Larangan Menghina Agama Lain Dan Indahnya Perbedaan

larangan menghina agama orang lain

Pecihitam.org – Kita hidup di Negara yang mempunyai semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu. Berbeda-beda karena Indonesia mempunya banyak suku, budaya, bahasa, dan agama. Maka dari itu Indonesia merupakan Negara yang luar biasa. Dari sisi positifnya bangsa Indonesia mempunyai rasa saling menjaga, saling memiliki dan sikap toleransi yang tinggi. Namun sisi negatifnya dari banyaknya perbedaan itu bangsa Indonesia jika tidak hati-hati akan mudah disulut api perpecahan dari luar. Itualah mengapa perlu kita pahami dalam islam ternyata terdapat larangan menghina agama lain.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Bhinneka Tunggal Ika tidak pernah mengingkari janjinya ketika kita masih mau memegang erat persatuan dan rasa kemerdekaan itu sendiri”

Perbedaan adalah sunatullah, tak bisa dihindari namun bisa menjadi indah jika bisa saling memahami satu sama lain. Seperti perbedaan antara laki-laki dan perempuan, suami dan istri. Keduanya berbeda namun karena perbedaan itulah semua menjadi indah. Bisa dibayangkan jika laki-laki dan perempuan, suami dan istri sama saja tanpa adanya perbedaan. Entah apa jadinya. Sehingga tekankanlah dalam pikiran kita bahwa kita ternyata butuh perbedaan.

Di Indonesia banyak sekali perbedaan agama, keyakinan dan kepercayaan. Demi terciptanya keamanan dan kehidupan yang harmonis, dalam agama Islam sendiri memberikan rambu-rambu yang berkaitan dengan sikap toleransi antar umat beragama. Rambu-rambu tersebut adalah larangan menghina agama lain seperti mencela atau mencaci maki hal-hal apapun tentang agama dan kepercayaan pihak lain.
Allah Swt. berfirman:

Baca Juga:  Asyura, Hari Kasih Sayang, Politisasi Agama, dan Isu PKI

وَلا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am [6]: 108)

Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitab Tafsir al-‘Adzim, bahwa Allah SWT memberi larangan menghina agama lain dan untuk mencela sesembahan orang-orang musyrik kepada Rasulullah Saw dan seluruh umat Islam. Karena dari celaan dan hinaan itu akan berpotensi menimbulkan dampak negatif yang lebih besar, yakni sakit hati dari pemeluk agam lain dan serangan balik hinaan dari orang-orang di luar agama Islam.

Baca Juga:  NU Sejak Dulu Hingga Kini Tidak Pernah Goyah dan Berubah

Pada dasarnya manusia memiliki kekuatan naluri dasar kepercayaan yang sangat fundamental. Tak heran, manusia akan sangat mudah terpancing emosinya apabila agama atau kepercayannya disinggung. Terlebih lagi jika penganut agama tersebut adalah orang-orang awam. Karena agama bisa menjadi candu bagi orang-orang yang tidak memahaminya dengan benar dan baik. Awam disini maksudnya adalah awam dalam pemahaman agama. Itulah mengapa terkadang ada orang yang pintar namun belum tentu benar tetapi ada juga orang yang benar walaupun tidak pintar.

Ada qoidah mengenai ini: “ Lebih mudah memintarkan orang yang benar walaupun bodoh dari pada membenarkan orang yang pintar”. Karena orang yang pintar biasanya punya akidah yang bernama “Al Aqidatul Ngeyeliyah” (akidah orang-orang ngeyel). (Bukan hadist)

Mengapa? Faktornya adalah hati yang menjadi sumber emosi. Seperti halnya ilmu pengetahuan yang lebih mengedepankan akal dan pikiran ( logika ). Jika hanya sekedar ilmu pengetahuan seseorang dapat dengan mudah mengubah pendapat ilmiahnya karena hanya berdasarkan akal logika. Akan tetapi sangat sulit mengubah kepercayaan dan keyakinan seseorang, walaupun dibuktikan secara ilmiah sekalipun dihadapanya. Karena kembali lagi kepercayaan tempatnya di hati bukan di logika.

Penulis mengajak bersama… Mari kita ingat kembali dengan kerendahan hati bahwa saling mencaci dan menghina hanya akan menimbulkan keburukan. Yang efek luasnya adalah perpecahan masyarakat lebih buruknya perpecahan Negara. Seyogyanya sebagai umat muslim yang beriman kita harus berhati-hati dalam berkata sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:

Baca Juga:  Ketika Toleransi Tercederai, Apakah Karena Agama atau Ego Manusianya?

“Cukuplah seseorang disebut pendusta, jika ia menceritakan segala apa yang tidak ia dengar (HR. Muslim)

Sesungguhnya dari hadist tersebut nabi mengajarkan agar kita berhati-hati dalam berkata dan menyampaikan sesuatu. Apalagi jika hal tersebut belum pernah kita dengar atau belum tentu kebenarannya. Demi kerukunan berbangsa dan bernegara ingatlah kita adalah sama. Kita berbangsa satu bangsa Indonesia, Bernegara satu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wallahu’alam Bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *