Karomah Syaikh Abu Hasan As-Syadzili: Bisa Tahu Apa yang Akan Terjadi hingga Hari Kiamat

Karomah Syaikh Abu Hasan As-Syadzili; Bisa Tahu Apa yang Akan Terjadi hingga Hari Kiamat

Pecihitam.org – Selain Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, seoranh wali yang pernah menyandarkan gelar Wali Quthub al-Aqthab atau Wali Quthub al-Ghauts adalah Syaikh Abu Hasan As-Syadzili.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Syaikh Abul Hasan As-Syadzili dilahirkan di Ghumarah, Maroko pada tahun 593 H/1197. Beliau merupakan pendiri Tarekat Syadziliyah yang merupakan salah satu tarekat sufi terkemuka di dunia.

Ia dipercayai oleh para pengikutnya sebagai salah seorang keturunan Nabi Muhammad, yang lahir di desa Ghumarah, dekat kota Sabtah, daerah Maghreb (sekarang termasuk wilayah Maroko, Afrika Utara).

Beliau merupakan seorang waliyullah. Bahkan pernah menjabat sebagai Wali Quthub (tingkatan wali tertinggi dalam hiaraki kewalian) pada masanya.

Sebagai seorang Wali Quthub, tentu ia dianugerahi beberapa karomah. Diantara karomah Syaikh Abu Hasan As-Syadzili adalah sebagai berikut:

1). mampu memberi bantuan berupa rahmat dan pemeliharaan yang khusus dari Allah swt.
2). mampu menggantikan Wali Qutub yang lain.
3). mampu membantu malaikat memikul Arsy.
4). hatinya terbuka dari haqiqat dzat Allah swt. dengan disertai sifat-sifat-Nya.

Bagi sebagian kalangan yang anti tasawuf dan karomah, keistimewaan-keistimewaan yang Allah berikan kepada Syaikh Abu Hasan As-Syadzili kerap dianggap hanya sebagai dongeng atau mitos kaum sufi.

Karena mereka memang tidak memahami dan meresapi bahwa karomah yang Allah anugerahkan kepada kaum sufi adalah berkat dari keistiqomahan mereka dalam melakukan ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah.

Seperti Syaikh Abu Hasan As-Syadzili mislanya. Beliau belajar ilmu thariqah dan hakikat setelah matang dalam ilmu fiqihnya. Bahkan beliau tak pernah terkalahkan setiap berdebat dengan ulama-ulama ahli fiqih pada masa itu.

Baca Juga:  Kontribusi Imam Malik dalam Perkembangan Ilmu Hadis

Dalam mempelajari ilmu hakikat, beliau berguru kepada wali quthub yang agung dan masyhur yaitu Syekh Abdus Salam Ibnu Masyisy, dan akhirnya beliau yang meneruskan quthbiyahnya dan menjadi Imam Al-Auliya’.

Peninggalan ampuh sampai sekarang yang sering diamalkan oleh umat Islam adalah Hizb Nashr dan Hizb Bahr, di samping Thariqah Syadziliyah yang banyak sekali pengikutnya. Hizb Bahr merupakan Hizb yang diterima langsung dari Rasulullah saw. yang dibacakan langsung satu persatu hurufnya oleh beliau saw.

Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. pernah ber-riadhah selama 80 hari tidak makan, dengan disertai dzikir dan membaca shalawat yang tidak pernah berhenti. Pada saat itu beliau merasa tujuannya untuk wushul (sampai) kepada Allah swt. telah tercapai. Kemudian datanglah seorang perempuan yang keluar dari gua dengan wajah yang sangat menawan dan bercahaya. Dia menghampiri beliau dan berkata, ”Sunguh sangat sial, lapar selama 80 hari saja sudah merasa berhasil, sedangkan aku sudah enam bulan lamanya belum pernah merasakan makanan sedikitpun”.

Begitulah. Beliau selalu melakukan riyadhah, hingga kemudian menjadi seorang Wali Quthub menggantikan gurunya.

Diantara karomah beliau yang sangat luar biasa dan mungkin akan ditentang oleh Kaum sebelah adalah anugerah yang membuatnya bisa mengetahui apa yang akan terjadi hingga Hari Kiamat.

Baca Juga:  KH Sahal Mahfudz, Ulama Indonesia Ahli Fiqih Sosial

Tentang hal ini, beliau pernah berkata, “Aku diberi tahu catatan muridku dan muridnya muridku, semua sampai hari kiamat, yang lebarnya sejauh mata memandang, semua itu mereka bebas dari neraka. Jikalau lisanku tak terkendalikan oleh syariat, aku pasti bisa memberi tahu tentang kejadian apa saja yang akan terjadi besok sampai hari kiamat”.

Masyaallah! Begitu agung karomah yang Allah anugerahkan kepada beliau. Sekali lagi, walaupun mungkin akan ditentang oleh orang yang anti tasawuf, tetapi karomah berupa mengetahui hal yang akan terjadi itu tidak mustahil diberikan Allah kepada walinya.

Bahkan seorang wali yang lain pernah berkata, jika tidak karena satu ayat dalam Al-Qur’an, maka aku akan mengatakan apa yang terjadi hari ini hingga Hari Kiamat. Ayat yang dimaksud terdapat dalam Surat Ar-Ra’d

يَمْحُوا اللّٰهُ مَا يَشَاۤءُ وَيُثْبِتُ ۚوَعِنْدَهٗٓ اُمُّ الْكِتٰبِ

Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh). (QS. Ar-Ra’d ayat 39)

Salah satu maksud ayat di atas menurut sebagian ahli tafsir adalah Allah bisa saja dengan kehendaknya merubah takdir yang telah ditentukan sebelumnya. Seperti orang yang bersilaturahmi dan gemar bersedekah, umurnya akan bertambah panjang. Atau karena berdoa, maka takdir seseorang bisa berubah. Sementara yang tidak bisa berubah hanya ketentuan yang di Lauhul Mahfudz yang hanya Allah yang tahu.

Baca Juga:  KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), Profil, Pendidikan dan Karir

Makanya ada doa dari Ali bin Abi Thalib sebagai berikut:

اللهم إن كنت كتبتني من الأشقياء فامح واكتبني من السعداء. وإن كنت كتبتني من السعداء فأثبت فإنك تمحو ما تشآء وتثبت وعندك أم الكتاب

Ya Allah, jika telah Engkau elah catat aku sebagai orang yang celaka, maka hapuslah dan catatlah aku sebagai orang yang beruntung. Dan jika Engkau telah catat aku sebagai orang yang beruntung, maka tetapkanlah catatan itu karena sesungguhnya Engkau punya kehendak untuk menghapus dan menetapkan catatan dan bagimu induk segala catatan.

Maka, kesimpulannya… tidaklah mustahil jika Allah menganugrahkan kepada Syaikh Abu Hasan As-Syadzili berupa karomah bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan.

Radiyallahu ‘an Abi Hasan As-Syadzili. Semoga berkahnya mengalir pada kita. Amin!

Faisol Abdurrahman