Bagaimanakah Perihal Mempelajari Ilmu Kalam Menurut Imam Al-Ghazali? Inilah Pandangan Sang Hujjatul Islam

Bagaimanakah Perihal Mempelajari Ilmu Kalam Menurut Imam Al-Ghazali? Inilah Pandangan Sang Hujjatul Islam

Pecihitam.org- Dalam teori Al-Ghazali mengenai ilmu Kalam, ternyata tidak semua orang wajib mempelajari ilmu kalam. Beliau yang terkenal dengan kejeniusannya di beberapa bidang keilmuan, terlebih dalam ilmu tasawufnya, ternyata pernah mendalami ilmu filsafat.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Namun dalam masa pembelajarannya beliau menemukan beberapa kesalahan dalam filsafat, hingga akhirnya beliau mengarag buku yang berjudul Tahafut al-Falasifah. Maka inilah tentang Ilmu Kalam menurut Al-Ghazali

Namun dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang perjalanan Sang Hujjatul Islam dalam keilmuannya. Melainkan pembahasan masalah pembagian golongan dalam menyikapi ilmu kalam. Apakah semua orang wajib mempelajarinya? Atau hanya beberapa golongan saja?

Dalam kitab al-Iqtishad fil I’tiqad, Imam Al-Ghazali,m menyebutkan bahwa pembagian golongan dalam menyikapi ilmu Kalam dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

الإيمان بالله والرسول والاعتقاد بالحق والاشتغال بالعبادة والمنهي به هؤلاء ينبغي أن يتركوا وما هم عليه.

الدليل: أن الرسول لم يطالب العرب في دعوته إلى الإسلام أكثر من التصديق.

Golongan pertama adalah mereka yang telah beriman kepada Allah, dan rasulNya, serta telah menyakini kebenaran yang sampaikan nya, dan menyibukkan diri dengan beribadah, mengerjakan apa yang diperintah dan meninggalkan apa yang dilarang. Maka golongan pertama tersebut sebaiknya meninggalkan ilmu Kalam, sebab ia tidak lagi membutuhkannya.

Dengan dalil, bahwa Rasulullah SAW tidak menuntut orang Arab lebih dari hanya sekedar percaya kepada Allah dan rasul-Nya, dalam dakwahnya saat mengajak mereka masuk Islam.

الكفرة والمبتدعة والأصار على الباطل وضعف العقل هؤلاء أن يقتل بالسيف والسوط

Baca Juga:  Kata Siapa Puasa Rajab Tidak Ada Dalilnya? Ini Dasar Amalannya

الدليل: مقاتلة الرسول صلى الله عليه وسلم علردى الكفار

Golongan kedua adalah orang-orang kafir dan ahli bid’ah yang kekeh terhadap kebathilan dan dangkal pikirannya, maka untuk menghadapi mereka adalah dengan cara memerangi dan mencambuknya.

Dengan dalil bahwa Rasulullah SAW memerangi orang-orang kafir.

التقليد والسماع والتميز بنوع من الذكاء والفطنة وهؤلاء أن يعملوا بالرفق والتلطف

Golongan ketiga adalah mereka yang hanya ikut-ikutan dan hanya sekedar mendengarkan saja, tentang masalah ketauhidan. Namun mereka termasuk golongan orang-orang yang cerdas. Maka yang harus dilakukan kepada mereka adalah pembelajaran dengan penuh kasih sayang dan kelembutan, sebab mereka mudah untuk diajak kepada kebenaran.

الاعتقاد بالعقيدة الباطلة لكن له نوع من الذكاء والفطنة وهؤلاء مخاطبة بهم العلم

Baca Juga:  Menyiram Kuburan dengan Air, Benarkah Haram Hukumnya?

Golongan keempat adalah mereka yang meyakini akidah yang salah, namun mereka mempunyai kecerdasan dalam pemikiran, maka golongan seperti inilah yang wajib mempelajari ilmu Kalam, sebab akidah mereka harus diluruskan, dan mereka mempunyai kemampuan dalam mempelajarinya.

Mengapa Al-Ghazali membagi ke beberapa golongan? Sebab bagi mereka yang sudah mengetahui siapa itu Allah, dan apa tugasnya sebagai seorang hamba, maka tidak ada manfaat untuk mempelajari nya.

Sebab tujuan dari mempelajari ilmu Kalam menurut Al-Ghazali adalah untuk menyakini adanya Allah sebagai Tuhan yang maha esa. Dan tidak terlalu berlebih-lebihan terhadap masalah ketuhanan, atau terlalu meremehkannya.

Yang diinginkan Imam Ghazali adalah berada ditengah-tengah antara golongan yang terlalu ekstrim dengan ketuhanan, atau terlalu mengabaikan. Namun berada ditengah-tengah ini maksudnya adalah mengambil hal positif dari golongan yang ekstrim serta golongan yang meremehkan. Sebab bagaimanapun mereka mempunyai hal positif dalam masalah ketuhanan.

Baca Juga:  Landasan Amaliah Aswaja: Hukum Melantunkan Pujian Sebelum Shalat Berjamaah

Oleh karena itu Imam Ghazali tidak mewajibkan semua orang untuk mempelajari ilmu kalam, sebab ilmu kalam bertujuan untuk menolong akidah orang-orang yang salah, dengan catatan orang tersebut mempunyai kecerdasan dalam mempelajarinya. Wallahu A’lam bisshowab.

Nur Faricha