Sejarah Makkah; Pondasi Agama Samawi hingga Politisasinya

Sejarah Makkah; Pondasi Agama Samawi hingga Politisasinya

PeciHitam.org – Situs kota paling suci untuk umat Islam adalah kota Makkah karena di dalamnya terdapat Kakbah yang menjadi kiblat Ibadah orang Islam seluruh dunia.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sejarah Makkah sangat panjang, bahkan disebut-sebut menjadi situs pertama yang dibangun oleh Nabi Adam AS.

Peran sentral Makkah sebagai kiblat orang Islam menunjukan bahwa kota ini sebagai kota Eksklusif untuk orang Islam. Semenjak peradaban manusia ada dan bertempat tinggal di Makkah, ia selalu menjadi tujuan ziarah manusia.

Oleh karenanya, menguasai Makkah adalah simbol legitimasi keagamaan dan politik penting bahkan sebelum Islam.

Peran penting Makkah sebagai kota Kiblat umat Islam oleh beberapa oknum golongan untuk melegitimasi gerakannya. Kebanggaan terhadap penguasaan Makkah dijadikan barometer bahwa golongannya adalah golongan terbaik.

Hal ini menafikan fakta orang Jahilliyah pernah berbangga dengan Penguasaan Makkah.

Penggunaan Simbol Kebenaran

Sejarah panjang kota Makkah sebagai situs suci sudah berlangsung sejak awal mula manusia ada. Bisa dikatakan bahwa Makkah sebagai pondasi sejarah manusia melampaui rekam sejarah peradaban di Mesir, Mesopotamia, dan Peradaban Kuno lainnya. Allah SWT menyebutkan dalam al-Qur’an surat Ali Imran 96 sebagai berikut;

Baca Juga:  Amalan Ringan Ini Ternyata Pahalanya Sama dengan Membangun Rumah di Surga

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ

Artinya; “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia” (Qs. Ali Imran: 96)

Ayat di atas diturunkan sebagai jawaban atas klaim orang Yahudi yang menyebutkan bahwa rumah Ibadah pertama di Dunia adalah Baitul Maqdis.

Maka ayat ini menjadi pelurusan kepada sejarah bahwa Makkah-lah yang pertama-tama menjadi tempat sujud untuk beribadah kepada Allah SWT.

Sunnatullah menggariskan bahwa Makkah tetap menjadi tujuan utama Ziarah umat beragama diseluruh dunia.

Bahkan keirian untuk menggantikan Makkah sebagai destinasi ziarah pernah dilakukan oleh Raja Abrahah dari Habasyah, namun gagal dan pasukannya hancur. Sampai era modern sekarang ini, Makkah tetap kokoh sebagai destinasi Haji setiap tahunnya.

Kesucian kota Makkah sebagai destinasi Ziarah menjadikan sekelompok golongan mempolitisir guna kepentingan mereka.

Beberapa golongan Islam di Nusantara-pun mengklaim bahwa standar kebenaran berada di Makkah. Maka dalam beragama seharusnya meniru tata cara beribadah kota suci ini, yang sesungguhnya tidak sepenuhnya benar.

Baca Juga:  Jangan Sampai Tersesat! Pahami Syarat Ulama Ini dengan Jeli

Politisasi Makkah

Politisasi Makkah sebagai simbolisasi kebenaran untuk golongan sudah digunakan sejak masa Jahilliyah. Abu Lahab dan Abu Jahal dengan sangat bangga bahwa klan dan keturunannya menjadi pemegang kunci Kakbah.

Mereka mengklaim bahwa pemegang Kakbah sebagai standar kebenaran, yang sebenarnya salah sama sekali.

Sebagaimana diketahui bahwa Abu Jahal dan Abu Lahab adalah musuh utama dalam dakwah Islam yang sangat merepotkan Nabi SAW. Bahkan Allah SWT menyebutkan dalam ayat Al-Qur’an surat Al-Mukminun sebagai berikut;

مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ سَامِرًا تَهْجُرُونَ

Artinya; “Dengan menyombongkan diri terhadap Al Quran itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. (Qs. Al-Mukminun; 67)

Bahwa Abu Jahal dan Abu Lahab sering bercakap dalam diskusi malam tentang kebenaran jalan mereka. Argumentasi yang dibangun dalam nalar Abu Jahal dan Abu Lahab yakni ‘jika Muhammad SAW benar maka seharusnya mereka yang menguasai Situs Suci Kakbah’.

Sedangkan faktanya Abu Jahal dan Abu Lahab yang memegang kuncinya Kakbah. Oleh karenanya Abu Jahal dan Abu Lahab serta yang sepemikiran denganya sangat bangga sebagai shahibul Haq.

Maka pada masa sekarang ada golongan yang berbangga sebagai penguasa Kota Makkah dan amaliahnya sama dengannya belum tentu adalah shahibul Haq. Jangan-jangan laiknya Abu Jahal dan Abu Lahab berbangga dengan Kakbah namun berjalan dalam kesalahan. Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq