Rahasia yang Terungkap, Merekalah Wali Tanpa Nama Tanpa Gelar

Wali Tanpa Nama Tanpa Gelar

Pecihitam.org – Ketika kita berbicara tentang wali, tentu bayangan kita tidak terlepas dari karomah dan kehebatannya. Namun dari sekian banyaknya jenis wali Allah, ternyata ada wali yang tidak memiliki nama ataupun gelar. Meskipun tanpa nama dan tanpa gelar, kita dapat mengetahui wali Allah yang hebat ini.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Wali ini memiliki kekeramatan yang luar biasa dan kehebatannya tak kalah dengan wali-wali yang lain. Setiap doanya akan didengar oleh Allah, bahkan murkanya menjadi murka Allah. Ya siapa lagi kalau bukan orang tua terlebih ibu. Merekalah wali tanpa nama dan juga tanpa gelar.

Kita tentu sering mendengar mengenai cerita tentang sesorang yang biasa-biasa saja, bahkan di dunia ini sangatlah sedikit orang yang mengenalnya, namun di langit namanya tersebar dengan luas, namanya disaksikan oleh penduduk langit.

Dialah Uwais Al Qarni, seorang sahabat Rasulullah yang belum pernah melihat dan bertemu dengan Rasulullah, namun ia memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah dan Rasul-Nya lantaran ia sangat memuliakan ibunya.

Baca Juga:  Benarkah Wali Allah tidak Pernah Mati? Ini Penjelasannya

Uwais adalah pemuda yang miskin yang berasal dari Yaman, ibunya yang sudah berusia lanjut dan lumpuh mempunyai keinginan untuk bisa beribadah haji. Namun ia tidak memiliki apa-apa untuk bisa berhaji, karena zaman dahulu paling tidak harus mengendarai unta untuk berhaji.

Hingga ahirnya Uwais terus berlatih fisik, setelah kurang lebih delapan bulan ahirnya ia menggendong Ibunya dari Yaman menuju Mekkah, bukan jarak yang dekat, ia harus melewati padang pasir yang tandus dan menempuh waktu yang lama untuk sampai ke Mekah. Hingga ahirnya ia dan ibunya dapat berhaji dan bermunajat di Baitullah.

Dari pengabdiannya kepada Ibunya itulah yang mengantarkan ia menjadi sahabat Rasul yang dimintai doa oleh Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali, atas pesan dari Rasulullah. Betapa seorang Ibu sangat berharga untuk kehidupan ini baik hidup di dunia ataupun di akhirat kelak.

Baca Juga:  Sikap Selow Rasulullah Ketika Shalat Punggungnya Dinaiki Anak Kecil

Dalam Al Qur’an juga telah diterangkan bahwa sebagai seorang anak haruslah berbakti kepada orang tua.

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. Al Isra: 23)

Jika berkata “ah” saja kepada orang tua dilarang apalagi berkata yang lebih kasar dari itu, apalagi sampai-sampai melakukan tindakan yang melukai fisiknya. Naudzubillah.

Seperti halnya kisah dari Alqamah sahabat Rasul yang rajin beribadah, shalat wajib, sunnah, puasa berhaji, namun dalam akhir hayatnya ia tidak mampu untuk mengucapkan kalimat syahadat lantaran ia menyakiti hati ibunya.

Baca Juga:  Siapa dan Bagaimanakah Wali Allah di Dunia?

Memang benar bahwa ridha orang tua adalah ridha Allah, dan murka orang tua adalah murka Allah. Oleh sebab itu berbuat baiklah kepada orang tua, karena merekalah wali yang nyata dan kita ketahui dan dapat kita lihat keberadaannya.

Bagaimana jika kita bertemu dengan seorang wali dan mengetahui bahwa ia adalah seorang wali, tentu kita akan mencium tangan, meminta berkah dan memuliakannya. Begitu pula  yang harusnya kita lakukan kepada orang tu kita.

Wallahua’lam.

Lukman Hakim Hidayat