Rahib Bahira, Kristiani yang Mengetahui Tanda Kenabian dari Muhammad Kecil

Rahib Bahira, Kristiani yang Mengetahui Tanda Kenabian dari Muhammad Kecil

PeciHitam.org Muhammad SAW hidup ditengah kultur masyarakat Arab yang sebagian besar melakukan kegiatan ekonomi dalam bidang perternakan dan perdagangan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Hewan yang biasa diternakan di Jazirah Arab pada mas itu dalah kambing, dan unta. Bahkan Nabi Muhammad SAW kecil pernah bekerja sebagai penggembala kambing orang Makkah untuk sekedar bertahan hidup.

Simpul kegiatan ekonomi lainnya adalah berdagang yang juga dilakoni oleh Nabi Muhammad SAW sejak masih kanak-kanak mengikuti pamannya Abu Thalib. Ketika mengikuti paman beliau, Abu Thalib, Muhammad kecil ikut dalam rombongan/ kafilah dagang ke negara Syam (Suriah sekarang).

Perjalanan kafilah dagang Abu Thalib ketika beristirahat dipertemukan dengan seorang rahib bernama Bahira (sering disebut Buhaira) yang menyatakan tanda kenabian Muhammad SAW. Waktu itu ia mengatakan tanda-tanda kenabian Muhammad SAW, dan menyarankan Abu Thalib untuk kembali ke Makkah.

Daftar Pembahasan:

Kebiasaan Orang Arab

Penjelasan tentang kebiasaan orang Arab berdagang dijelaskan dengan gamblang dalam Al-Qur’an sebagai berikut;

لإيلافِ قُرَيْشٍ (١)إِيلافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ (٢)فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (٣)الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (٤

Artinya; “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas, Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan” (Qs. Quraisy: 1-4)

Aktifitas perekonomian orang Makkah (secara Umum di Jazirah Arab) adalah berdagang, karena topografi gurun pasir yang kurang  mendukung pertanian. Kebiasaan orang Quraisy yakni mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri Syam atau Suriah dan Yaman.

Dengan bergantian berdagang pada Musim Dingin ke Yaman (arah selatan kota Makkah) karena mencari udara yang lebih hangat. Dan pada musim panas menuju daerah Syam (Suriah) untuk mencari udara yang lebih sejuk.

Selama perjalanan, orang-orang Qurisy akan mendapat jaminan keamanan dari penguasa-penguasa dari negeri-negeri yang dilaluinya. Lewat perjalanan ini juga mereka banyak melalui daerah-daerah yang diceritakan oleh Al-Qur’an. Daerah yang diceritakan dalam Al-Qur’an adalah daerah yang mendapat adzab yang pedih.

Baca Juga:  Kisah Imam Ibnu Al Munkadir yang Suka Berdzikir dengan Suara Keras

Kultur orang Arab mengetahui tentang daerah-daerah yang  diadzab Allah SWT karena kemaksiatan yang dilakukan mereka. Oleh karenanya, Allah SWT dalam ayat ini semi menyindir orang Arab yang tidak beriman kepada Muhammad SAW sebagai Rasul yang diutus. Kultur dan pengetahuan mereka mencukupi tentang berita orang-orang yang diadzab Allah SWT.

Kultur dan pengetahuan tersebut seharusnya menjadi hikmah kepada orang Quraisy untuk berpikir bahwa siksaan dan adzab Allah  SWT kepada kaum yang bermaksiat kepadaNya adalah benar, bukan kebohongan. Berita tentang adzab oleh Allah atas kaum yang durhaka kepadaNya sudah diketahui oleh orang Quraisy sebelum turunnya al-Qur’an.

Pun berita tentang tanda-tanda akan datangnya Nabi akhir zaman sudah ada dalam khazanah pengetahuan manusia sebagaimana yang diketahui oleh Rahib Bahira/ Buhaira. Allah SWT sudah menyiapkan infrastruktur pengetahuan dan tradisi kaum sebelum mengutus Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman.

Siapa Itu Rahib Bahira / Buhaira?

Ejaan umum untuk menyebut Rahib yang memberitakan tanda-tanda kenabian Muhammad SAW di masa depan adalah Rahib Buhaira. Walaupun ejaan yang digunakan dalam kitab Khulashotu Nuril Yaqin dan banyak kitab trurats tarikh lainnya adalah Rahib Bahira.

Ia adalah seorang yang berasal dari agama Yahudi sebelum menjadi Rahib Kristen Nestorian yang bedomisili di Bashra Suriah (bukan Basrah Irak). Secara bahasa, nama Bahira/ Buhaira juga bisa disebut dengan istilah Sergius, George (dalam bahasa Inggris) yang berasal dari bahasa Aramic (Arab Kuno).

Ajaran kristen yang dianut oleh Rahib Bahira/ Buhaira banyak yang menyebut sebagai Kristen Tauhid, karena mempunyai keyakinan berbeda dengan kristen modern.

Tidak mengherankan jika Rahib Bahira/ Buhaira tahu dan meyakini tentang tanda-tanda kenabian Muhammad SAW kecil ketika ikut kafilah dagang Abu Thalib.

Pada masa itu, kasak-kusuk tentang akan hadirnya seorang Nabi dari kalangan orang Arab sudah menjadi rahasia umum. Asal muasal dari berita akan munculnya Nabi baru dan teragung berasal dari berita Al-Kitab milik umat Nasrani dan Yahudi yang belum mengalami revisi oleh manusia.

Baca Juga:  Kisah Karomah Mbah Soleh yang Meninggal Sembilan Kali

Rahasia umum ini sekiranya diperlihatkan Allah SWT dalam ayat Al-Qur’an;

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ (٦

Artinya; “Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata” (Qs. Ash-Shaff: 6)

Indikasi akan hadirnya Nabi penutup para Nabi dan Rasul sudah terberitakan dalam Taurat (kitab orang Yahudi) dan Injil (kitab orang Nasrani).

Ayat al-Qur’an di atas walaupun diturunkan sesudah Muhammad SAW resmi menjadi Nabi, namun menjadi bukti otentik bahwa kitab sebelumnya mengandung informasi tersebut.

Bahkan sangat jelas bahwa nama Nabi akhir zaman adalah ‘Ahmad’, tidak lain berasal dari suku kata sama dengan ‘Muhammad’ yang bermakan ‘Terpuji’.

Allah SWT sudah mempersiapkan semua bangunan dan konstruk pengetahuan serta sejarah kepada manusia bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir.

Mereka yang tidak mengimani setelah bukti nyata yang ada didepan mata sering disindir oleh Al—Qur’an dengan ayat ‘أَفَلَا تُبْصِرُونَ’, -apakah kamu tidak melihat/ memperhatikan.

Pertemuan Nabi dengan Rahib Bahira

Sebagaimana umumnya profesi orang Makkah lainnya, Abu Thalib, paman Rasul yang merawat Muhammad SAW biasa pergi berdagang ke Syam (Suriah). Pada musim panas ketika Muhammad SAW kecil menginjak usia 9 tahun, mereka bertolak ke Syam melalui jalur sutra.

Ketika sampai di Kota Bushra, Syam mereka berhenti sejenak untuk beristirahat dan memberikan hewan tunggangan mencari makan. Dari kejauhan, seorang Rahib berjalan menemui kafilah Quraisy yang biasanya tidak pernah diperdulikan. Rahib Bahira/ Buhaira tertarik dengan seorang anak yang terduduk dibawah pohon dan makhluk disekitarnya selalu memayungi.

Baca Juga:  Kisah Seorang Hamba Salah Doa “Ya Allah, Engkau Hambaku dan Aku Ini Tuhan-Mu”

Awan, pohon dan segenap makhluk selalu menunjukan tanda penghormatan kepada anak kecil tersebut. Tanda-tanda kenabian sudah sangat lengkap. Untuk menanyakan lebih lanjut tentang anak kecil tersebut, Rahib Buhaira menjamu kafilah Quraisy di gereka beliau.

Ketika ditanyakan kepada Abu Thalib bin Abdul Muthalib, tentang riwayat anak kecil tersebut ia berkata bahwa ia adalah anaknya. Dan Buhaira sangsi karena semua tanda kenabian yang ia tahu dari Al-Kitab lengkap ada di anak kecil tersebut kecuali ‘Tanda bahwa seorang Calon Nabi terakhir adalah seorang Yatim’.

Setelah dikonfrontir, baru Abu Thalib mengakui bahwa, anak kecil yang duduk di bawah pohon bukanlah anak kandungnya, namun ‘Anak dari Saudara lelakinya’. Mengetahui kelengkapan tanda Nabi pada Muhammd SAW kecil, Rahib Bahira menganjurkan kafilah Abu Thalib untuk kembali ke Makkah.

Karena kabar akan segera menyebar ke Romawi bahwa kafilah Abu Thalib membawa calon Nabi. Dan bisa dipastikan orang Romawi tidak suka hal tersebut, dan akan membunuh Muhammad SAW. Mereka tidak rela bahwa Nabi terakhir dari orang Arab yang terkenal kurang berpendidikan, dibanding dengan suku bangsa Romawi.

Abu Thalib kemudian memutar kembali kafilah dagangnya untuk kembali ke Makkah dan mengurungkan niat berdagang ke Syam. Bahwa tanda Muhammad SAW sudah jelas tercantum dalam Taurat dan Injil yang asli sebagaimana dipelajari oleh Rahib Bahira/ Buhaira.

Ash-Shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan