Biografi Ibn Rusyd sang penyusun kitab Bidayatul mujtahid

ibn rusyd

Pecihitam.org – Ibn Rusyd, atau yang bernama lengkap Abu al Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rusyd, sedangkan jikalau dilatinkan maka kita akan menemukan nama Averroes.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Beliau lahir di Kordoba al Andalusi atau yang sekarang telah dikenal dengan Spanyol. Selain itu beliau lahir dari keluarga bangsawan dan terpelajar, maka tak salah jikalau Ibn Rusyd yang dari kalangan keluarga terpelajar itu menjadi orang yang sejak dini telah mencintai dunia belajar (keilmuwan).

Sampai sampai salah satu riwayat mengatakan bahwa sejak kecil hingga dewasa, Ibn Rusyd tidak pernah absen dari kegiatan membaca keilmuwan selain pada malam kematian ayahnya dan malam pertama perkawinannya. (Kamil Uwaidah, Ibn Rusyd al Andalusi Failusuf al Arabi wa al Muslimin [Beirut: Dar al Kutub, 1991])

Sebagai seorang Filsof yang namanya sudah dikenal seantero dunia, tentu kepiawaiannya sebagai Filsof yang menguasai beberapa cabang disiplin Ilmu dimulainya sejak kecil.

Ibnu Rusyd mengawali pendidikannya di Kordoba, yang dimana pada waktu itu merupakan pusat studi studi filsafat bahkan telah menjadi saingan kota Damaskus, Baghdad, dan Kairo.

Disanalah Ibnu Rusyd menekuni beberapa cabang disiplin Ilmu seperti Ilmu Tafsir, ilmu hadis, teologi, fisika, matematika, filsafat, astronomi bahkan kedokteran.

Dan usai menamatkan pendidikannya, disinilah awal mula Ibnu Rusyd berkecimpung dalam lembaga kekhalifaan, tepatnya pada tahun 1159 M, yang dimana dirinya dipanggil oleh gubernur Seville untuk membantu reformasi pendidikan disana (Dominique Urvoy, Ibn Rusyd (Averroes), terj. Dari bahasa Prancis ke Inggri oleh Oliovia Stewart [London: Routledge, 1991])

Namun ketika terjadi “kebangkitan” Filsafat di Andalus yang di dorong oleh Khalifah Abu Ya’kub Yusuf (1135-1184 M) saat menjelang tahun 1169 M, Ibn Rusyd dibawa oleh Ibn Tufail (1105-1185) untuk bertemu dengan Khalifah.

Baca Juga:  Ki Hajar Dewantara; Biografi, Pemikiran dan Pandangannya Tentang Pendidikan

Tentu pertemuan ini tidak hanya sekedar pertemuan saja, melainkan Ibn Rusyd diberi tugas untuk memberi ulasan dan berkomentar atas pikiran Filsafat Aristoteles (384-322 SM), dan selang beberapa lama beliau pun diangkat sebagai Hakim di Seville.

Seiring berjalannya waktu, beliau kembali diangkat menjadi hakim Agung di Kordoba pada tahun 1182 M, dan hanya menghitung bulan beliau kembali pindah ke Marakesy untuk menjadi penasehat Khalifah dalam menggantikan posisi Ibnu Tufail.

Namun sayangnya, dunia Ibn Rusyd yang berkecimpung pada lembaga kekhalifaan terhenti sejenak, terlebih pada tahun 1195 M, beliau terkena inkuisisi (mihnah) karena pengaduan sekelompok Fuqoha’ yang tidak menyukainya.

Sehingga dalam catatan sejarah  beliau di asingkan ke Lucena, kepulauan Atlantik, karena akibat tekanan publik yang menguat. Sedangkan dalam sumber lain dikatakan bahwa beliau diasingkan di  Yasanah, perkampungan Yahudi dekat Cordova .

Tidak hanya diasingkan, melainkan buku buku beliau pun dibakar di depan umum dan pemikirannya tentang filsafat dan sains dilarang untuk disebarkan, kecuali kedokteran dan Astronomi.

Namun selang beberapa waktu, nama baik Ibn Rusyd dikembalikan dengan cara beliau ditarik kembali oleh Khalifah, hingga pada akhirnya beliau menutup usia di Marakesy pada tahun 1198 M dan jenazahnya dikebumikan di Kordoba.

Baca Juga:  Biografi Lengkap Najmuddin at-Tufi Peletak Konsep Maslahah dalam Hukum Islam

Adapun jika kita merujuk pada karya karya dari Filsof satu ini, tentu tidak hanya menghitung satu, dua, atau tiga kitab saja, melainkan begitu banyak tulisan tulisan beliau yang dibukukan yang pun tidak hanya meliput pada satu bidang saja, akan tetapi dalam berbagai bidang.

Seperti bidang Fisika (Talkish kitab al Thabi’i li Aristhuthalis/ uraian fisika Aristoteles), bidang metafisika (Syarh Kitab ma Ba’d al thabi’ah li Aristhuthalis/ Uraian metafisika Aristoteles), Bidang Astronomi (Talkhish al Atsar al Alawiyah li Aristhuthalis).

Dan salah satu karyanya yang dinilai sebagai karya terbaik dalam masalah sebab-sebab perbedaan pendapat antara ulama dalam setiap permasalah fiqih. Bukunya tersebut diberi judul Bidayatul Mujtahid.

Kitab Bidâyatul Mujtahid atau Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid adalah kitab fiqh muqarin (Fiqh perbandingan). Kitab ini disusunnya dengan isi para pendapat-pendapat Imam Madzhab dalam menentukan suatu hukum Islam.

Selain itu beliau pun memberi opini terhadap aneka pendapat itu dengan argumentasi berdasarkan ayat-ayat suci al-Qur’ân, al-sunnah, Ijma’ dan Qiyâs, bahkan sampai pada mashâlih al-Mursalah, istihsân dan urf.

Dengan demikian, menurut Ibnu Rusyd, kriteria kefaqihan tidak dapat diukur dengan jumlah dan kuantitas al-masâil al-fiqhiyah yang dihapal, tetapi diukur dengan kemampuan mengistinbâth hukum langsung dari al-Qur’ân, al-Sunnah dan sumber-sumber lain yang tidak bertentangan dengan kedua sumber tersebut, melalui proses rasionalisasi yang memadai berdasarkan kaidah-kaidah linguistik dan teori ushûl fiqh. (Ibnu Rusyd, Bidâyah al-Mujtahid, hlm. 316)

Baca Juga:  Biografi Gus Miftah, Kyai Nyentrik Yang Suka Ke Klub Malam

Adapun jikalau kita menoreh pemikiran Ibn Rusyd yang lebih fokus pada filsafat, beliau termasuk pengikut dari Aristoteles, yang dimana beliau memahami metafisika sebagai pengetahuan tentang wujud dalam maknanya yang mutlak, yang dimana pokok kajiannya terdiri atas tiga hal,

  • Pertama, sesuatu yang dapat dirasa tercakup dalam 10 kategori Aristoteles.
  • Kedua, Prinsip prinsip Subtansi dan hubungannya dengan prinsip pertama yang merupakan penggerak pertama.
  • Ketiga, Ilmu Ilmu tertentu untuk membetulkan cara cara berpikir yang menyesatkan. (Fuad al Ahwani “Ibn Rusyd” dalam MM. Syarif (ed.), para filosof Muslim, terj.  Rahmani Astuti (Bandung: Mizan, 1996) h. 225)

Dan perhatian Ibn Rusyd terhadap dunia filsafat baru dicurahkan ketika beliau berada di Marakesy saat mendampingi Khalifah sebagai penasehatnya. Pada masa itu  beliau digelari sebagai Commentator (sang pengulas) oleh Dante Alighieri (1265-1321 M) dalam bukunya Divine Commedia (Komedi keTuhanan). Maksudnya ialah Ibn Rusyd mencurahkan kajian filsafatnya dengan mengulas panjang atas filsafat Aristoteles.

Rosmawati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *