Sebenarnya Hujan Itu Berkah atau Musibah? Sehingga Ada Anjuran Membaca Doa Turun Hujan

Sebenarnya Hujan Itu Berkah atau Musibah? Sehingga Ada Anjuran Membaca Doa Turun Hujan

PeciHitam.org  Hujan turun dari langit ke bumi, bukan ke laut, harusnya dimasukan kedalam tanah bukan dialirkan ke laut. Kata-kata tersebut sangat sensitif dan menjadi bahan guyonan, bullying, cacian bahkan sebagai pembeda identitas politik sekarang.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Semuanya bersumber dari adanya hujan yang turun dari langit ke Bumi. Allah mentakdirkan bahwa Hujan tidak bisa ditolak dibagian bumi manapun. Dengan teknologi apapun tidak akan mampu merubah situasi cuaca dan merekayasanya.

Apapun yang turun dari langit sangat berarti bagi manusia, tergantung bagaimana kita bersikap dan berdamai dengan keadaan serta memanfaatkannya. Penting sekali dalam keadaan hujan berdoa kepada Allah SWT agar hujan yang turun menjadi bermanfaat.

Daftar Pembahasan:

Hujan, Berkah atau Musibah?

Pemikiran manusia sering terbalik dalam memahami fenomena alam yang terjadi. Hujan sering menjadi tersangka sebagai penyebab musibah. Banjir bandang, tanah longsor, luapan air dan sebagainya merupakan bukti-bukti hujan tidak bersahabat kepada manusia.

Akan tetapi, jika dalam beberapa tahun tidak turun hujan manusia akan sangat menginginkan hujan sebagai sumber air manusia. Dalam al-Qur’an penggunaan bahasa Hujan untuk menyebutkan fenomena bernilai positif dan negatif berbeda.

Nilai positif dalam hujan dimaknai sebagi anugerah bagi manusia, sedangkan nilai negatif dalam hujan sering dinamakan siksa. Perspektif al-Qur’an, hujan disebut dengan (المطر) yang artinya adalah air yang ditumpahkan/air hujan.

Syaikh Al-Isfahani dalam kitab al-Mufrodat fi Gharibil Qur’an menjelaskan bahwa istilah air hujan ini ada yang turunnya membawa kebaikan (مطر), dan digunakan dalam diksi siksaan maka menggunakan kata (امطر). Penggunaan diksi siksaan digunakan oleh Allah dalam Al-Qur’an sebagaimana dalam ayat;

  1. Surat As-Syu’ara 173

وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ (١٧٣

Artinya; “Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu) Maka Amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu” (Qs.Asy-Syu’ara)

Disebutkan pada ayat tersebut bahwa suatu kaum dijatuhi dengan hujan batu. Kaum yang dimaksud adalah kamu Nabi Luth atau sering disebut dengan kaum Sodom. Allah menyebutkan bahwa hujan batu disini menggunakan redaksi (وَأَمْطَرْ) yang mana hujan batu adalah bentuk Azab siksaan Allah kepada kaum yang ingkar kepada Allah SWT

  1. Surat Al-‘Araf ayat 84
Baca Juga:  Doa Bangun Tidur: Bacaan Lengkap dengan Latin, Arti dan Keutamaannya

وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ (٨٤

Redaksi surat al-‘Araf ayat 84 dalam menyatakan siksaan yang terkandung dalam Hujan (batu) sama dengan surat Asy-Syu’ara ayat 173. Bedanya adalah obyek atau mukhattab pada masing-masing ayat. Perhatikan bagian akhir ayat yang menyatakan balasan bagi orang berdosa.

Artinya; “Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu” (Qs. Al-‘Araf: 84)

  1. Surat Al-Hijr ayat 74

فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ (٧٤

Ayat ini menjelasakan bahwa Allah SWT membalik bumi untuk menelan orang-orang yang ingkar kepadaNya. Ditambah dengan siksaan Allah di dunia berupa hujan batu terbuat dari tanah yang keras. Makna ayat di atas sebagaimana berikut.

Artinya; “Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras” (Qs. Al-Hijr: 74)

Selain 3 ayat di atas, pernyataan hujan berbentuk siksaan dapat ditemukan dalam surat al-Anfal ayat 23. Pada ayat ini, Allah memperjelas hujan batu merupakan bentuk siksaan atau azab yang sangat pedih dari Allah SWT.

