Umat Islam Wajib Tahu, Semua Nabi adalah Ulul Azmi, Kecuali Ini

Semua Nabi adalah Ulul Azmi Kecuali Nabi . . . Baca Selengkapnya di Sini

PECIHITAM.ORG – Pembahasan tentang ulul azmi (أولو العزم) merupakan salah satu ranah diskusi panjang antara para ulama tafsir. Mulai dari definisi hingga jumlah para nabi dan rasul yang masuk kategori ulul azmi. Dalam tulisan ini, kami akan menguak hal itu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Semua rasul adalah ulul azmi kecuali Nabi Yunus. Ini merupakan intro paling menantang dan kontroversial. Tapi Anda jangan langsung naik pitam, terlebih menghujat tulisan ini menistakan salah satu rasul.

Demi Allah, kami begitu memuliakan dan mencintai semua nabi tak terkecuali Nabi Yunus. Tulisan ini justeru akan membuka cakrawala berpikir akan uletnya ulama tafsir dalam menggali dan memahami ayat-ayat Al-Quran.

Yang perlu Anda lakukan sekarang adalah membaca tulisan – yang akan saya buat lumayan panjang ini – hingga selesai. Karena jika Anda cukup di sini membacanya, maka pemahaman pun akan parsial tentang tulisan ini, apalagi nanti dalam tulisan ini akan juga memuat bahwa Nabi Adam pun bukan termasuk rasul ulul azmi karena pernah lupa terhadap perjanjian.

Saya khawatir Anda akan menghujat penulis sebagai penista Nabi Adam, karena terkesan meragukan kemaksuman seorang nabi.

Padahal apa yang akan disampaikan di sini perihal Nabi Yunus maupun Nabi Adam merupakan pendapat ahli tafsir – saya tegaskan lagi, pendapat ahli tafsir. Jadi bukan pendapat saya – yang tentu mereka mendasarkan pendapatnya pada hujjah yang kuat menurut mereka.

Di dalam tulisan ini, penulis buat dalam beberapa bagian. Selain pengantar ini, kami akan teruskan dengan pengertian ulul azmi. Baru setelah itu, akan menyajikan tentang siapa saja rasul ulul azmi, yang merupakan inti dari tulisan ini. Terakhir, disampaikan pula kisah para nabi ulul azmi.

Daftar Pembahasan:

Pengertian Ulul Azmi

Secara sederhana dengan mengacu makna harfiah, ulul azmi merupakan istilah yang terbangun dari dua kata, yakni ulu (أولو) dan azm (عزم). Dalam ilmu tata bahsa Arab, kata أولو maknanya sama dengan shahib (صاحب): pemilik.

Sementara kata عزم bermakna kebulatan tekad yang kokoh. Maka secara bahasa, ulul azmi (أولو العزم) bisa diapahami sebagai orang yang memiliki kebulatan tekad yang kokoh.

Seacara istilah, di dalam Tafsir Baidawi Juz I halaman 186, termuat tiga pendapat mengenai terminologi dari ulul azmi.

Pengertian Pertama

Para nabi dan rasul yang mempunyai keteguhan hati dan kesabaran.

أولو الثبات والجد منهم

(orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar).

Menurut pandangan ini, ulul azmi adalah para nabi dan rasul yang memiliki ketabahan dan pengembanan atas kesukaran dan problem dakwah hukum-hukum Ilahiyah, karena dalam ayat tentang ulul azmi, tersirat keistimewaan mereka, sehingga Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menirunya.

Menurut pendapat pertama ini, azm dalam kalimat ulul azmi adakah bermakna ‘ahd (janji/komitmen) seperti disebutkan dalam Surat Al-Ahzab ayat 7

وَاِذْ اَخَذْنَا مِنَ النَّبِيّٖنَ مِيْثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُّوْحٍ وَّاِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۖوَاَخَذْنَا مِنْهُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًاۙ

Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari engkau (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh

Ayat ini mengisyaratkan masalah pengambilan janji dan mitsaq (perjanjian) dari para nabi-nabi agung, seperti nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Musa, Isa dan Nabi Muhammad saw.

Maka menurut pandangan ini, Nabi Adam tidak dihitung sebagai rasul ulul azmi, karena telah gagal dalam mengamalkan janji dan mitsaq serta diungkapkan tidak memiliki azm karena kegagalan tersebut, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Thaha ayat 115

وَلَقَدْ عَهِدْنَآ اِلٰٓى اٰدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهٗ عَزْمًا

Baca Juga:  Hukum Membaca Al Quran di HP Tanpa Wudhu, Bolehkah?

Dan sungguh telah Kami pesankan kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa, dan Kami tidak dapati kemauan yang kuat padanya.

Ayat di atas mengaitkan ‘ahd (janji) dengan ‘azm (kemauan yang kuat).

Pengertian Kedua

Mereka yang memiliki kitab dan hukum syariat.

أصحاب الشرائع اجتهدوا في تأسيسها وتقريرها وصبروا على تحمل مشاقها ومعاداة الطاعنين فيها

Mereka yang memiliki hukum syariat, yang memiliki kegigihan dalam mendasarkan dan menerangkannya, memiliki kesabaran menanggung penderitaan.

Pandangan kedua ini, sekaligus menjawab pertanyaan yang sering muncul: kenapa Nabi Ayyub tidak masuk ulul azmi?. Karena menurut pandangan pendapat kedua ini, beberapa nabi meskipun memiliki kitab Samawi, namun kitab mereka bukanlah kitab hukum, syariat, tidak independen dan tidak baru. Misalnya Nabi Idris, dan Nabi Daud.

Karena hanya ada beberapa rasul yang mendapatkan syariat. Misalnya Nabi Nuh as. diutus bersama dengan kitab dan syariat. Maka nabi dan ummat yang datang setelahnya harus beramal sesuai dengan kitab, syariat dan metodenya sampai pada akhirnya Nabi Ibrahim as datang dengan membawa kitab dan shuhuf baru. Maka setiap nabi yang datang setelahnya harus beramal sesuai dengan syariat Nabi Ibrahim as.

Kemudian Nabi Musa as datang dan membawa kitab Taurat dan setelahnya juga Isa al-Masih membawa ajaran baru dengan kitab Injil dan terus seperti itu hingga tiba masa datangnua Nabi Muhammad dengan wahyu Al-Quran.

Pengertian Ketiga

Pendapat ketiga ini lebih menitikberatkan ulul azmi sebagai rasul yang sabar menghadapi ujian dan penderitaan.

الصابرون على بلاء الله

(mereka yang sabar menerima penderitaan dan cobaan dari Allah)

Pandangan ketiga ini mencontohkan Nabi Nuh yang pernah dipukul kaumnya hingga pingsan; Nabi Ibrahim pernah dibakar dan diperintahkan menyembelih putranya; Nabi Ismail yang telah ikhlas untuk disembelih;

Nabi Ya’qub yang kehilangan putra dan penglihatannya; Nabi Yusuf yang terbuang dalam sumur dan mendekam dalam penjara; Nabi Ayyub, karena ditimpa penyakit; Nabi Musa yang diburu Fir’au dan kaumnya; Nabi Daud yang menangisi kesalahannya selama 40 tahun; dan Nabi Isa yang lahir tidak dalam bangunan.

Jumlah Rasul Ulul Azmi

Beragam pendapat ulama tentang jumlah rasul ulul azmi. Tapi pendapat itu, kemudian bisa disederhanakan pada dua kelompok besar. Pertama, yang berependapat bahwa semua Nabi dan rasul adalah ulul azmi. Kedua, mereka yang menyatakan hanya sebagian dari rasul yang menjadi ulul azmi. Perebedaan pendapat ini timbul karena masing-masing berbeda dalam memamahami fungsi مِن dalam ayat tentang ulul azmi

Pendapat Pertama

Kelompok ini memahami “مِن” dalam ayat ” اُولُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ” adalah للتبيين (yakni menjelaskan maksud dari kalimat sebelumnya)

وقد يحتمل أن يكون المراد بأولي العزم جميع الرّسُل، وتكون { مِنَ } في قوله: { مِنَ الرُّسُلِ } لبيان الجنس

Dan bisa jadi yang dimaksud ulul azmi adalah semua utusan Allah dengan menjadikan lafadz مِن pada kalimat مِنَ الرُّسُلِ berfaedah bayan li al-jinsi. (Tafsiir Ibnu Katsir Juz VII halaman 305)

Tapi dalam pandangan ini, sebagaimana disebutkan di awal, Nabi Yunus dikecualikan sebagai satu-satunya nabi yang tidak masuk ulul azmi.

وقال بعضهم: الأنبياء كلهم أولو عزم إلا يونس بن متى، لعجلة كانت منه، ألا ترى أنه قيل للنبي صلى الله عليه وسلم: “ولا تكن كصاحب الحوت

Sebagian ulama berpendapat: Semua Nabi adalah ulul azmi kecuali Yunus bin Matta. Tidakkah kamu tahu bahwa difirmankan Allah pada Nabi Muhammad

فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوْتِۘ اِذْ نَادٰى وَهُوَ مَكْظُوْمٌۗ

Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa dengan hati sedih. (QS. Al-Qalam ayat 48) [Lihat dalam Tafsir Baghawi Juz VII halaman 270-271]

Baca Juga:  Perbedaan Hukum Mengkonsumsi Kepiting Menurut Ulama

Pendapat Kedua

Pendapat yang menyatakan bahwa hanya sebagian dari nabi dan rasul yang menjadi ulul azmi, karena mereka memahami lafadz مِن pada kalimat مِنَ الرُّسُلِ berfaedah للتبعيض (bermakna sebagian rasul).

و [من] للتبيين وقيل للتبعيض

Makna lafadz مِن pada kalimat مِنَ الرُّسُلِ adalah للتبيين (menjelaskan). Ada juga yang mengatakan للتبعيض (bermakna sebagian) [Tafsir Baidhawi Juz I halaman 186]

Kelompok dengan pendapat ini pun kemudian masih terpecah-pecah. Mereka masih berselisih tentang jumlahnya.

Sebagian dari mereka menyebut rasul ulul azmi hingga mencapai 18 orang.

وقال قوم: هم نجباء الرسل المذكورون في سورة الأنعام

Mereka adalah para rasul terbaik yang disebutkan dalam Surat Al-An’am

Ketika kami cek dalam Surat Al-An’am, tepatnya dari ayat 85 – 90, mereka adalah Nabi Ishak, Ya’qub, Nuh, Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa Harun, Zakaria, Yahya, Isa, Ilyas, Ismail, Ilyasa’, Yunus, Luth alaihimus salam (17 nabi). Kemudian ditambah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam (ulul azmi ke-18), karena Allah Allah swt memerintahkan pada ayat 90 «فَبِهُداهُمُ اقتَدِه», “Maka ikutilah petunjuk mereka”

Ada juga yang mengatakan jumlahnya 7. Mereka adalah Nabi Musa, Ibrahim, Nuh, Hud, Shalih, Luth dan Syuaib, alaihimus salam, sebagaimana kisah mereka termuat secara berurutan dalam Surat Asy-Syu’ara’ dan Surat Al-A’raf.

Muqatil mengatakan jumlahnya ada 6: Nabi Nuh yang sabar menerima aniaya kaumnya; Nabi Ibrahim yang pernah dibakar; Nabi Ishaq saat ikhlas disembelih (ini mengacu pada pendapat bahwa putera Nabi Ibrahim yang ingin disembuhkan adalah Ishak, bukan Ismail);

Nabi Ya’qub yang telah kehilangan putra dan penglihatannya; Nabi Yusuf yang telah terbuang dalam sumur dan mendekam dalam penjara; serta Nabi Ayyub yang ditimpa penyakit.

Perlu dicatat bahwa dua pendapat yang mengemukakan tentang enam atau tujuah ini, hakekatnya mereka berpendapat bahwa jumlahnya adalah tujuh atau delapan (ditambah Nabi Muhammad).

Hanya saja jika mereka dalam hal ini menyebutkan hanya enam atau tujuh, ini karena mereka menjelaskan yang dimaksud ulul azmi oleh Allah pada Surat Al-Ahqaf, kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk meneladani enam atau tujuh orang ulul azmi tersebut.

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ اُولُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ

Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati. (QS. Al-Ahqaf ayat 35)

Dan yang paling masyhur adalah yang menyatakan ulul azmi berjumlah lima. Ini pendapat Ibnu Abbas dan Qatadah

وقال ابن عباس وقتادة: هم نوح وإبراهيم وموسى، وعيسى أصحاب الشرائع فهم مع محمد صلى الله عليه وسلم خمسة 

Imam Ibnu Abbas dan Qataadah berkata “Mereka adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa. Merekalah para nabi yang memiliki syariat sehingga bersama Nabi Muhammad SAW jumlahnya menjadi lima.

Pendapat yang dinilai paling kuat ini didasarkan pada dua ayat dalam Al-Qur’an berikut

وَاِذْ اَخَذْنَا مِنَ النَّبِيّٖنَ مِيْثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُّوْحٍ وَّاِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۖوَاَخَذْنَا مِنْهُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًاۙ

Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari engkau (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh. (QS. Al-Ahzab ayat 7)

۞ شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصّٰى بِهٖ نُوْحًا وَّالَّذِيْٓ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهٖٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسٰٓى اَنْ اَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَلَا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِۗ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ مَا تَدْعُوْهُمْ اِلَيْهِۗ اَللّٰهُ يَجْتَبِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يُّنِيْبُۗ

Baca Juga:  Suami Memperkosa Istri Dalam Pandangan Hukum Islam

Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya). [QS. Asy-Syura ayat 13]

Sekilas Kisah Rasul Ulul Azmi

Di bagian ini, kami kutipkan sekilas tentang kisah perjuangan para utusan terbaik itu. Karena penulis lebih condong pada pendapat yang menyatakan mereka berjumlah lima, maka kami mengukuhkan pada kisah mereka saja.

Nabi Nuh

Nabi Nuh, disebut ulul azmi karena kesabarannya dalam berdakwah. Beliau tanpa pernah menyerah terus-menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum untuk kembali menyembah dan mentaati Allah.

Ternyata, selama hampir 1000 tahun usianya, tetapi jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri dan anaknya yang bernama Kan’an termasuk penentangnya.

Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim termasuk rasul ulul azmi karena kepatuhan dan kesabaran serta keteguhannya dalam berdakwah. Sejak masih bayi, Ibrahim dipelihara dalam keadaan genting yang disebabkan oleh tirani Namrud yang membunuhi anak laki-laki.

Setelah dewasa, ia harus berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala, termasuk orang-orang terdekatnya. Bahkan ia harus menerima siksaan yang mahapedih, yaitu dibakar dan diusir dari kampung halamannya.

Nabi Musa

Nabi Musa juga termasuk rasul ulul azmi. Beliau termasuk orang sabar dalam menghadapi dan mendakwahi Fir’aun dan pengikutnya. Selain itu, beliau mampu bersabar dalam memimpin kaumnya yang sangat pembangkang. Bagaimana tidak, ketika beliau akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan menyembah patung anak sapi. Harun yang ditugasi mengganti peran Musa, tidak sanggup menghalangi, bahkan hendak dibunuh.

Nabi Isa

Nabi Isa termasuk rasul ulul azmi. Banyak hal yang menunjukkan bahwa beliau memiliki kesabaran dan keteguhan dalam menyampaikan risalah Allah. Terutama ketika beliau harus menghadapi fitnah yang disebar kaum Yahudi dan pengkhianatan muridnya. Selain itu, beliau juga harus memberi pengertian tentang status ibunya yang melahirkan tanpa adanya seorang suami.

Nabi Muhammad

Apalagi Nabi Muhammad, sejak lahir sudah dalan keadaan yatim. Saat masih kecil, ibu tercinta pun berpulang. Dakwahnya ditolak bahkan oleh sebagian keluarga dekatnya. Namun itu tak pernah membuat surut semangatnya kendati harus dituduh orang gila, tukang sihir, diusir, diembargo, mau dibunuh dan masih banyak tantangan lainnya.

Semoga tulisan ini menambah wawasan kita betapa luasnya ilmu Allah. Dan menjadi teladan bagi kita agar tidak mudah menyerah dalam menyebarkan Islam rahmatan lil alamin di tengah-tengah ummat. Karena sungguh kalaupun kita dihadapkan dengan ujian, itu belumlah menyamai seujung kuku jika dibandingkan dengan yang dialami para rasul ulul azmi.
Demikian. Wallahu a’lam bisshawab!

Faisol Abdurrahman