Harkat dan Martabat Manusia Adalah Anugerah, Ini Dalil-Dalilnya

Harkat dan Martabat Manusia Adalah Anugerah, Ini Dalil-Dalilnya

Pecihitam.org- Allah SWT telah mengungkapkan secara langsung  dalam beberapa teks ayat berkait dengan harkat dan martabat manusia yang merupakan anugerah Allah SWT, antara lain:

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

  • QS. 17 (al-Isrâ): 70, yang artinya:

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Mereka Kami beri rezki dari yang bagus-bagus, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

  • QS. 64 (at-Tagâbun):3, yang artinya:

Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Rupamu dibentuk oleh-Nya dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada Allah lah tempat kembali(mu).

  • QS. 95 (at-Tin): 4, yang artinya:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. selain itu, kelebihan dan kemuliaan manusia ini oleh Allah ditambah lagi dengan dijadikannya sebagai khalifah di muka  bumi. Sementara semua makhluk dijadikan oleh Allah tunduk kepada mereka.

Hal ini telah sampaikan oleh Allah SWT, antara lain pada QS. 31 (Luqman):20,

Baca Juga:  Ketika Imam Abu Hanifah Ditanya Hukum Poligami oleh Khalifah dan Istrinya

أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.”

Demikian pula pada QS. 45 (al-Jâsiyah):13

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”

Secara etimologis, kata karâmah merupakan bentuk masdar dari kata karuma yang berarti: kemuliaan, kehormatan, wibawa, reputasi, dan martabat.

Baca Juga:  Mengetahui Lebih Jauh Asal Dan Isi Maulid Diba’

Secara terminologis, karâmah adalah anugerah sekaligus amanah dari Allah SWT dalam bentuk wibawa, kemuliaan, kehormatan dan martabat yang dikaruniakan kepada setiap insan hamba-Nya. 

Posisi manusia jika dilihat dari sudut pandang Islam bahwa manusia sebagai makhluk Allah SWT yang mulia dan bermartabat. Harkat dan Martabat bagi manusia merupakan sumber dari seluruh hak-hak asasi manusia (HAM), sebagai bukti nyata perbedaannya dengan makhluk lainnya.

Martabat dan kemuliaan manusia inilah yang dapat menjinakan kebiasaan sikap kasar dan arogan mereka, sehingga dikehendaki untuk disusunnya norma-norma hukum yang diturunkan Allah SWT melalui Rasul-Nya.

Berdasarkan martabat inilah tegaknya tanggung jawab  atau keperibadian manusia secara hukum, yang menjadikannya cakap dan layak untuk menikmati dan menggunakan hak asasi yang dimilikinya, yang diikuti dengan seperangkat kewajiban yang mesti dilakukannya.

Berdasakan penjelasan di atas dapatlah dikatakan bahwa Islam begitu sangat menghormati dan memuliakan status dan eksistensi manusia, baik yang berkait dengan:

  1. Kemuliaan yang bersifat individual (karâmah fardiyyah) yang memelihara kemuliaan lahir dan batin masing-masing individu manusia.
  2. Karâmah ijtima`iyyah atau kemuliaan yang bersifat masyarakat, pada status hubungan sosial antara sesama manusia sebagai makhluk sosial.
  3. Kemuliaan secara politik (karâmah siyâsiyyah), dengan diberikan hak-hak politik kepada manusia untuk memilih atau dipilih bagi posisi-posisi politik, karena ia merupakan khalifah di muka bumi.
Baca Juga:  Dialog dengan Agama Lain dan Cara Berdialog yang Islami
Mochamad Ari Irawan