Pecihitam.org – Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani Syekh Nawawi al-Bantani lahir di Tanara, Serang, 1230 H/1813 M dan wafat di Mekkah, Hijaz 1314 H/1897 M. Haul Syekh Nawawi al-Bantani selalu diperingati setiap tahunnya setiap akhir Syawal.
Mengutip dari laman Pondok Pesantren Tengkele Serang Banten. Haul Syekh Nawawi al Bantani tahun ini rencananya akan di laksanakan pada Hari Kamis Malam Jum’at 26 Syawal 1441 H atau 18 Juni 2020 M. Biasanya para jamaah lokal maupun dari berbagai daerah di Indonesia akan datang memadati Tanara, guna memperingati ulama besar tersebut.
Daftar Pembahasan:
Mengenal Syekh Nawawi al Bantani
Syekh Nawawi Banten adalah seorang ulama dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab. Jumlah karyanya lebih dari 115 kitab antara lain meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis.
Syekh Nawawi Banten mendapat berbagai julukan seperti Sayyid Ulama al-Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz), al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq (Imam yang Mumpuni ilmunya), A’yan Ulama al-Qarn al-Ram Asyar li al-Hijrah (Tokoh Ulama Abad 14 Hijriyah), hingga Imam Ulama al-Haramain, (Imam ‘Ulama Dua Kota Suci).
Beliau merupakan anak sulung dari 7 bersaudara, yaitu Ahmad Syihabudin, Tamim, Said, Abdullah, Tsaqilah dan Sariyah. Ayah Syekh Nawawi Banten bernama Umar bin Araby dan ibunya bernama Zubaidah.
Syekh Nawawi adalah generasi ke-12 keturunan dari Sultan Maulana Hasanuddin, raja pertama Banten Putra dari Sunan Gunung Jati, Cirebon. Nasabnya melalui jalur Kesultanan Banten ini sampai kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
Berikut adalah silsilah Syekh Nawawi Banten sampai dengan Rasulullah SAW :
- Syekh Nawawi al-Bantani bin
- Syekh Umar al-Bantani bin
- Syekh Arabi al-Bantani bin
- Syekh Ali al-Bantani bin
- Syekh Jamad al-Bantani bin
- Syekh Janta al-Bantani bin
- Syekh Masbuqil al-Bantani bin
- Syekh Maskun al-Bantani bin
- Syekh Masnun al-Bantani bin
- Syekh Maswi al-Bantani bin
- Syekh Tajul Arsy al-Bantani (Pangeran Sunyararas) bin
- Sultan Maulana Hasanuddin bin
- Sultan Syarif Hidayatullah bin
- Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan bin
- Sayyid Ali Nurul Alam Azmatkhan bin
- Sayyid Jamaluddin Akbar Azmatkhan al-Husaini (Syekh Jumadil Kubro) bin
- Sayyid Ahmad Jalal Syah Azmatkhan bin
- Sayyid Abdullah Azmatkhan bin
- Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin
- Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadramaut) bin
- Sayyid Muhammad Shahib Mirbath (Hadramaut) bin
- Sayyid Ali Khali’ Qasam bin
- Sayyid Alawi ats-Tsani bin
- Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
- Sayyid Alawi Awwal bin
- Sayyid al-Imam ‘Ubaidillah bin
- Sayyid Ahmad al-Muhajir bin
- Sayyid ‘Isa Naqib ar-Rumi bin
- Sayyid Muhammad an-Naqib bin
- Sayyid al-Imam Ali Uradhi bin
- Sayyidina Ja’far ash-Shadiq bin
- Sayyidina Muhammad al-Baqir bin
- Sayyidina Ali Zainal Abidin bin
- Sayyidina Husain bin
- Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah az-Zahra binti
- Sayyidina Muhammad SAW.
Perjalanan Intelektual
Pada usia lima tahun, Syekh Nawawi al Bantani belajar ilmu langsung dari asuhan Ayahnya. Dari Ayahnya tersebut Syekh Nawawi mendapatkan Ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Agama seperti Bahasa Arab, tauhid, fiqih dan tafsir dll.
Setelah itu barulah Syekh Nawawi dan kedua adiknya Ahmad dan Tamim belajar kepada ulama ulama lain seperti Kyai Sahal ulama terkenal dari Banten dan Kyai Yusuf seorang Ulama terkenal di Purwakarta.
Ketika usianya memasuki delapan tahun, Syekh Nawawi memulai pengembaraannya mencari ilmu antara lain belajar ke Jawa Timur. Tiga tahun di Jawa Timur, beliau pindah ke salah satu pondok di daerah Cikampek (Jawa Barat) untuk belajar bahasa.
Ketika usia beliau mencapai lima belas tahun, Syekh Nawawi menunaikan haji dan kemudian belajar ilmu kepada sejumlah ulama masyhur di Mekah kala itu. Syaikh Muhammad Nawawi bermukim di Mekkah selama 3 tahun dan kembali ke Tanara Banten kemudian mencoba mengembangkan ilmu yang didapatnya.
Dikarenakan kondisi tanah air kala itu masih di bawah jajahan Belanda setiap gerak gerik Ulama termasuk Syekh Nawawi selalu diintai oleh pemerintah Belanda. Bahkan beliau sempat dituduh sebagai pengikut Pangeran Diponegoro yang ketika itu sedang mengobarkan perlawanan terhadap Belanda (1825 – 1830 Masehi).
Setelah kurang lebih tiga tahun tinggal di tanah kelahirannya, dan ketika puncak terjadinya Perlawanan Pangeran Diponegoro pada tahun 1830 akhirnya beliau kembali ke Mekkah setelah mendapat tekanan pengusiran dari Belanda.
Pencarian Syekh Nawawi terhadap ilmu tidak berhenti sampai di Mekkah, tetapi beliau juga pergi ke Negara-Negara lainnya seperti Mesir dan Suriah. Di sana beliau belajar pada Ulama-Ulama Besar seperti Yusuf Samulaweni, Al-Nakhrawy dan Abdul Hanid Daghastani yang ketiganya dari Mesir.
Syekh Nawawi mulai masyhur ketika menetap di Syi’ib ‘Ali Mekkah. Beliau mengajar di halaman rumahnya. Awalnya cuma puluhan murid, hingga kian lama jumlahnya semakin banyak.
Mereka datang dari berbagai penjuru dunia. Hingga jadilah Syekh Nawawi al Bantani sebagai ulama yang dikenal piawai dalam ilmu agama, terutama tentang tauhid, fiqih, tafsir, dan tasawuf.
Nama Syekh Nawawi Banten atau syekh Nawawi Al-Bantani semakin masyhur ketika dia ditunjuk sebagai Imam Masjidil Haram, menggantikan Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi atau Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi.
Bukan hanya di kota Mekkah dan Madinah saja, bahkan nama Syekh Nawawi begitu masyhur hingga negeri Suriah, Mesir, Turki, Hindustan dan negeri-negeri lainnya.
Murid-Murid Syekh Nawawi
Setelah sukses belajar, Syekh Nawawi al Bantani menjadi guru di Masjidil Haram selama 30 tahun. Diantara anak didiknya kemudian dikenal oleh bangsa dan umat Islam Indonesia sebagai ulama kenamaan.
Murid Syekh Nawawi yang dari Indonesia antara lain sebagai berikut:
- KH. Kholil Bangkalan
- KH. Tubagus Muhammad Asnawi di Caringan (Jawa Barat)
- KH. Hasim Asy’ari Tebu Ireng Jombang Jawa Timur
- KH. Asy’ari Bawean, KH. Nahjun Kampung Gunung Mauk Tangerang
- KH. Asnawi Caringin Labuan Pandeglang Banten
- KH. Ilyas Kampung Teras Tanjung Kec. Karagilan Kab. Serang Banten
- KH. Abdul Ghoffar Kampung. Lampung Kec. Tirtayasa Kab. Serang Banten
- KH. Tubagus Bakri Sempur Purwakarta
- Ada juga murud-murid yang terkenal dari negara lain, seperti Dawud Perak (Kuala Lumpur Malaysia), dan Abd. al-Sattar bin Abd. al-Wahhad al-Dahlawi (Mekkah).
Karya Syekh Nawawi
Berikut adalah beberapa karya tulis Syekh Nawawi al Bantani:
- al-Tsamar al-Yani’ah syarah al-Riyadl al-Badi’ah
- al-‘Aqd al-Tsamin syarah Fath al-Mubîn
- Sullam al-Munâjah syarah Safînah al-Shalâh
- Baĥjah al-Wasâil syarah al-Risalah al-Jami’ah bayn al-Usul wa al-Fiqh wa al-Tasawwuf
- al-Tausyih/ Quwt al-Habîb al-Gharîb syarah Fath al-Qarîb al-Mujîb
- Niĥâyah al-Zayyin syarah Qurrah al-‘Ain bi Muĥimmâh al-Dîn
- Marâqi al-‘Ubûdiyyah syarah Matan Bidâyah al-Ĥidâyah
- Nashâih al-‘Ibâd syarah al-Manbaĥâtu ‘ala al-Isti’dâd li yaum al-Mi’âd
- Salâlim al-Fadhlâ΄ syarah Mandhûmah Ĥidâyah al-Azkiyâ΄
- Qâmi’u al-Thugyân syarah Mandhûmah Syu’bu al-Imân
- al-Tafsir al-Munîr li al-Mu’âlim al-Tanzîl al-Mufassir ‘an wujûĥ mahâsin al-Ta΄wil musammâ Murâh Labîd li Kasyafi Ma’nâ Qur΄an Majîd
- Kasyf al-Marûthiyyah syarah Matan al-Jurumiyyah
- Fath al-Ghâfir al-Khathiyyah syarah Nadham al-Jurumiyyah musammâ al-Kawâkib al-Jaliyyah
- Nur al-Dhalâm ‘ala Mandhûmah al-Musammâh bi ‘Aqîdah al-‘Awwâm
- Tanqîh al-Qaul al-Hatsîts syarah Lubâb al-Hadîts
- Madârij al-Shu’ûd syarah Maulid al-Barzanji
- Targhîb al-Mustâqîn syarah Mandhûmah Maulid al-Barzanjî
- Fath al-Shamad al ‘Âlam syarah Maulid Syarif al-‘Anâm
- Fath al-Majîd syarah al-Durr al-Farîd
- Tîjân al-Darâry syarah Matan al-Baijûry
- Fath al-Mujîb syarah Mukhtashar al-Khathîb
- Murâqah Shu’ûd al-Tashdîq syarah Sulam al-Taufîq
- Kâsyifah al-Sajâ syarah Safînah al-Najâ
- Al-Futûhâh al-Madaniyyah syarah al-Syu’b al-Îmâniyyah
- ‘Uqûd al-Lujain fi Bayân Huqûq al-Zaujain
Adapun karya Syekh Nawawi yang paling monumental adalah Tafsir Al-Munir. Kitab Tafsir Al-Munir tersebut menerangi jalan siapa saja yang ingin memahami Kalammullah.
Wafat Syekh Nawawi al-Bantani
Syekh Nawawi al-Bantani wafat pada tahun 1314 H atau 1897 M. di kediamannya kampung Syi’ib Ali Makkah. Jenazahnya dimakamkan berdekatan dengan makam Ibnu Hajar dan Asma binti Abu Bakar ash-Shiddiq.
Syekh Nawawi Banten wafat ketika sedang menyusun kitab yang menguraikan Minhaj ath-Thalibin-nya Imam Yahya bin Syaraf bin Mura bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jam’ah Hujam an-Nawawi.
Hingga kini haul syekh Nawawi al Bantani setiap tahunnya selalu di peringati. Bahkan banyak jamaah yang datang dari berbagai penjuru daerah di Indonesia untuk mengikuti Haul Syekh Nawawi al Bantani tersebut.