Inilah Teladan dari Diamnya Khalifah Umar bin Khatthab Saat Dimarahi Istri

Inilah Teladan dari Diamnya Khalifah Umar bin Khattahab Saat Dimarahi Istri

Pecihitam.org – Umar bin Khattab, teladan terbaik tentang bagaimana membina rumah tangga. Meski ia dikenal sebagai orang yang keras, namun kepada istrinya beliau sangat lemah-lembut dan tidak pernah berbuat kasar. Bahkan, ada kisah penuh hikmah ketika Umar bin Khattahab memilih diam saat dimarahi sang istri

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Konon kepribadian Umar yang keras diwarisi ayahnya, Al-Khatthab) yang juga berwatak kasar dan keras.

Umar diberi tanggung jawab oleh ayahnya untuk menggembalakan unta dan kambing. Jika Umar tidak nurut, ia dipukul. Karena itulah, beliau tumbuh menjadi orang yang keras.

Tapi sekeras-kerasnya Umar, beliau memilih diam ketika istrinya marah. Karena beliau benar-memahami dan mengamalkan sabda Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan Imam An-Nasai dan Ibnu Majah

“Barangsiapa bersabar atas keburukan akhlak istrinya, maka Allah akan memberinya pahala sama seperti pahala yang diberikan kepada Nabi Ayyub atas kesabarannya menahan derita”

“Dan barang siapa yang bersabar atas keburukan suaminya, maka Allah akan memberinya pahala setara dengan yang diberikan kepada Asiyah, (istri Fir’aun)” (HR. Al-Nasa’i dan Ibnu Majah)

Baca Juga:  Belajar dari Kisah Kesabaran Nabi Ayub dan Kesetiaan Siti Rahmah

Demikianlah Umar, sifat kasar dan keras itu tidak pernah beliau perlihatkan demi menjaga hati dan perasaan istrinya. Kisah rumah tangga Umar ini menggambarkan betapa tinggi budi pekerti sang khalifah dalam menghormati istrinya.

Dalam kitab Uqud al-Lujjain karya Syaikh Nawawi Al-Bantanni, diceritakan, bahwa suatu hari Abu Dzar al-Ghifari stres karena istrinya sering marah.

Abu Dzar Al-Ghifari punya niat untuk cerai dengan istrinya. Namun sebelum keinginan ia putuskan,
beliau berkonsultasi terlebih dahulu dengan kawan terdekatnya, Umar bin Al-Khatthab.

Kemmudian, ketika sahabat tersebut sampai di teras rumah Umar, secara tidak sengaja ia mendengar Umar sedang dimarahi istri.

Nada istri Umar pun meninggi dan terdengar membeesar-besarkan masalah yang sebenarnya sangat remeh. Umar hanya diam saja. Beliau cenderung pasif dan tidak berkata apa-apa.

Abu Dzat pun bermaksud untuk kembali. Segera melangkahkan kakinya sambil bergumam, “Kalau khalifah saja seperti itu, bagaimana dengan diriku.

Baca Juga:  Fadhilah Taubat yang Terdapat dalam Kisah Kaum Nabi Yunus

Tidak lama kemudian, Umar membuka pintu rumahnya dan ketika melihat sahabatnya hendak kembali pulang. Umat memanggilnya, “Ada keperluan apa, engkau datang ke rumahku?”

Abu Dzar menjawab, “Kedatanganku sebenarnya ingin berkonsultasi mengenai istriku yang sering marah-marah, namun aku mendengar istri Anda sendiri berbuat yang sama. Aku tidak ingin mengganggu, sementara Anda sendiri sedang ada masalah”

Umar pun tersenyum, lalu berkata, “Saudaraku, mereka adalah istri-istri kita. Aku rela diperlakukan demikian, karena mereka punya hak atas kita”

“Istriku sering memasakkan makanan untukku dan membuatkan roti untukku. Iapun mencucikan pakaian-pakaianku, mendidik dan menyusui anak-anakku.

Padahal semua itu bukan kewajibannya. Aku cukup merasa tenang, tidak melakukan hal yang haram, karena pelayanan istriku. Sebab itulah, aku relakan meskipun dimarahi istriku”

Abu Dzar lalu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, apakah aku juga harus berbuat demikian terhadap istriku?”

Umar menjawab, “Benar. Diamlah ketika dimarahi istrimu, karena apa yang dilakukannya tidak akan lama”

Baca Juga:  Perjanjian Aelia Umar bin Khattab dengan Umat Kristen Yerussalem

Betapa gembiranya Abu Dzar mendapat solusi terbaik dari sang khalifah. Segera ia memohon diri untuk pamit untuk kembali ke rumahnya.

Dan sejak itu, Abu Dzar tidak pernah bersikap keras terhadap istri. Ia lebih memilih untuk bersikap pasif ketika sang istri memarahinya.

Semoga kisah tentang Abu Dzar dan Umar ini menjadi pelajaran bagi kita para suami untuk lebih bersabar menghadapi sifat dan sikap istri yang kadang terkesan cerewet dan mudah marah-marah. Amin Ya Rabbal Alamin!

Faisol Abdurrahman