Sedangkan diksi bahasa Al-Qur’an untuk menyebut Hujan yang membawa manfaat dan berkah disebutkan dalam ayat berikut;

وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (٥٧

Allah SWT menyebutkan dalam ayat di atas dengan tidak langsung kata (بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ) dan (الْمَاءَ), keduanya merujuk kepada Hujan untuk menghidupkan berbagai tanaman yang membawa manfaat. Perhatikan arti ayat di atas;

Artinya; “Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran” (Qs. Al-‘Araf: 57)

Kandungan ayat di atas membahas pula tentang proses terjadinya hujan. Faktor-faktor terjadinya hujan disebutkan dalam ayat ini diawali dengan ditiupkannya angin membawa mendung. Penjelasan tentang proses hujan ditemukan dalam surat Ar-Ra’d ayat 12;

Baca Juga:  Jangan Sampai Lupa! Inilah Doa yang Dianjurkan Setelah Pulang Haji atau Umrah

هُوَ الَّذِي يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ (١٢

Artinya; “Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia Mengadakan awan mendung”

Angin membawa mendung dilanjutkan dengan proses kilat dan berkumpulnya awan mendung. Kilat dan awan mendung mengandung 2 kemungkinan, terkadang membawa ketakutan dan terkadang membawa harapan.

Bagi orang yang akan bepergian, awan mendung dengan kilat membawa kabar kurang menyenangkan. Sedangkan satu sisi, awan mendung dengan kilat bisa menjadi pertanda hujan turun untuk menyirami tanaman pertanian. Biasanya yang menunggu hujan adalah petani setelah terjadinya kemarau.

فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ (١١

Pintu langit dibuka dengan menurunkan air berupa Hujan dari langit. Air hujan yang tercurah membasahi bumi tanpa terkecuali, keadaan turunnya air hujan ini-lah kesunnahan untuk mengucapkan doa turun hujan.

Artinya; “Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah” (Qs. Al-Qamar: 11)

Keterangan lain disebutkan dalam surat Al-Furqan ayat 50, bahwa Allah-lah yang membagi rejeki kepada manusia melalui air hujan yang turun. Dengan air hujan Allah memperlihatkan kekuasaanya kepada manusia bahwa Dia Dzat yang memberi rejeki.

Hujan dan Kehidupan

Tidak bisa dipungkiri bahwa air merupakan elemen sangat penting dalam kehidupan manusia. Tidak ada organisme yang hidup kecuali membutuhkan Air.

Maka tidak heran dalam penelitian antariksa, zat yang bertama kali diteliti adalah keberadaan air jika ingin mengetahui ada atau tidak kehidupan diluar angkasa. Ayat allah menerangkan;

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٢٢

Allah mensifati untuk diriNya bahwa Dia-lah penurun hujan dan menjadikan bumi hidup dengan air hujan. Bisa kita pahami, tidak ada bagian bumi manapun yang ditumbuhi tumbuhan dan binatang hidup jika tidak ada sumber air.

Bagian bumi yang paling subur adalah bagian bumi yang banyak mendapat curah hujan, sebagaimana negara-negara tropis seperti Indonesia.

Doa Turun Hujan

Imam Syafi’i menyebutkan bahwa salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa adalah saat hujan. Beliau menyebutkan dalam kitab Al-Umm sebagaimana hadits di bawah ini;

Baca Juga:  Ternyata Ini Manfaat Membaca Ayat Kursi Sebelum Tidur

ثِنْتَانِ لَا تُرَدَّانِ، أَوْ قَلَّمَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ، وَعِنْدَ الْبَأْسِ حِينَ يُلْحِمُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا قَالَ مُوسَى وَوَقْتُ الْمَطَرِ

Ada dua waktu doa kita tidak akan tertolak, atau sangat kecil kemungkinan ditolak yakni ketika adzan dan ketika perang pada saat pasukan bertempur.

Musa bin Ya’qub Az-Zama’i menambahkan dan ketika turun hujan. Hadits ini menjelaskan bahwa hujan masuk kategori waktu mustajab untuk berdoa.

Memperkuat hadits di atas yakni Imam an-Nawawi ad-Damasyq pengarang kitab Azdkar menjelaskan bahwa doa pada saat hujan tidak ditolak atau jarang ditolak karena pada saat itu tengah turun rahmat, terutama saat awal musim penghujan.

Bagaimana doa ketika turun hujan sehingga kita bisa beramal dengannya?

Riwayat hadits menjelaskan doa turun hujan sebagai berikut;

اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

“Allahumma Shayyiban Nafi’an”

Ya Allah, curahkanlah air hujan yang bermanfaat

Harapan dari Hadits Riwayat Imam Bukhari dari Aisyah RA, agar turunnya hujan membawa manfaat bukan membawa malapetaka. Jika ingin memastikan bahwa hujan yang turun bermanfaat kiranya memakai doa sebagai berikut;

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا ، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِ ، وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

“Allahumma Hawalaina wa Laa ‘alaina, Allahumma ‘alal Aakami wa adh-Dhirabi, wa Buthunil audiyati, wa Manabit Asy-Syajari”

Doa ini juga diperuntukan jika hujan yang turun terlalu lebat dan diperkirakan akan membawa kerusakan pada tanaman, rumah atau yang lainnya. Resapi makna yang terkandung dari agar menjadikan lebih khusuk dalam berdoa.

Sebagai penutup setelah selesai hujan maka disunnahkan untuk membaca doa berikut;

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللـهِ ورَحْمَتِهِ

“Muthirnaa bi Fadhlillahi wa Rahmatihi”

Ash-shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan