya untuk berdakwah di tanah jawa dengan cara-cara yang santun dan arif. Prabu siliwangi juga tidak mau kalau sampai ada keributan apalagi pertumpahan darah dengan adanya perbedaan bahasa dan sesembahan.

Akhirnya dengan gaya dakwah kanjeng sunan yang halus dan santun tersebut ajaran kanjeng sunam dapat diterima sampai dengan lapisan masyarakat kasta paling bawah dan menjadi sebuah pegangan hidup sampai hari ini oleh semua masyarakat.

Bahkan setelah berabad-abad lamanya kanjeng sunan wafat barokahnya bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat tanah air. Pesareannya menjadi magnet bagi para peziarah dan bisa meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekitarnya.

Demikian semoga bermanfaat. Tabik!

Fathur IM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *