Alfiyah Ibnu Malik, Kitab Nadzam Karya Abdullah bin Malik

alfiyah ibnu malik

Pecihitam.org – Kitab Alfiyah Ibnu Malik, kitab yang satu ini merupakan sebuah fenomena yang tak pernah habis walau sudah berumur lebih dari 2 abad. Kitab ini dikarang oleh allamah syeikh Jamaluddin bin Abdulloh bin Abdulloh bin Malik. Kitab ini merupakan salah satu pegangan wajib bagi siapapun yang menginginkan pemahaman ilmu nahwu. Kemasykhurannya tersebar keseluruh penjuru dunia. Termasuk indonesia.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kitab ini bisa dikatakan tingkat lanjut setelah kitab Jurumiyyah dan Imrithi. Didalamnya berisi 1002 nadzom yang bernama nadhom khulasoh. Bait-bait dalam kitab ini begitu padat membahas tentang nahwu dan shorof. Oleh karena itu pada pakar meyakini barang siapa hafal kitab ini niscaya dapat dengan mudah mempelajari gramatikal arab. Dengan syarat orang yang menghafal harus juga harus paham akan maksud yang terkandung di dalam bait itu.

Ada banyak sekali ulama yang mengarang kitab menguraikan maksud dari bait-bait itu. Ada Imam Ibnu Aqil dengan syarah Ibnu Aqil. Ada juga Imam Suyuti dengan kitabnya Audah al Masalik dan masih banyak lagi dari ulama yang tak terhitung jumlahnya . Hal ini merupakan bukti nyata seberapa Alfiyah Ibnu Malik menjadi primadona untuk dikaji dan didalami.
Sama halnya dengan kitab-kita terkenal lain dalam Alfiyah Ibnu Malik juga ada sebuah cerita menarik yang patut untuk kita dengar. Didalam cerita itu ada hikmah yang besar yang menjelaskan tentang akhlak yang luhur dalam mengarang kitab yang fenomenal ini.

Baca Juga:  Pemikiran Fathimah binti Abdul Wahab dalam Kitab Parukunan

Cerita bermula setelah syekh Ibnu Malik merampungkan bait yang berbunyi:

“Wataqtadi ridhon bighoiri sukhti #faiqotan alfiatabni mu’ti.
Yang artinya; “Yang menuntut keridhoan tanpa kebencian, yang meluhiri alfiahnya Ibnu Mu’ti.”

Entah mengapa setelahnya kerangka karangan yang sudah disusun Ibnu Malik didalam kepalanya mendadak hilang. Sejak saat itu Ibnu Malik merasa begitu sukar untuk melanjutkan kitab karangannya. Bait itu memang harus diakui terselip suatu kesombongan kalau kitab beliau lebih hebat dari Alfiyah Ibnu mu’ti pendahulunya.

Saat beliau tidur tiba-tiba beliau bermimpi bertemu seorang lelaki yang berkharisma namun tak dikenalinya. Imam Ibnu Malik memperkenalkan diri bahwa beliau seorang yang akan mengarang kitab Alfiyah seribu nadhom. Mengtahui hal itu lelaki tua itu memintanya untuk membacakan beberapa bait untuk dirinya.

Ibnu Malik menyanggupi dan melafaldkan bait alfiyahnya akan tetapi setelah sampai bait; “faiqotan alfiatabni mu’ti” beliau terdiam tidak dapat lagi melanjutkan bait tersebut.

Melihat syekh Ibnu Malik terdiam. Laki-laki tua tadi mengajukan diri untuk melanjutkan bait Imam Ibnu Malik.

Baca Juga:  Kitab Mukhtashar Al Muzani Karya Yahya Al Muzani Murid Imam Syafii

Bait itu berbunyi; “faiqotan laha bialfi baitin # walhayyu qod yaglibu alfu mayyitin.”
“Yang meluhuri dengan seribu bait, yang hidup terkadang suka menimpa seribu mayat.”

Mendengar bait tersebut imam Ibnu Malik tersadar bahwa laki-laki itu merupakan imam ibnu mu’thi pendahulunya. Imam Ibnu Malik sungguh merasa menyesal dan akhirnya mendedikasikan beberapa bait yang memuji Alfiyah Ibnu Mu’thi yang berbunyi;

“mahua bisabqin haizun tafdhila # mustaujibun sanaiyan jamila”
“Namun beliau memiliki keutamaan karena sebagai pendahulu, yang mesti mendapat sanjungan yang indah.”

“Wauhu yaqdi bihibatin wafiroh liwalahu lidharojaatin akhiroh.”
“Semoga Allah memberi lumuran hibah derajat akhirat untukku dan untuknya.”

Kisah ini mengandung suatu sebuah hikmah yang luar biasa. Sebagai seorang yang pintar tidaklah pantas merasa hebat di bandingkan orang lain. Karena bagaimanapun, segala hal itu asalnya dari Allah. Bagaimana bisa kita yang hanya sekedar dititipi sebuah ilmu malah sombong dengan hal yang sebenarnya tidak milik kita. Bisa jadi kesombongan itu menjadi keburukan dan membuat kita kehilangan ridho Allah.

Dari cerita itu kita tahu bahwa kitab fenomenal Alfiah Ibnu Malik terkenal bukan hanya semata karena proses jihad akademik imam Ibnu Malik. Namun juga dibangun dari sebuah akhlak yang mulia. Pelajaran yang disampaikan Ibnu Mu’ti tertanam di hati Ibnu Malik. Menjadikannya mengadopsi akhlak tersebut dalam karyanya sekarang.

Baca Juga:  Kitab Roudhotu Ath Tholibin Karya Imam An Nawawi

Dua hal inilah suatu yang hendaknya dijaga oleh para penggiat ilmu. Sebaik apapun karya jika tak diridhoi sang pencipta akan hambar dan tak mampu memberi manfaat yang seluas-luasnya. Ridho salah satu pintunya adalah akhlak yang baik. Dengan memadukan keduaanya Etos keilmuan dan akhlak niscaya keberhasilan dan kemanfaatan mampu terwujud dan mampu menghasilkan karya yang fenomenal layaknya kitab Alfiyah Ibnu Malik. Wallahua’alam Bisshawab.

Silahkan download kitab tersebut pada link dibawah ini:

Nadzam Alfiyah Ibnu Malik

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *