Misteri Sidratul Muntaha, Pohon yang Berada di Langit Ketujuh

pohon sidratul muntaha

Pecihitam.org – Menurut kisahnya Sidratul Muntaha adalah sebuah pohon bidara yang menjulang tinggi. Pohon ini tumbuh di langit ke enam dan menjulang sampai langit ke tujuh. Di pohon inilah Nabi Muhammad Saw ketika Mi’raj bertemu Allah SWT dan mendapat perintah shalat.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dinamakan sidratul muntaha (pohon puncak), sebab puncak dari ilmu malaikat pun hanya sampai disini. Konon katanya pohon ini menjadi puncak akhir dari langit dan sebagai batas dimana makhluk tidak dapat melewatinya kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

سميت سدرة المنتهى لأن علم الملائكة ينتهي إليها ولم يجاوزها أحد إلا رسول الله صلى الله عليه وسلم وحكي عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه أنها سميت بذلك لكونها ينتهي إليها ما يهبط من فوقها وما يصعد من تحتها من أمر الله تعالى

“Dinamakan sidratul muntaha (pohon puncak), karena ilmu malaikat puncaknya sampai di sini. Tidak ada yang bisa melewatinya, kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa dinamakan sidratul muntaha karena semua ketetapan Allah yang turun, pangkalnya dari sana dan semua yang naik, ujungnya ada di sana.”

Banyak ulama yang menyodorkan berbagai pendapat mengenai Sidratul Muntaha. Dalam sebuah Hadist dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa ia mendengar Nabi Saw menjelaskan tentang Sidratul Muntaha.

Rasulullah Saw menggambarkan bagaimana perjalalannya ketika ditemani malaikat Jibril ke Sidratul. Di sana Rasulullah Saw melihat surga, melihat neraka dan melihat berbagai kejadian yang luar biasa lainnya pada malam isra miraj.

Baca Juga:  Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram Ternyata Tradisi Ulama Sejak Dulu

Beliau Saw menceritakan bagaimana Sidratul Muntaha itu akan tetapi tidak bisa menggambarkan dengan rinci tentang keindahannya sebab hanya Allah-lah yang Maha Tahu. Pandangan Nabi Muhammad Saw tidak melebihi batas yang diizinkan. Hal ini juga termasuk menunjukkan bagaimana adab beliau Saw saat menjadi tamu Allah SWT.

Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah Saw bersabda;

لَمَّا عُرِجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ ذُهِبَ بِي إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى، …. فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ اللَّهِ مَا غَشِيَهَا، تَغَيَّرَتْ، فَمَا أَحَدٌ مِنَ النَّاسِ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَنْعَتَهَا مِنْ حُسْنِهَا

Ketika saya dimi’rajkan ke langit ke tujuh, saya diajak ke sidratul muntaha,… ketika pohon ini diliputi perintah Allah, dia berubah. Tidak ada seorangpun manusia yang mampu menggambarkannya, karena sangat indah.” (HR. Abu Ya’la Al-Mushili 3450 dan dishahihkan Husain Salim Asad).

وَرُفِعَتْ لِي سِدْرَةُ المُنْتَهَى، فَإِذَا نَبِقُهَا كَأَنَّهُ قِلاَلُ هَجَرَ وَوَرَقُهَا كَأَنَّهُ آذَانُ الفُيُولِ فِي أَصْلِهَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ نَهْرَانِ بَاطِنَانِ، وَنَهْرَانِ ظَاهِرَانِ، فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ، فَقَالَ: أَمَّا البَاطِنَانِ: فَفِي الجَنَّةِ، وَأَمَّا الظَّاهِرَانِ: النِّيلُ وَالفُرَاتُ

“Aku melihat Shidratul-Muntaha di langit ke tujuh. Buahnya seperti kendi daerah Hajar, dan daunnya seperti telinga gajah. Dari akarnya keluar dua sungai luar dan dua sungai dalam. Kemudian aku bertanya, “Wahai Jibril, apakah keduanya ini?” Dia menjawab, “Adapun dua yang dalam itu ada di surga sedangkan dua yang di luar itu adalah Nil dan Eufrat. (HR. Bukhari 3207)

Rasulullah Saw juga menggabarkan sekilas dalam beberapa sabda beliau yang jika dirangkum menyebutkan bahwa Sidratul Muntaha merupakan pohon yang seluruhnya terbuat dari emas. Beberapa dahan yang terbuat dari zamrud, ada juga yang dari ruby.

Baca Juga:  Tahukah Kamu? Masjid Qiblatain Ini Punya Dua Arah Kiblat yang Berbeda

Dari akarnya keluar dua sungai luar dan dua sungai dalam, Adapun dua yang dalam itu ada di surga sedangkan dua yang di luar itu adalah Nil dan Eufrat. Pohon ini mengukur jarak seratus lima puluh tahun perjalanan dari kaki ke puncaknya.

Selain itu Rasulullah Saw juga menggambarkan bahwa daun Sidratul Muntaha serupa dengan telinga gajah, dan mereka sangat besar: Satu dahan dari Sidratul Muntaha dapat menutupi seluruh dunia.

Buahnya berbentuk seperti kendi air. Seluruh pohon diselimuti oleh cahaya. Pohon ini dipeluk dan dikelilingi oleh banyak malaikat. Temasuk Malaikat Jibril juga memiliki tempatnya khusus yang terbuat dari zamrud hijau pada cabang-cabang pohon ini.

Selain itu, juga tersembur sebuah pegas bernama Salsabi di bawah pohon itu. Malaikat Jibril mengatakan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa ini merupakan sumber dari dua air, satu adalah Kawthar (Kelimpahan), dan satunya lagi adalah Rahma (rahmat). Kedua sungai mengalir sebelum gerbang Garden. Musim semi Salsabil adalah sumber dari perairan ini.

Dikatakan pula di Sidratul Muntaha bahwa Nabi Muhammad Saw telah melihat Allah Swt yang berupa cahaya, dan disinilah beliau Saw mendapatkan perintah shalat 5 waktu.

Baca Juga:  Khalid Basalamah Salah Memahami Tabarruk, Ini Kritik dari Santri

Gambaran Sidratul Muntaha jika disimpulkan dari beberapa hadits adalah sebagi berikut:

  1. Bentuk Sidratul Muntaha adalah pohon, seperti pohon bidara. Hakekatnya beda walaupun namanya sama nama.
  2. Pohon ini tumbuh dilangit keenam dan menjulang hingga langit ketujuh.
  3. Pohon ini sangat besar, diibaratkan jika penunggang kuda ingin melintasi bayang-bayangnya saja, dia membutuhkan waktu 100 tahun baru bisa sampai ke ujung.
  4. Sidratul muntaha memiliki daun seperti telinga gajah dan buah seperti kendi besar
  5. Disana terdapat seperti laron-laron yang terbuat dari emas.
  6. Karena pohon ini sangat indah, hingga tidak ada manusia yang mampu untuk menggambarkan keindahan tersebut.
  7. Di dekat Sidratul muntaha terdapat surga

Yang perlu di perhatikan adalah deskripsi mengenai Sidratul Muntaha dalam hadits-hadits tentang Isra Mi’raj tersebut hanyalah sebuah metafora atau hanya sebatas yang dapat diungkapkan dengan kata-kata manusia. Karena hakekatnya hanya Allah yang Maha Tahu diatas segala-galanya. Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik