Ini Tiga Dimensi Mudlorot Hoax, Nomor 3 Sering Diremehkan

dimensi mudlorat hoax

Pecihitam.org – Hoax atau kabar bohong merupakan kebiasaan yang melekat pada seorang munafik. Secara umum ada 3 dimensi mudlorot hoax yang sangat berbahaya. Namun begitu, hoax acapkali digunakan oleh orang atau komunitas untuk mencapai tujuan atau merusak citra seseorang.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mudlorot pertama

Pertama yang terkena mudlorot atau dampak negatif hoax adalah orang yang dibicarakan atau diinformasikan dalam kabar hoax itu. Seseorang yang baik bisa saja dijauhi oleh masyarakat bahkan dicaci gegara beredar kabar hoax tentang dirinya.

Unmul Mukminin, Siti Aisyah adalah contoh nyata dalam hal ini. Dalam peristiwa yang oleh para ahli hadis disebut dengan istilah haditsul ifki (berita hoax), betapa Siti Aisyah seorang istri yang alim dan terhormat dibuat gelisah hingga sakit gara-gara ada yang menyebarkan hoax bahwa ia telah berbuat serong dengan seorang lelaki bernama Shafwan bin Muatthal.

Aisyah jatuh sakit, bahkan minta izin untuk pulang ke rumah orang tuanya. Berhari-hari ia sedih menahan perihnya hati dan malam-malam dalam durasi sebulan lamanya dijalani dengan gelisah susah tidur. Ini adalah mudlorot atau dampak negatif dari kabar hoax.

Mudlorot kedua

Kedua, pembuat hoax itu sendiri yang kena dampaknya. Terbukti membuat hoax, selamanya ia akan dicap raja atau ratu hoax. Umumnya penyebar hoax itu merasa benar atau karena sudah kebiasaan, maka hanya dengan memproduksi hoax ia bisa bertahan, termasuk bertahan menutupi hoax dengan hoax terbaru.

Baca Juga:  Begini Cara Islam Mengistimewakan Anak Yatim Seperti yang Dicontohkan Nabi dan Sunan Drajat

Tapi jika terus begitu, ia akan dianggap kaddzab, pembohong sekalipun suatu saat ia menyampaikan kabar yang benar. Seperti cerita orang yang berbohong bahwa rumahnya kebakaran. Orang-orang pun datang ingin membantu. Tapi ternyata tidak terjadi apa. Lalu ia berbohong yang sama untuk kali kedua. Orang-orang datang lagi, sementara rumah tetap utuh tanpa api.

Esoknya ia teriak lagi minta tolong. Apa respon orang? “Paling ia bohong lagi. Sudahlah tak usah kita pedulikan.” Padahal waktu itu si pembohong sedang jujur. Rumahnya benar-benar kebakaran. Tapi mau gimana lagi, orang-orang sudah terlanjur memberikan cap sebagai pembohong. Ketika jujur pun dianggap bohong.

Tentang ini, Nabi sudah wanti-wanti. Jangan suka buat hoax, agar tak dianggap raja atau ratu hoax, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh oleh Imam Ahmad.

وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (tukang hoax)

Mudlorot ketiga

Ketiga, giliran yang mendengar kabar hoax itu yang kena mudlorotnya, yakni ketika tanpa tabayyun mereka percaya begitu saja bahkan ikut menyebarkan hoax. Ini sungguh bukan hal yang sepele, tapi justru ini yang sering dianggap remeh. Jangan sampai kita mendapatkan murka Allah karena percaya dan turut ambil peran dalam penyebaran hoax.

Baca Juga:  Memberi Minum Saat Sakaratul Maut, Benarkah Disunnahkan?


اِذْ تَلَقَّوْنَهٗ بِاَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُوْلُوْنَ بِاَفْوَاهِكُمْ مَّا لَيْسَ لَكُمْ بِهٖ عِلْمٌ وَّتَحْسَبُوْنَهٗ هَيِّنًاۙ وَّهُوَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمٌ ۚ

(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar. (QS. An-Nur: 15)

Sikap seorang mukmin yang baik dalam menerima berita tentang keburukan orang, mestinya husnuddzan, tabayyun dulu, saring dulu sebelum disharing. Kalau jelas itu hoax, sudah. Tegaskan bahwa ini hoak, tidak boleh dipercaya apalagi disebarkan.

Allah SWT telah mengingatkan tentang ini dalam firman-Nya


لَوْلَآ اِذْ سَمِعْتُمُوْهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بِاَنْفُسِهِمْ خَيْرًاۙ وَّقَالُوْا هٰذَآ اِفْكٌ مُّبِيْنٌ

Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita bohong itu dan berkata, “Ini adalah (suatu berita) bohong yang nyata.” (QS. An-Nur: 12)

Kita lihat negeri kita hari ini. Saban hari kabar hoax beredar baik di media sosial maupun di warung-warung kecil di kampung. Baik hoax itu menyerang pemerintah, mendiskreditkan ulama, atau menyebar kebencian antar sesama anak negeri. Sebenarnya hari ini negeri kita sedang darurat hoax.

Orang-orang sudah pada lupa dengan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa seseorang sudah dihitung berbohong jika membicarakan setiap yang didengar, termasuk ketika menshare setiap berita tanpa menyaring dulu mana yang fakta dan mana yang hoax.

Baca Juga:  Haditsul Ifki dan Logika Pemberitaan Hoax Hari Ini

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَه

Cukuplah seseorang dikatakan berdusta jika ia membicarakan setiap yang ia dengar.

Inilah 3 dimensi mudlorot hoax yang harus kita pahami. Karena hoax itu bukan hal yang sepele di sisi Allah. Kita tidak boleh membuat, apalagi menyebar hoax atas alasan dan tujuan apa pun.

Bahkan al-Imam Mawardi mengungkapkan dalam satu karangannya bahwa kebohongan adalah sumber dan akar dari segala kejahatan dan kejelekan karena dampak buruk dan kekejian yang ditimbulkannya.

Faisol Abdurrahman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *