Cerita Masjid Cordoba Andalusia Berubah Menjadi Gereja La Mezquita

Masjid Cordoba Andalusia

Pecihitam.org – Dunia Islam memang baru-baru ini sedang diramaikan dengan berita pengalihfungsian museum Hagia Shopia di Turki yang dulunya adalah gereja kemudian dijadikan masjid kembali oleh Presiden Recep Tayyib Erdogan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pengalihfungsian ini menuai pro dan kontra. Sebagian ada yang setuju dan senang namun sebagian ada juga yang menyayangkan karena pengalihfungsian tersebut konon lebih bernuansa politik dari pada fungsi yang sebenarnya.

Akan tetapi diluar pembahasan pro dan kontra, bagi yang sering membaca sejarah mungkin sudah tidak terlalu heran. Karena memang dalam sejarah peradaban Islam, pengalihfungsian sebuah bangunan Gereja/Katedral menjadi Masjid atau sebaliknya sudah lumrah terjadi.

Diolah dari berbagai sumber, Ketika kekhalifahan Islam melakukan ekspansi ke wilayah baru hingga Islam berkembang pesat sampai Andalusia Spanyol, sang khalifah banyak mendirikan masjid yang menjad tanda tumbuhnya Islam di sana. Salah satunya adalah Masjid Agung Cordoba Andalusia.

Masjid Cordoba juga dikenal sebagai Masjid-Katedral Cordoba atau Masjid Agung Cordoba, merupakan masjid Islam yang terletak di Cordoba, Spanyol yang diubah menjadi katedral Kristen pada abad ke-13.

Dari sekian banyak masjid yang ada di bumi Spanyol, Masjid Cordoba adalah yang terbesar dan termegah. Masjid Agung Cordoba awalnya berdiri atas inisiatif Abdurrahman ad-Dakhil atau Khalifah Abdurrahman I (756-788 M) pada 785 M.

Baca Juga:  Kerajaan Demak; Sejarah dan Hubungannya dengan Walisongo

Abdurrahman ad-Dakhil adalah peletak dasar bagi berdirinya Dinasti Bani Umayyah di Spanyol dan berkuasa selama 90 tahun. Bahkan untuk mendirikan masjid tersebut, didatangkan batu pualam dari Narbonne, Sevilla, dan Konstantinopel oleh sang Khalifah.

Masjid ini berdiri di lokasi bekas kuil penyembahan Dewa Janus di masa Romawi dan bekas Gereja Santo Vincent saat bangsa Jerman menguasai Hispania.

Namun ada pula pendapat yang menyatakan bahwa gereja tersebut sudah runtuh saat masjid mulai dibangun. Ada pula yang menyatakan gereja tersebut memang dibeli dan sengaja dibongkar untyk dijadikan masjid.

Luas masjid mula-mula hanya 70 meter persegi di atas tanah seluas 5.000 meter. Perbaikan dan perluasan terus dilakukan oleh khalifah-khalifah setelah Abdurrahman I.

Adapun proses penyempurnaan pembangunannya memakan waktu hingga dua abad. Bangunan utama masjid dan menara diselesaikan oleh Khalifah Hisyam I, putra Abdurrahman I, yang menduduki tahta kekhalifahan tahun 788 hingga 796 M.

Khalifah Hisyam I kemudian digantikan oleh al-Hakam I. Sesaat setelah menduduki kursi kekhalifahan, ia memerintahkan untuk membangun dua serambi besar di bagian arah kiblat, dan selesai pada 796 M. Selanjutnya, Khalifah Abdurrahman II (822-852 M) menambah sebuah ruangan besar dan tiang yang bergaya hypostyle hingga berjumlah 200 tiang.

Baca Juga:  Sejarah Beridirinya Kesultanan Kanoman Cirebon; Kasultanan Islam Ternama di Pesisir Pantai Utara

Pelaksanaan konstruksi pada 832 hingga 848 M itu juga mengagendakan untuk menggeser arah mihrab sedikit ke arah tenggara sehingga tepat menghadap ke arah Ka’bah karena sebelumnya, mihrab Masjid Cordoba menghadap ke arah selatan.

Setelah dua abad mengalami perbaikan dan perluasan, jadilah Masjid Cordoba salah satu masterpiece arsitektur klasik Islam terbesar di daratan Eropa. Panjang masjid dari utara sampai selatan 175 meter dan lebarnya dari timur ke barat 134 meter. Sedangkan, tingginya mencapai 20 meter yang mampu menampung sebanyak 80.000 jamaah.

Sayangnya, pasca kejatuhan kekhalifahan Islam di Andalusia, pada 1236, Masjid Agung Cordoba kembali diambil alih oleh orang-orang Kristen dan diubah fungsinya lagi menjadi gereja dengan nama La Mezquita.

Dibawah Raja Ferdinand III, saat itu ia segera memerintahkan lentera masjid untuk dibawa kembali ke Santiago de Compostela untuk diubah kembali menjadi lonceng.

Selanjutnya, raja-raja Kristen berikutnya mengubah dan menambahkan beberapa fitur ke masjid tersebut tanpa menghancurkannya. Alhasil, Masjid Cordoba yang menjadi kebanggaan umat Islam saat itu berubah menjadi Masjid-Katedral Cordoba.

Selain di Cordoba, bangunan-bangunan masjid indah peninggalan umat Islam di Spanyol juga terdapat di kota Sevilla, Toledo, dan Granada. Masjid Raya Sevilla yang didirikan pada 1171 M oleh Sultan Abu Ya’kub Yusuf bin Abdul Mun’im dari Dinasti Muwahhidun pun ikut diubah menjadi gereja dengan nama Santa Maria de la Sede.

Baca Juga:  Begini Kondisi Umat Islam Masa Kolonial dan Hubungan Mereka dengan Belanda

Sementara itu, masjid-masjid di Kota Toledo juga bernasib sama. Masjid-masjid di kota itu telah menjelma menjadi gereja Santo Cristo de la Luz, gereja Santa Maria, gereja Santa Maria de Torenzito, dan gereja Santo Tome.

Sedangkan di Kota Granada, Istana Alhamra yang di dalamnya terdapat Masjid al-Mulk dan Masjid Sultan telah menjadi milik penuh pemerintah Spanyol setelah Granada ditaklukkan oleh Raja Ferdinand II tahun 1492.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik