Kisah Al Habib Ali Bafaqih Menerima Tantangan Tokoh Wahabi

al habib ali bafaqih

Pecihitam.org – Al Habib Ali Bafaqih Jembrana, merupakan salah satu guru utama Maulana Habib Luthfi Bin Yahya Pekalongan. Habib Ali Bafaqih merupakan putra dari pasangan Habib Umar dan Syarifah Nur, beliau lahir pada tahun 1890 di Banyuwangi Jawa Timur.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pada tahun 1935 Al Habib Ali Bafaqih lalu mendirikan Pondok Pesantren Syamsul Huda di Loloan Barat Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Bali. Kini pondok tersebut telah menetaskan ribuan ulama, dai dan ustadz

Islam datang ke Bali yang mayoritas Hindu itu tampil dengan penuh toleransi dan kedamaian, sehingga masyarakat tidak terusik. Bahkan selama masa perjuangan melawan Belanda kedua komunitas agama yang berbeda itu saling bantu, bahu membahu satu sama lain.

Namun sayangnya sejak tahun 1934, pulau Bali dijadikan target gerakan puritanisme yang dikomandoi kelompok yang mengaku modernis Islam alias sekte Wahabi. Beberapa tokoh Wahabi dikirim dari Solo dan Banyuwangi dengan cara menyerang habis-habisan tradisi Islam ramah yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat setempat. Slogan taklid buta, bid’ah, khurafat dan takhayul pun selalu mereka mereka gunakan.

Baca Juga:  Kisah Hidup Sufi Sederhana dan Nasehat Kepada Anaknya

Kelompok Wahabi ini juga tak segan-segan menuduh praktik beragama ulama dan masyarakat muslim Bali sebagai bentuk peribadatan yang telah tercemari oleh perbuatan syirik. Tentu saja masyarakat Islam di Bali tidak tinggal diam dengan tuduhan keji tersebut.

Faham Ahlussunnah wal Jama’ah yang selama ini diwariskan oleh para alim ulama mereka dituduh menyimpang, bahkan dikatakan ajaran yang sesat. Oleh karenanya, beberapa kali tokoh-tokoh sekte Wahabi diusir karena telah meresahkan dan memancing permusuhan di tengah masyarakat.

Namun setelah diusir, ada saja utusan baru yang dikirimkan dan mendekati masyarakat dengan strategi yang berbeda. Hingga suatu ketika, salah seorang tokoh sekte Wahabi yang merasa ingin membuktikan kebenaran ajaran yang dipeluknya.

Tokoh Wahabi ini menantang para ulama Bali untuk membuktikan ajaran siapa yang lebih benar melalui perdebatan bukan dengan kekuatan massa tetapi dengan kekuatan nalar dan pikiran.

Kabar ini terdengar, Habib Ali Bafaqih yang terkenal sangat tegas. Beliau segera tampil menerima tantangan dari tokoh sekte Wahabi itu. Pada hari dan tempat yang telah ditentukan, kedua tokoh berseberangan faham itu pun bertemu.

Baca Juga:  Kisah Wafatnya Sayyidah Aisyah Istri Nabi di Bulan Ramadhan

Keduanya disaksikan oleh masyarakat luas adu argumen pun segera dimulai. Sebagai bentuk penghormatan, tokoh sekte Wahabi pun dipersilakan untuk terlebih dahulu membuka pembicaraan, memaparkan ajarannya.

Setelah mengucapkan salam dan hamdalah tokoh sekte Wahabi tersebut mulai berorasi dengan suara lantang. Tapi baru saja ia berkata, “Rasulullah bersabda: “Man kana…”, Habib Ali Bafaqih berteriak memotong pembicaraan dengan suara lebih lantang seraya mengangkat tangan kanannya, “Berhenti dulu… Berhenti dulu!!”

Tentu saja, semua yang ada di tempat kejadian terheran-heran dan berbisik mengenai tindakan Habib Ali tersebut. Ketika merasa semua orang mulai tenang, Habib Ali Bafaqih pun kemudian berkata, “Sebelum Tuan meneruskan sabda Rasulullah tersebut saya hendak bertanya, “man” itu huruf apa dan dalam gramatika Arab kedudukannya sebagai apa?”

Mendengar pertanyaan yang tidak pernah disangkanya, tokoh sekte Wahabi tersebut lantas terdiam. Ia mencoba untuk mengelak namun Habib Ali tidak mau meneruskan perdebatan sebelum mendapatkan jawaban.

Baca Juga:  Kisah Aisyah dan Ali Bin Abi Thalib; Fitnah, Perang Jamal Hingga Penyesalan Keduanya

Karena sudah sangat terpojok, sang tokoh sekte Wahabi pun mengaku tidak mengetahui jawabannya. Tapi ia berjanji akan memberikan jawaban di luar masalah huruf ‘man’.

Setelah mendengar pengakuan rivalnya itu, Habib Ali langsung berkata, “Jangan sekali-kali Tuan berani mengartikan al-Quran dan hadits Nabi jika Tuan sendiri tidak memahami bahasa Arab dengan benar!”

Akhirnya, dalam perdebatan tersebut, Habib Ali Bafaqih berhasil memenangkan perdebatannya tanpa harus bersusah payah. Sementara rivalnya dari sekte Wahabi tertunduk malu sendiri dan meninggalkan arena tanpa daya.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik