Hatim Al-Asham, Seorang Wali yang Pura-pura Tuli demi Seorang Wanita

Pecihitam.org – Nama lengkapnya Abdur Rahman Hatim bin Unwan al-Asham. Al-ashamm bermakna “Si Tuli”. Hatim Al-Asham adalah penduduk asli Balkh Persia, murid daripada Syaqiq Al-Balkhi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Hatim memiliki banyak murid, salah satunya adalah Ahmad bin Khazhrawiyah. Suatu ketika Hatim berkunjung ke Baghdad dan meninggal dunia di Wasyjard sebuah desa yang berdekatan dengan daerah Tirmidz pada tahun 237 H/851 M.

Di kenal dengan sebutan al-asham (si tuli) karena disebabkan suatu kisah yang pernah terjadi dalam kehidupannya.

Suatu hari Beliau didatangi oleh seorang wanita yang ingin menyakan perihal hukum tertentu kepadanya. Namun ketika sedang bertanya, wanita tersebut tanpa sengaja buang angin (kentut). Hampir-hampir merasakan malu yang teramat sangat, karena takut suara kentutnya terdengar oleh Hatim.

Namun dengan kelapangan dadanya, Hatim pun berpura-pura Tuli dan berkata kepadanya dengan suara yang lantang seolah olah beliau sulit mendengar “apa yang anda tanyakan barusan? berbicaralah lebih keras! pendengaranku kurang bagus!”.

Beliau bertingkah demikian agar tamunya itu tidak jadi merasa malu, karena tidak mungkin terdengar suara kentutnya oleh Hatim yang sebenarnya hanya berpura-pura tuli.

Sejak saat itu hingga sampai meninggalnya wanita tersebut, beliau tetap berusaha berbicara dengan suara yang sedikit lantang. Yakni selama 15 tahun lamanya. Hingga dikenallah beliau dengan sebutan Hatim Al-Asham (Hatim Si Tuli).

Setelah si wanita meninggal, beliaupun kembali seperti sedia kala, tidak lagi bersuara lantang.

Beberapa Kisah Karomahnya

*Hatim Al-Asham sosok yang maqbul doanya, banyak yang bertaubat dibawah bimbingannya. Pada suatu hari dalam ceramahnya di kota Balkh, Hatim Al-Ashamm berdoa:

Baca Juga:  Al-Farabi dan Gelar Filusuf Kedua dalam Islam

“Ya Allah, siapa saja yang berada dalam jama’ah ku hari ini, ku mohon ampunkanlah dosa-dosanya, baik yang paling kecil maupun dosa yang paling besar, dan palingkanlah segala amalan buruknya baik yang kecil maupun yang paling tercela kepada amalan yang engkau ridhai”

Salah seorang dari jama’ahnya ternyata ada yang berkerja mencuri dari mayat dikuburan. Ia telah membongkar banyak kuburan dan mencuri kain kafannya. Pada malam harinya seperti biasa ia pun menggali beberapa kuburan. Ketika sedang membongkar kubur itu, tiba-tiba terdengar suara dari dalam kuburan yang berseru kepadanya :

“Kenapa kau tidak memiliki rasa malu sama sekalil? bukankah tadi pagi ketika mendengarkan ceramah Hatim, engkau telah beroleh taubat dari Allah, tetapi malam ini engkau malah kembali mengulangi perbuatanmu itu?!”

Pemuda tersebut terkejut dan dengan seketika segera melompat keluar, berlari mencari Hatim. Ia mengisahkan kepada Hatim kejadiannya malam itu dan kemudian bertaubat dengan sebenar-benarnya.

*Pada suatu hari Hatim berjalan disuatu pasar , ia mellihat ada seorang pedagang yang sedang menangkap salah seorang langganannya sambil berteriak: “Bisa jadi ialah orang yang telah mengambil beberapa barang daganganku dan tidak mau membayar sesudah memakannya!”

Ketika itu Hatim Al-Asham pun menghampirinya dan mendamaikan suasana seraya berkata: “wahai tuan, bermurah hatilah!.”
“Aku tak mau. yang kuinginkan hanyalah uangku yang belum dibayarnya,” jawab si pedagang.

Segala bujukan Hatim pun tidak berguna bagi pedagang tersebut. Kemudian Hatim menjadi marah hingga akhirnya beliau melepaskan jubahnya, kala itu banyak orang yang menyaksikannya. Beliau membentangkan jubah itu ke atas tanah. Ajaibnya tiba-tiba Jubah itu pun penuh dengan uang emas asli.

Baca Juga:  Kisah Gus Dur dan Laporan PKI di KBRI Mesir

Hatim berkata “kemarilah, ambillah sejumlah uang ini sekedar ukuran kerugianmu saja” kata Hatim. “Camkan baik-baik! jangan ambil lebih daripada itu, jika kau tidak ingin tanganmu terkena sampar.”

Lalu si pedagang itu pun mengambil sejumlah uang dan kemudian bermaksud mengambil lebih dari kerugiannya, ia tidak menghiraukan peringatan Hatim, hingga saat itu juga tangannya pun terkena sampar.

*Hatim pernah bercerita: “disaat aku ikut dalam peperangan, seorang tentara Turki menangkapku. Tubuhku dibantingnya dan aku hendak dibunuhnya. Tetapi aku tidak peduli dan tidak gentar.

Aku hanya bisa pasrah kepada Allah dan menyaksikan apa yang hendak dilakukannya terhadap diriku. tentara itu mencabut pedangnya, disaat yang bersamaan sebuah anak panah pun menancap di tubuhnya dan ia pun jatuh mati tersungkur. kemudian aku pun bertanya : “Engkau yang membunuhku, atau akulah yang membunuhmu?”

*Tiada tiba waktu pagi melainkan terdengar bagiku suara setan yang ingin menggodaku, ia berkata: “apa yang akan kamu makan hari ini?, pakaian apa yang akan kau kenakan? dan dimanakah engkau akan tinggal?”. aku pun selalu dengan sigap menjawabnya: “hari ini aku akan memakan kematian, memakai kain kafan dan tinggal di liang lahat!”.

Beberapa Kalam Hikmahnya

  1. Peliharalah dirimu pada tiga perkara: 1. Bila engkau beramal maka ingatlah Allah Maha Melihat amalanmu, 2. Bila berbicara maka ingatlah Allah Maha Mendengar setiap perkataanmu, 3. Dan bila engkau diam maka ingatlah Allah Maha Tahu apa yang ada didalam bathinmu.
  2. Barangsiapa yang melewati suatu perkuburan dengan tanpa bertafakkur bagi dirinya sendiri dan tidak mendoakan ahli kubur tersebut, maka sungguh ia telah berkhianat terhadap dirinya sendiri sekaligus berkhianat terhadap mereka.
  3. Pangkal zuhud adalah Tsiqah (yakin) terhadap Allah, pertengahannya adalah sabar dan penghujungnya adalah ikhlas.
  4. Barangsiapa yang hendak masuk/menempuh jalan kami (jalan kesufian), maka hendaklah menjadikan pada dirinya 4 perkara: 1. Kematian putih, yakni rasa lapar, 2. Kematian hitam, yaitu menanggung kepedihan, 3. Kematian merah, yakni melawan nafsu dan 4. Kematian hijau, yaitu mencampakkan sebahagian tambalan atas sebahagian yang lain.
  5. Modal ketaatan itu ada 3: khauf (rasa takut), rajaa’ (pengharapan), dan hub (cinta). sedangkan modal kemaksiatan juga ada 3: takabbur, dengki dan tamak/rakus (terhadap dunia-pen)
  6. Bagi tiap sesuatu ada perhiasannya, dan perhiasan ibadah adalah rasa khauf, sedangkan tanda-tanda khauf itu sendiri adalah pendeknya angan-angan.
Baca Juga:  Daud ath-Tha'i, Waliyullah yang Hanya Punya Harta 20 Dinar dalam 20 Tahun

Demikian kisah singkat kehidupan Hatim Al-Asham, seorang Waliyullah yang sangat mulia disisi Allah SWT. semoga kita dapat memetik pelajaran berharga dari tulisan ini, dan semakin besar kecintaan kita kepada para wali dan hamba-hamba Allah yang shalih dimuka bumi, amiin!. Wallahua’lambisshawab!

Muhammad Haekal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *