Santri Kobong dalam Khazanah Pesantren Salaf Klasik

santri kobong

Pecihitam.org – Ada istilah yang tidak baku, yang mana di pondok pesantren salaf ada yang namanya santri kobong. Santri kobong bukan berarti santri yang terbakar (kobong : Jawa). Kata kobong merujuk kepada istilah lokasi tempat tidur santri atau kamar yang berderet.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pada zaman dahulu kamar santri lazimnya terbuat dari kayu. Akan tetapi pada masa sekarang sudah banyak menggunakan bahan seperti semen pasir kerikil besi dan lain lain yang diwujudkan menjadi tembok ataupun beton.

Daftar Pembahasan:

Ciri Khas Santri Kobong

Karena berada di pondok salaf, salah satu ciri khas dari santri Kobong adalah pelajaran yang di pelajari yaitu kitab Klasik yang sering disebut dengan kitab kuning ataupun kitab gundul (karena tidak ada harakat pada huruf hijaiyah).

Sedangkan untuk pakaian, para santri biasa menggunakan sarung dan baju koko atau yang lain. Sedangkan santri putri dengan sarung, pakaian menutup aurat dengan model kerudung yang sederhana khas santri putri.

Pada dataran metode kegiatan belajar mengajar, pesantren kobong pada dasarnya menggunakan metode sorogan dan bandongan. Metode ini juga kadang masih banyak pesantren modern yang mempraktekkanya pada saat mengaji kitab klasik.

Baca Juga:  Sarung dan Santri; Dua Entitas yang Tak Terpisahkan

Kelebihan Santri Kobong

Keunggulan santri kobong terletak pada kemampuan penguasaan kitab Kuning, dimana hal ini jarang di dapatkan pada kalangan santri modern yang lebih fokus pada penguasaaan di bidang bahasa arab saja.

Secara akhlak, dalam bermuamalah umumnya santri kobong akan memiliki tingkah laku yang budi luhur dan akhlak mulia karena terbiasa di lingkungan pondok pesantren. Dimana di pondok pesantren sosok kyai mendapatkan posisi yang sangat tinggi dan bahkan menjadi pusat peraturan di pesantren.

Sehingga dengan kebiasaan sifat tawadhu dan menghormat kepada Kiai maupun senior, hal ini menjadikan terbawa ke dalam kehidupan sehari hari santri.

Selain penguasaan baca kitab kuning, kebanyakan lulusan pesantren salaf ini juga memiliki kemahiran dalam merangkai kata berkisah, memimpin tahlil, Diba’ maupun membaca berzanji. Dan umumnya mereka juga senang ziarah ke makam para ulama dan auliya yang sudah mendahului.

Istilah-istilah Khas Santri

Dalam kehidupan di pondok pesantren, ada beberapa istilah yang masyhur terkenal di kalangan santri kobong. Diantara istilah yang sering terdengar dan banyak dikenal di kalangan ini adalah :

  • Ngapsahi: Pada saat santri mengaji bandongan, biasanya santri akan memberikan makna pada kalimat yang belum diketahui, baik menggunakan pensil ataupun dengan pena. Ada juga yang kemudian memberikan kata kepada aktivitas ini menjadi njenggoti ataupun ngganduli.
  • Lalaran: Kegiatan menghafal nadzom yang dilakukan oleh santri secara dilakukan. Kadang kala dilakukan secara sendirian dan juga ada kalanya dilakukan dengan berjamaah.
  • Marhabanan: Kegiatan berjamaah membaca sholawat maupun text atau juga barzanji maupun Diba, simtut dhuror, shalawat burdah maupun yang lain.
  • Roan: Yaitu kegiatan rutin bersih bersih pesantren baik dari kamar, halaman sampai tempat ibadah yang dilakukan secara berjamaah, biasanya rutin di lakukan pada hari tertentu. Misalnya di lakukan pada hari ahad atau hari Jum’at. Umumnya setelah kegiatan ini santri mendapatkan jatah waktu libur atau boleh bermain main.
  • Gothakan: Merupakan tempat santri beristirahat maupun tidur serta menaruh barang barang pribadi yang di tempatkan dalam almari. Istilah modern nya yaitu kamar. Sedangkan istilah yang banyak di sebut oleh kalangan santri adalah Kobong.
  • Khodim: Berasal dari kata bahasa arab yang mempunyai arti pelayan. Yaitu sebutan bagi santri yang mengabdikan diri untuk melayani Kyai. Dengan keikhlasan supaya di berkahi oleh Allah SWT dengan keikhlasannya melayani kepada Pak Kiai ataupun keluarganya.
  • Mayoran: Merupakan kata kata bahasa jawa yang mempunyai arti “makan bersama-sama”. Yaitu kegiatan makan bersama yang umumnya di lakukan setelah moment moment tertentu atau hari tertentu. Bukan hanya sekedar makan bersama, akan tetapi kegiatan untuk mewujudkan makan bersama pun di lakukan bersama sama.
  • Takzir: Hukuman bagi santri yang melakukan pelanggaran, pada pesantren modern kadang juga disebut dengan iqob.
  • Boyong: Adalah dimana santri pulang meninggalkan pondok pesantren bukan dalam rangka liburan akan tetapi karena sudah selesai dalam menimba ilmu dari pondok pesantren. Tentunya santri yang boyong menghadap kepada pengasuh pesantren (Kiai) untuk mohon diri boyong dari pesantren.
Baca Juga:  Kisah Santri Nakal Jadi Kiai dengan Ribuan Santri
Lukman Hakim Hidayat