Pentingnya Menjaga Ukhuwah Islamiyah, Begini Tahapannya

ukhuwah islamiyah

Pecihitam.org – Kita pasti pernah bertanya, mengapa Allah menciptakan perbedaan sebegitu banyaknya? Allah menciptakan manusia dengan suku bangsa, budaya, dan kelompok-kelompok yang berbeda. Sebagai makhluknya, kita mesti terbiasa dengan perbedaan dan merajut perbedaan tersebut dalam ukhuwah Islamiyah yang baik. Mengapa hal yang demikian menjadi penting? Sebab, persoalan  tersebut telah tercatat dalam firman Allah SWT sebagai berikut:

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

يا أيهان الناس إنا خلقنكم من ذكر وأنثى وجعلنكم شعوبا وقبائل.

“Wahai manusia, telah Aku ciptakan kalian laki-laki dan perempuan dan Aku jadikan kalian berbangsa-bangsa dan kelompok-kelompok”

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Manusia saling membutuhkan dan hidup berdampingan. Membantu satu sama lain, saling menolong dengan orang-orang di sekitar. Bersosialisasi dalam hidup manusia adalah bagian dari hukum alam. Mau tak mau, kita harus menjalaninya. Apa sih sebenarnya tujuan daripada bersosialisasi itu? Tujuan dari sosialisasi adalah untuk merajut tali ukhuwah yang kelak akan kekal dan abadi. Manusia tak bisa hidup sendiri, ia selalu memerlukan orang lain.

Ada tahapan tersendiri dalam merajut ukhuwah islamiyah agar kelak akan kekal di dunia sampai akhirat. Berikut adalah tahapannya:

Baca Juga:  Trilogi Ukhuwah, Solusi Menjaga Kesaktian Pancasila

Pertama, Liyata’aarafu – Kita mesti saling mengenal antar satu sama lain.

Bukankah tugas dan kewajiban kita sebagai individu atau manusia yang sudah pasti makhluk sosial adalah untuk saling mengenal satu sama lain? Perkenalan merupakan pintu gerbang bagi permulaan terjadinya proses sosialisasi. Umat Islam yang baik adalah yang mudah bersahabat, saling mengenal antar sesama manusia mulai dari nama, alamat/domisili, aktivitas dsb. Hal tersebut bisa dijadikan modal untuk melanjutkan proses ukhuwah atau persaudaraan. Tak ada ruginya, kita justru diuntungkan sebab akan mendapatkan sahabat yang lebih banyak.

Kedua, At-Tafaahum – Selanjutnya manusia dalam lingkungan sosial, kita mesti saling mengerti.

Dalam fase yang kedua ini, memahami keadaan satu sama lain baik situasi maupun kondisi, bisa memposisikan kita sebagai pendamping seseorang ketika ia sedang dalam kondisi bahagia yaitu dengan cara ikut merayakannya, tasyakuran, dan lain-lain. Apabila sedang bersedih, tugas seorang sahabat adalah menjadi pelipur lara atau penghibur suasana duka. Hal ini selaras dengan riwayat Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda,

“Perbuatan paling baik ialah engkau memasukkan kebahagiaan kepada saudara yang mukmin dan muslim, atau engkau membayar utangnya, atau memberinya roti.” (Hadis Hasan).

Baca Juga:  Peristiwa Hari Ini! Gerhana Matahari 21 Juni 2020 dan Anjuran Shalat Gerhana

Ketiga, at-Takaaluf – Lumrah jika dalam berkehidupan manusia akan saling membebani.

Inilah fase ujian bagi seorang sahabat saat sahabatnya sedang terpuruk atau tertimpa musibah, Kita tidak bisa hanya menenangkannya tanpa memberikan solusi. Wajar apabila sesama teman saling merepotkan,  Jika salah satu sahabat terlilit hutang dengan rentenir, bank, atau membutuhkan biaya pengobatan rumah sakit, sebagai sahabat kita diwajibkan untuk menolongnya. Pertanyaan selanjutnya adalah, mampukah kita berkorban lebih yakni dengan membantu  membayar hutangnya atau meringankan biaya pengobatannya? Di sinilah, loyalitas dan solidaritas ukhuwah/persahabatan semakin diuji.

Keempat, alangkah  baiknya jika sesama manusia senantiasa saling mendoakan.

Ini merupakan fase pamungkas setelah semua proses saling mengenal, saling memahami dan saling membebani. Jika tak saling mendoakan, fase-fase yang telah ditempuh sebelumnya akan terasa sia-sia. Persahabatan secara lahiriyah sangat tidak cukup sebab tidak ada ikatan kuat secara bathiniyah. Padahal, saling mendoakan itu mudah dilakukan dan menjadi ikatan batin yang kuat.

Nabi SAW bersabda:

عَنْ أَبِيْ الدَّرْدَاءِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ وَلَكَ بِـمِثْلٍ

Baca Juga:  Ilmu Hikmah, Bukan Kesaktian, Tapi Amalan Raga dan Jiwa

Dari Abu ad-Darda’ ra. bahwa sesungguhnya  Rasulullah Saw. bersabda, “Do’a (kebaikan) seorang Muslim bagi saudaranya sesama Muslim di belakangnya tanpa sepengetahuannya adalah mustajab dikabulkan oleh Allah, di atas kepalanya ada malaikat yang ditugaskan (dengan perintah Allah untuk urusan ini), setiap kali dia mendoakan kebaikan bagi saudaranya, maka malaikat yang ditugaskan itu berkata: “Amin (Ya Allah, kabulkanlah!) dan kamu juga akan mendapatkan kebaikan seperti itu”. (HR. Muslim no. 2733).

Ada sebuah ungkapan bahwa hal yang paling kuat dalam sebuah hubungan adalah ketika kedua individu konsisten untuk saling mendoakan. Mari menjaga ukhuwah Islamiyah dengan doa agar Allah pun meridhoi hubungan persahabatan yang tengah dijalankan. Persahabatan pun akan panjang umur tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat kelak. Aamiin

Habib Mucharror

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *