Mengenal Kitab Tafsir Firdaus al-Naim Karya KH. Thaifur Ali Wafi Madura

Mengenal Kitab Tafsir Firdaus al-Naim Karya KH. Thaifur Ali Wafi Madura

PeciHitam.org – Tradisi penulisan kitab tafsir di Indonesia sudah lama berkembang. Menurut para ahli, yang mempelopori lahirnya kitab-kitab tafsir di Indonesia salah satunya adalah kitab Tarjuman al-Mustafid. Jauh setelahnya ada berbagai karya-karya tafsir yang terlahir, salah satunya kitab Tafsir Firdaus al-Naim.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kitab ini dicetak menggunakan sampul berwarna hijau. Pada bagian atas tertulis judul lengkapnya “Firdaus al-Naim bi Taudih Ma’ani ‘ayat al-Quran al-Karim”. Berdasarkan pengakuan Thaifur, dinamakan “Firdaus al-Naim” merujuk dari salah satu nama surga yaitu “Jannah al-Firdaus”.

Hal ini menurutnya sebagai wujud aktualisasi atau dalam istilah Bahasa Arab disebut sebagai Tafa’ul yakni; harapannya melalui tafsir ini dapat mengantarkan mufasir dan begitu juga para pencinta al-Quran yang senantiasa mengkajinya untuk menggapai kenikmatan surga kelak.

Tafsir ini ditulis dengan Bahasa Arab. Penulis tafsir cenderung memilih Bahasa Arab dibanding Bahasa Madura sebab sasaran utama dari tafsir ini tidak hanya khusus masyarakat Madura saja. Menurutnya, Bahasa Arab merupakan bahasa yang lebih utama di samping sebagai Bahasa al-Quran sendiri, Bahasa Arab pula menurutnya bahasa yang mudah dipelajari.

Dengan begitu, tafsir ini dapat dikaji dan dibaca lebih dalam lingkup yang lebih luas dan khususnya juga di Pondok Pesantren dan berbagai kalangan lainnya yakni para pengkaji studi Islam.

Baca Juga:  Maqolah Kitab Nashoihul Ibad Karya Syekh Nawawi Al Bantani (Bagian 1)

Tafsir ini memang belum diterbitkan oleh penerbit resmi. Kiai Thaifur pernah mencoba mengajukan naskah tafsir ini kepada beberapa penerbit, namun masih terkendala persoalan finansial. Untuk menerbitkan karya yang terdiri dari 6 jilid ini menurutnya memerlukan dana yang cukup besar.

Oleh karena itu, akhirnya beliau berinisiatif untuk memperbanyak karangannya ini secara mandiri. Tafsir ini ditulis dalam kurun waktu 3 Tahun dan selesai ditulis pagi hari tepat pada tanggal 21 Rabi’ul Awwal 1434 H yang bertepatan dengan tanggal 12 Februari 2013.

Penulisan tafsir ini diketik menggunakan font Traditional Arabic dalam bentuk huruf tebal (bold), kemudian di-print out menggunakan kertas HVS berukuran 16.5 X 22 cm. Tafsir ini terdiri dari 6 jilid yang menghimpun seluruh penafsiran 114 Surah Al-Quran. Rata-rata setiap jilid terdiri ± 400 lebih halaman.

Kitab ini dicetak menjadi enam Juz. Pada Juz Pertama, terdiri dari pendahuluan, surat al-Fatihah hingga surat an-Nisa atau tepatnya pada permulaan Juz 6. Pada Juz Kedua, surat al-Maidah hingga surat at-Taubah atau tepatnya pada permulaan Juz 11. Pada Juz Ketiga, surat Yunus hingga surat al-Isra’ atau tepatnya pada permulaan Juz 15.

Baca Juga:  Kitab Maulid Simthud Durar Karya Habib Ali bin Muhammad al Habsyi

Pada Juz Keempat, surat al-Naml hingga surat al-Ankabut atau tepatnya pada permulaan Juz 21. Pada Juz Kelima, surat al-Rum hingga surat Shaffat (Juz 13). Sedangkan Juz terakhir atau Juz Keenam, mulai dari surat al-Ahqaf hingga surat an-Nas.

Ada hal yang menarik dari pengakuan Thaifur dalam pendahuluannya, bahwa karya Tafsir ini hanya berupa nukilan dari ungkapan para mufasir yang dituangkan dalam karya tulis yang diibaratkannya hanya sebagai Perjalanan Singkat “al-Safr al-Shagir”.

Oleh karena itu, boleh jadi kita dapat meragukan orisinalitas tafsir ini. Namun yang patut diakui, dengan pemahaman Bahasa Arab yang baik, Thaifur sangat lihai menguraikan penafsirannya dengan bahasa yang disusunnya sendiri.

Mengawali penafsirannya, Tafsir Firdaus al-Naim menjelaskan nama surah berserta jumlah ayat, kalimat dan bahkan juga jumlah hurufnya. Misalnya, Surah al-Baqarah yang disebutkannya terdiri dari 287 ayat, 3100 kalimat, 52.000 huruf, dalam penjelasannya juga tidak lupa menyertakan kategorisasi posisi turunnya ayat, apakah Makkiyah atau Madaniyah.

Terkadang juga menyebutkan nama-nama lain dari sebuah surah beserta hikmahnya. Misalnya Surah al-Fatihah, penamaan surah ini tidak lain karena surah ini sebagai pembuka dalam Alquran dan juga di setiap awal salat ditandai dengan membaca surah ini. Disebut juga “Umm al-Kitab”, “Umm Al-Quran”. dan “Sab’ah al-Matshani” sebab salah satu kandungan surah ini memuat pujian kepada Allah yang dibaca berulang-ulang setiap rakaat shalat.

Baca Juga:  Kitab Mafahim Yajibu an Tushohhah (Pemahaman yang Harus Diluruskan) Karya Sayyid Muhammad al Maliki

Selain itu ia juga menyebutkan jenis Qiraat sebelum menjelaskan maksud dari suatu ayat. Tak lupa pula, ia menyebutkan asbab al-Nuzul (sebab turunnya ayat) jika memang dirasa perlu. Meskipun demikian, ia tidak mencantumkan perawinya dan tidak pula menyebutkan sumber asli dari mana riwayat tersebut. Hal yang ditekankan di sini yaitu agar pembaca tafsirnya mampu memahami esensi tentang kondisi di mana ayat tersebut diturunkan.

Mohammad Mufid Muwaffaq