Begini Cara Analisis yang Benar Terkait Ayat Al-Quran Tentang Dakwah

Begini Cara Analisis yang Benar Terkait Ayat Al-Quran Tentang Dakwah

Pecihitam.org- Cukup banyak ayat al-Quran tentang dakwah yang memberi kritik terhadap sikap dan perilaku buruk manusia. Perilaku sebagian manusia yang suka menyebarkan berita bohong dengan motif untuk menyesatkan manusia sangat ditentang oleh QS. Luqman (31: 6):

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

Artinya: “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan” (QS. Luqman (31: 6)).

Pada ayat lain, Alquran juga mengungkapkan perilaku kaum munafik yang suka menyiarkan berita tanpa konfirmasi dengan tujuan menyesatkan orang lain dan mencari keuntungan:

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا

Artinya: “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orangorang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)” (QS. Al-Nisa (4: 83)).

Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada manusia untuk teliti dalam menerima informasi. ceck and recheck perlu dilakukan terhadap informasi yang berkembang atau yang diberikan seseorang agar tidak terjadi penipuan informasi:

Baca Juga:  Rahasia Mengapa Nabi Muhammad Lahir di Bulan Rabiul Awwal

أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ

Artinya: “Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, Padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, Yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain” (QS. Al-An‟am (6: 6)).

Bahkan Alquran juga melarang untuk mengikuti segala sesuatu yang tidak diketahui dan diragukan kebenarannya. Sebab hal itu bisa menyesatkan dan sulit dipertanggungjawabkan:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS. Al-Isra (17: 36).

Ketika seorang komunikator (dā’i) itu matang secara spiritual maka yang keluar dari lisannya adalah qaulan layyina artinya ucapan yang lembut (Thaha (20):44).

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

Artinya: “maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut“.

Baca Juga:  Ternyata Begini Cara Turun Hujan Menurut Imam Al-Razi

Dalam Tafsir Al-Qurtubi dijelaskan bahwa ayat al-quran tentang dakwah ini merekomendasikan kepada penceramah atau dā’i untuk memberi peringatan dengan cara yang simpatik melalui ungkapan atau kata-kata yang baik dan lemah lembut, lebih-lebih terhadap penguasa atau orang-orang yang berpangkat.

Al-Qurtubi menjelaskan lebih lanjut makna lemah lembut yaitu kata-kata yang tidak kasar, bahwa “sesuatu yang lembut akan melembutkan dan ringan untuk dilakukan”. Penceramah atau dā’i dalam dakwanya harus lemah lembut, agar lebih dapat menyentuh hati, dan mengundang empati, sehingga dapat lebih menarik audience atau mustami’ untuk menerima dakwah.

Sedangkan qaulan ma’rufa yakni ucapan yang dikenali hati, (al-Baqarah (2): 263),

قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى ۗ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ

Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.”

Dalam Tafsir Al-Maraghi dijelaskan bahwa berbicara harus dengan ucapan yang menyejukkan hati, halus, baik dan sopan. Sebagai penceramah atau dā’i, lisan harus terjaga dari perkataan yang sia-sia, mengandung nasehat, menyejukkan hati bagi para audience atau mustami’.

Sementara qaulan karima yakni ucapan yang mulia, (al-Isra (17):23), dalam Tafsir Al-Maraghi dijelaskan bahwa makna dari kata karim yaitu bersikap baik tanpa kekerasan. Ar-Raghib mengatakan bahwa karim adalah segala sesuatu yang terhormat. Ucapan yang baik dan perkataan yang manis, rasa hormat dan sesuai dengan tuntutan kepribadian yang luhur.

Searah dengan makna karim yang dapat member kesan dan pengaruh yang dalam, qaulan sadida yakni ucapan yang tepat, (alAhzab (33):70), menurut Ibnu Faris sebagaimana dikutip oleh Quraisy Sihab, menunjukkan makna meruntuhkan sesuatu kemudian memperbaikinya. Qaulan sadida juga berarti istiqomah atau konsistensi. Kata ini juga digunakan untuk menunjukkan sasaran yang ingin dicapai secara konsisten.

Baca Juga:  Fatwa Ulama Tentang Arah Kiblat, Sejarah dan Cara Mencarinya

Adapun kata qulan baligha yakni ucapan yang memiliki ketinggian nilai sastra, (an Nisa (4):63), menurut para pakar bahasa menyatakan bahwa semua kata yang terdiri dari huruf-huruf tersebut mengandung arti sampainya sesuatu ke sesuatu yang lain. Ia juga bermakna “cukup”, karena kecukupan mengandung arti sampainya sesuatu kepada batas yang dibutuhkan.

Memperkuat argumentasi yang telah dikemukakan di atas, Alquran juga menggunakan istilah qulan maisura yakni ucapan yang mudah dan memudahkan, (al-Isra (17):28). Dalam Tafsir AdzDzikra, Bahtiar Amin menafsirkan dengan perkataan yang meringankan. Seorang penceramah atau dā’i, harus memberikan penjelasan-penjelasan yang mudah dipahami oleh audience atau mustami’.

Ayat-ayat al-quran tentang dakwah di atas mengisyaratkan bahwa seorang penceramah atau dā’i ketika berdakwah secara lisan hendaklah pandai-pandai memilih ungkapan yang baik, benar, tegas, santun dan lemah lembut dengan mempertimbangkan perinsip-perinsip komunikasi efektif agar pesan dakwah yang dismapaikannya membekas pada jiwa para audience atau mustami’.

Mochamad Ari Irawan