Muharram, Jawa dan Kisah Agung

Muharram, Jawa dan Kisah Agung

Pecihitam.org – Suasana Muharram berbeda dengan Dzulhijjah. Setidaknya itu yang tergambar dan dialami masyarakat Jawa pada umumnya. Bulan Dzulhijjah yang identik dengan pesta seperti pernikahan (ngundoh mantu) seakan bertolak belakang atau tidak familiar dengan Bulan Muharram. Bagi sebagian kalangan di Jawa, melakukan pesta di Bulan Muharram itu tidak dianjurkan dan terkesan kurang sopan.  

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tentu anggapan ini tidak dihukumi hitam-putih atau bahkan salah-benar menurut aturan agama. Sehingga dengan begitu kondisi demikian bisa menjadi ruang tersendiri untuk berbagai kalangan melakukan kritik dan sanggahan.

Meskipun, pada tarap tertentu bukankah setiap daerah memiliki kearifan lokal sendiri-sendiri untuk dihargai dan dihormati. Karena tidak adanya dalil itu bisa dijadikan dalil, laitsa dalil fahuwa dalil.

Melihat kisah agung di sepuluh hari pertama Bulan Muharram mungkin bisa menjelaskan sedikit banyak mengapa kebudayaan Jawa menghormati bulan tersebut. Terdapat banyak kisah yang bisa diambil hikmah dan pelajaran pada sepuluh hari pertama Bulan Muharrom. Diantaranya termasuk diterimanya tobat Nabi Adam Alaihissalam setelah diturunkan oleh Allah SWT ke bumi.

Baca Juga:  Tragedi Karbala dan Sikap Muslim Sejati dalam Menanggapinya

“Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua“, maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?“ (QS. Al-A’raf : 21-22)

Kisah mendaratnya kapal Nabi Nuh a.s. juga terjadi disepuluh hari pertama Bulan Muharrom. Kapal itu sendiri menepi di sekitar Bukit Zuhdi setelah banjir menghanyutkan dan membinasakan umat Nabi Nuh a.s.  yang tidak beriman.

Dikatakan kepada Nuh, “Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia). Kemudian, mereka akan ditimpa azab (siksa) yang pedih dari Kami.” (Q.S. Surah Huud 11:48)

Baca Juga:  Menjadi Wanita Karir: Selama Masih dalam Fitrahnya, Why Not?

Dalam momen lain, Nabi Ibrahim a.s selamat dari siksa Raja Namrud juga pada sepuluh pertama Bulan Muharrom. Nabi Ibrahim yang tidak terbakar oleh api yang mampu membuat kayu seketika menjadi abu merupakan anugerah dari Tuhan.  “Hai api hendaklah dingin dan selamatkan Ibrahim!” (Q.S. Al-Ambiya 21: 69).

Tidak hanya itu, Nabi Yusuf a.s keluar dari penjara setelah difitnah juga terjadi pada sepuluh pertama Bulan Muharrom. Nabi Yusuf merupakan sedikit dari nabi-nabi yang diabadikan dalam al-Qur’an. Bahkan al-Qur’an menyebut bahwa kisah Nabi Yusuf termasuk yang terbaik sepanjang masa. Raja Mesir pada saat itu mengatakan pada penduduk Mesir bahwa selama ini Nabi Yusuf tidak bersalah. Akhirnya, Nabi Yusuf bebas dan dikeluarkan dari penjara. Kebenaran pun terungkap dan Nabi Yusuf termasuk orang yang benar.

Baca Juga:  Islam antara Agama dan Budaya

Adapula kisah Nabi Musa a.s yang membelah Laut Merah untuk menyelamatkan umatnya dari kejaran tentara Fir’aun. Kejadian luar biasa ini juga terjadi pada sepuluh pertama Bulan Muharram.

“Pukullah lautan itu dengan tongkatmu, Maka terbelahlah lautan itu tiap-tiap belahan itu adalah seperti golongan yang lain. Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda besar (mukjizat) dan kebanyakan mereka tidak beriman. Sesungguhnya, Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS. As-Syura 60 : 68)

Melalui kisah agung para nabi di Bulan Muharrom itulah kiranya kebudayaan Jawa sedikit banyak terpengaruh. Seperti adagium yang terkenal dikalangan pesantren, arab digarap jowo digowo.

Mochammad Abdul Kholiq
Latest posts by Mochammad Abdul Kholiq (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *