Sikap Rasisme Iblis dan Kesombongannya dalam Kisah Penciptaan Manusia Pertama

Sikap Rasisme Iblis dan Kesombongannya dalam Kisah Penciptaan Manusia Pertama

pecihitam.org- Allah ada sebelum segala sesuatu ada, artinya Allah qodim atau terdahulu, sebab Allah yang menciptakan segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Termasuk dalam hal ini adalah penciptaan iblis dan manusia pertama.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dengan sempurna Allah menciptakan alam semesta serta langit yang membentang luas yang ditaburi bintang-bintang dan bulan. Bumi beserta isinya ini juga adalah salah satu ciptaan Allah SWT, dengan sangat menakjubkan.

Allah menghendaki adanya khalifah (wakil) Allah di muka bumi, setelah semua alam raya ini tercipta. Tugas khalifah tersebut adalah memakmurkan bumi, maka dari itu Allah berfirman kepada para malaikat dalam QS. Al-Baqarah ayat 30 :

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Kemudian, malaikat atas perintah Allah mengambil tanah dari muka bumi untuk membuat adam. Penciptaan Nabi adam merupakan peristiwa yang sangat istimewa, sebab Allah langsung yang menciptakan dan dan meniupkan ruh kepada Nabi Adam.

Baca Juga:  Kisah Lengkap Nabi Sulaiman dan Kawanan Semut yang Diceritakan dalam Al-Qur'an

Setelah terciptanya Adam, Allah memerintahkan semua malaikat dan iblis untuk bersujud dihadapan Adam. Akan tetapi iblis tidak mau menuruti perintah Allah, iblis berkata “Ana khairun minhu”, saya lebih baik dari dia.

Kalimat itulah yang dikatakan oleh iblis ketika Allah menanyakan alasan mengapa ia tidak mau melakukan perintah sujud kepada Adam. Iblis bahkan  mengatakan dalam QS al-A’raf 12, “Khalaqtani min nar wa khalaqtahu min tin”, Engkau menciptakan aku dari api dan menciptakan dia (hanya) dari tanah. Itulah kesombongan iblis, karena asal kejadian dia merasa diri lebih mulia.

Yang dimaksud bersujud dalam ayat di atas adalah sujud penghormatan, bukan sujud penyembahan. Iblis tetap berani membangkang terhadap perintah Allah, meski hanya sebatas sujud penghormatan.

Baca Juga:  Kisah Malaikat Maut Menangis dan Tertawa Saat Mencabut Nyawa Manusia

Demikianlah keangkuhan makhluk bernama Iblis. Yang mengejutkan tentu saja adalah alasan yang dia pakai, yakni mengandaikan adanya kelas atau derajat yang berbeda lantaran material penciptaan berbeda.

Alasan primordialitas ini mirip dengan ketika kita mengatakan bahwa bangsa Arab lebih beradab ketimbang bangsa non-Arab atau sebaliknya, etnis China lebih istimewa daripada suku Jawa atau sebaliknya, orang Eropa lebih baik daripada orang Indonesia atau sebaliknya, dan seterusnya.

Inilah yang disebut dengan rasisme, di mana keunggulan pribadi  dan kualitas diri dinilai dari sudut pandang suku, ras, warna kulit, garis keturunan, atau ciri-ciri fisik lainnya.

Dengan demikian sejak manusia pertama kali diciptakan, awal mula atau akar sejarah dari rasisme yang masih berkembang di zaman modern ini. Dengan bahasa lain, kesombongan yang lahir dari cara pandang rasis, merupakan kejahatan makhluk yang paling purba yang dilakukan Iblis kepada Nabi Adam.

Baca Juga:  Abu Nawas: Cara Keledai Mengajari kita Membaca Buku

Iblis memandang “ras tanah” lebih jelek ketimbang “ras api”. Padahal, di mata Allah keunggulan makhluk satu sama lain ditentukan oleh tingkat ketakwaannya.

Artinya keunggulan tersebut dicapai lewat jalan ikhtiar dan prestasi, bukan didapat secara natural, seperti ras, suku, darah, gen, dan lainnya. Semestinya pandangan yang lebih adil inilah yang diterapkan dalam hubungan sesama manusia.

Mochamad Ari Irawan