Asal Usul Kalender Islam dan Usaha Sinkronisasi dengan Kalender Jawa Oleh Sultan Agung

Asal Usul Kalender Islam dan Usaha Sinkronisasi dengan Kalender Jawa Oleh Sultan Agung

PeciHitam.orgIslam memiliki sistem penanggalan mandiri yang dinamakan Hijriyah. Kalender Islam ini melandarkan penghitungan rotasi Bulan kepada bumi, sehingga sering dinamakan pula penanggalan Qomariyah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sedangkan penanggalam Masehi sering disebut tahun Syamsiyah karena melandaskan penghitungan pada revolusi bumi kepada Matahari.

Kalender Islam, Hijriyah, digunakan luas oleh Negara-negara yang berasas Islam sebagaimana Arab Saudi, Irak, Mesir dan lain-lain. Penghitungan kalender Hijriyah baru digunakan pada akhir masa Khulafaur Rasyidin.

Daftar Pembahasan:

Sejarah Kalender Islam Hijriyah

Kalender Islam atau Kalender Hijriyah (تقويم الهجرري) adalah penentuan tanggal atau bulan guna menentukan Ibadah-ibadah khusus dalam Islam. Sistem penanggalan Hijriyah merupakan dasar pelaksanaan Ibadah wajib dan sunnah dalam Islam seperti bulan Ramadhan, bulan Dzulhijjah untuk Puasa Arafah, Hari Tasyrik atau haram berpuasa pada tanggal 11-13 Dzulhijjah.

Kalender islam atau penanggalan Hijriyah tidak terlepas dari sejarah Hijrah/ Migrasinya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Peristiwa ini terkenal dengan Hijratu Nabi yang diperintahkan Allah SWT.

Pada tahun tersebut belum ada penanggalan khusus milik orang Islam, akan tetapi nama-nama bulan dalam kebudayaan Arab sudah ada. Pada tahun-tahun awal Islam menggunakan sistem penanggalan campuran antara Syamsiyah dan Qamariyah akan tetapi belum mengenal sistem penomoran tahun.

Tahun-tahun ditandai dengan kejadian-kejadian besar pada masa itu, sama dengan hari lahir Muhammad SAW yang dinamakan tahun Gajah karena pada tahun itu tentara Gajah Raja Abrahah menyerang Kakbah.

Percampuran penanggalan matahari dan bulan kemudian dilarang oleh Allah SWT pada tahun 9 Hijriyah setelah turunnya surat at-Taubah ayat 36-37;

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (٣٦)إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (٣٧

Artinya; Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

“Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram itu adalah menambah kekafiran. disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, Maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”

Awal Nabi membangun peradaban Islam belum menggunakan Angka penomoran tahun. Penomoran tahun masa itu menggunakan penghitungan Tahun Kenabian. Misal tahun meningalnya paman dan istri Rasul pada tahun 9 Kenabian dan lain sebagainya.

Baca Juga:  Manfaat Medis Duduk di Antara Dua Sujud, Salah Satunya Mencegah Impotensi

Peresmian dan penggunaan angka tahun khusus dalam Hijriyah baru diperkenalkan pada masa Khalifah ketiga Khulafaur Rasyidin yaitu Umar bin Khattab RA. Tahun Hijrahnya Nabi ditetapkan oleh Khalifah sebagai tahun pertama Hijrah, bukan berarti pada saat Nabi Hijrah menjadi tanggal pertama tahun baru.

Nabi Hijrah dari Makah ke Madinah bertepatan bukan September 622 M atau 1 Rabiul Awwal, sedangkan tahun baru Islam adalah 1 Muharram bersamaan dengan tanggal 16 Juli 622 M.

Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

Kalender Islam memiliki 12 bulan sebagaimana disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 36-37. Diantara 12 bulan tersebut terdapat 4 bulan haram atau mulia. 4 bulan tersebut adalah Muharram, Rajab, Dzulqaidah dan Dzulhijjah.

Penetapan 4 bulan haram dalam Islam sebagai penanda Bulan Haram berperang dan melakukan perbuatan keji. Bukan berarti dibulan lain boleh melakukan, akan tetapi pada 4 bulan ini sangat ditekankan keharamannya.

Kalender Islam juga menetapkan hari-hari raya dan hari penting dalam Islam yang terkait erat dengan kejadian-kejadian khusus. Berikut daftar 12 bulan dan hari-hari penting dalam kalender Islam;

Bulan Muharram, 1 Muharram menjadi Tahun Baru Islam, 10 Muharram terkenal juga dengan Hari ‘Asyura menjadi tanggal Adam diciptakan, Nabi Idris diangkat ke surga, selesainya banjir besar pada masa Nabi Nuh AS dan lain sebaginya.

Baca Juga:  Sebentar Lagi Idul Fitri, Yuk Ketahui 6 Hal Saat Lebaran di Zaman Nabi

Safar, bulan kedua dalam penanggalan Kalender Islam

Rabiul Awwal, Bulan Ketiga dalam Kalender Islam. Muhammad SAW lahir pada bulan ini tanggal 12. Di Nusantara, bulan ini terkenal juga dengan Bulan Mulud.

Rabiul Akhir, Bulan Keempat dalam Kalender Islam

Jumadil Awwal, Bulan Kelima dalam Kalender Islam

Jumadil Akhir, Bulan Keenam dalam Kalender Islam

Rajab, Bulan Ketujuh dalam Kalender Islam. Tanggal 27 Rajab adalah peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dan awal perintah Shalat 5 waktu.

Sya’ban, Bulan Kedelapan dalam Kalender Islam

Ramadhan, Bulan Kesembilan dalam Kalender Islam. Bulan diwajibkan berpuasa bagi Umat Islam.

Syawwal, Bulan Kesepuluh dalam Kalender Islam. Bulan ini juga dirayakan sebagai Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran.

Dzulqaidah, Bulan Kesebelas dalam Kalender Islam

Dzulhijjah, Bulan Kedua Belas dalam Kalender Islam. Bulan ini dirayakan sebagai Hari Idul Adha, Wukuf bagi para Haji di Arafah.

Sinkronisasi Kalender Sultan Agung

Kalender Islam bukan hanya digunakan oleh Negara-negara di Jazirah Arab. Jauh sebelum Indonesia merdeka telah muncul sinkronisasi Tahun Islam dan Tahun Saka (tahun Jawa) oleh Sultan Agung Hanyakra Kusuma di Kesultanan Mataram Islam.

Sultan Agung hidup pada tahun  1613-1645, merupakan Raja Mataram Islam yang terbesar memberikan keteladanan akan kearifan, toleransi, pluralisme.

Beliau berkeyakinan bahwa adat dan Agama bisa berdamai dalam bentuk Peradaban Madani. Beliau mengakomodir kepercayaan Hindu yang sudah mendarah daging dalam kerajaan Jawa dengan berbagai usaha.

Salah satu usaha paling besar adalah penyesuaian/ sinkronisasi kalender Jawa Saka  dengan penanggalan Kalender Islam/ Hijriyah.

Penanggalan Jawa atau tahun Saka dahulu digunakan orang-orang Hindu-Budha di Nusantara. Tahun Saka mempunyai sistem perputaran waktu khusus (siklus) yaitu Windu, Pasaran, Selapan dan Wuku.

Islam menggantikan Hindu-Budha banyak istilah yang disesuaikan bernafaskan Islam. Penyesuaian Istilah adalah bentuk kearifan Sultan Agung.

Pada era Sultan Agung inilah kalender Jawa versi Mataram menggunakan sistem kalender Qamariyh yaitu perhitungan penanggalan berdasarkan peredaran bulan, namun tidak langsung menggunakan angka tahun Hijriyah.

Baca Juga:  Penyakit Ain, Penyebab dan Pengobatannya Menurut Islam

Penghitungan angka tahun Saka tetap diteruskan untuk menghargai tahun Saka, akan tetapi isinya sudah Islam. Ketika Sultan Agung mengambil kebijakan konversi tahun Saka ke tahun Jawa Islam, tahun saka menunjukkan angka tahun 1547 Saka, untuk mengakomodasi eksistensi tahun Saka maka diteruskan menjadi tahun 1547 Jawa Islam.

Istilah tahun Jawa dalam mengistilahkan urutan 1 Windu = 8 tahun, sedangkan nama-nama tahun pada satu Windu adalah tahun pertama disebut Wawu, kedua (Jimakir), ketiga (Alip), keempat (Ehe), kelima (Jimawal), keenam (Je), ketujuh (Dal) dan kedelapan (Be).

Penghitungan siklus Pasaran, satu siklus pasaran ada 5 hari. Lima hari pasaran itu adalah 1 (legi), 2 (pahing), 3 (pon), 4 (wage), 5 (kliwon). Dari beberapa hitungan pasaran akan terakumulasi dalam hitungan Salapanan. Untuk satu selapanan adalah 7 siklus pasaran tersebut yaitu dari 7 X 5 = 35 hari.

Kalender Jawa Islam atau kalender Sultan Agung memperkenalkan ulang penamaan bulan dalam satu tahu. Perubahan Nama bulan merupakan penyesuaian dengan konteks masyarakat Jawa.

Nama-nama bulan tersebut adalah : Sura (Muharram), Sapar (Shafar), Mulud (Robiul Awwal), Bakda Mulud (Rabiul Tsani/ Akhir), Jumadilawal (Jumadil Awwal), Jumadilakhir (Jumadil Tsani/ Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya’ban), Pasa (Ramadhan), Sawal (Syawwal), Dulkangidah (Dzulqaidah), Besar (dzul qaidah besar).

Penyatuan kalender Islam dan Jawa menjadi Kalender Islam Jawa merupakan gambaran epik sebuah dakwah Islam berlandas budaya. Islam tidak serta merta menghanguskan Budaya lama mengganti dengan yang baru. Akan tetapi mengakomodir guna budaya untuk kepentingan Dakwah islam.

Usaha Sultan Agung menunjukan bahwa Islam dapat dibangun di atas Infrastruktur Budaya Lokal.

Ash-Shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan