Surah Al-Mursalat Ayat 16-28; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Mursalat Ayat 16-28

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Mursalat Ayat 16-28 ini, Allah menerangkan bahwa terlepas dari semua itu kalau memang manusia tak mau mengubah tabiat dan karakternya, tetap saja kafir laknat, dan lebih dari itu juga berusaha merongrong kewibawaan Ilahi itu dengan mempersekutukan-Nya dengan makhluk lain ciptaan-Nya, dan sama sekali tidak yakin adanya hari kebangkitan, hari manusia menerima ganjaran amal perbuatan baiknya, maka Tuhan mengancam untuk kedua kalinya, “Celaka besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.”.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mursalat Ayat 16-28

Surah Al-Mursalat Ayat 16
أَلَمۡ نُهۡلِكِ ٱلۡأَوَّلِينَ

Terjemahan: “Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu?

Tafsir Jalalain: أَلَمۡ نُهۡلِكِ ٱلۡأَوَّلِينَ (Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu?) disebabkan kedustaan mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman: أَلَمۡ نُهۡلِكِ ٱلۡأَوَّلِينَ (“Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang dahulu?”) yakni, dari kalangan orang-orang yang mendustakan para Rasul serta menentang apa yang dibawa oleh para Rasul tersebut kepada mereka.

Tafsir Kemenag: Ayat ini dimulai dengan pertanyaan Allah, “Apakah Kami tidak membinasakan orang-orang yang telah mendustakan rasul-Nya sebelum kamu?” Sejarah para nabi dan rasul bersama kaumnya mencatat bahwa hampir setiap bangsa yang telah mendurhakai Allah dan rasul-Nya telah dibinasakan dengan berbagai macam azab yang satu dengan yang lainnya berbeda.

Terkadang Allah menghancurkan mereka dengan banjir seperti nasib yang telah diderita oleh umat Nabi Nuh, ketika negeri mereka ditenggelamkan Allah dengan air bah. Ada yang ditelan binasa oleh bumi setelah negeri itu dilanda oleh gempa yang sangat hebat, seperti halnya umat Nabi Lut. Ada pula yang diserang angin kencang selama 8 hari 7 malam, yang menyebabkan seluruh penduduknya tewas, kecuali orang yang beriman, yakni umat Nabi Saleh. Begitulah seterusnya.

Pertanyaan Allah yang demikian mengandung suatu peringatan halus agar manusia yang masih kafir itu hendaknya mawas diri, sebab bagaimana pun juga sunatullah peraturan Allah yang berlaku tidak akan diubah. Dalam hal ini, siapa yang kafir baik dahulu maupun sekarang atau pada masa yang akan datang, tetap akan merasakan siksaan dari-Nya. Oleh karena itu, hendaklah manusia sadar sebelum datang penyesalan yang tiada berguna.

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah Kami telah membinasakan umat-umat terdahulu yang telah mendustakan kebenaran? Bukankah–setelah umat-umat terdahulu itu–Kami akan melanjutkan untuk membinasakan umat-umat yang berbuat dosa dan mengingkari Allah yang datang kemudian?

Surah Al-Mursalat Ayat 17
ثُمَّ نُتۡبِعُهُمُ ٱلۡءَاخِرِينَ

Terjemahan: “Lalu Kami iringkan ثُمَّ نُتۡبِعُهُمُ (azab Kami terhadap) mereka dengan ٱلۡءَاخِرِينَ (mengazab) orang-orang yang datang kemudian.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ نُتۡبِعُهُمُ ٱلۡءَاخِرِينَ (Lalu Kami iringi mereka dengan orang-orang yang datang kemudian) di antara orang-orang yang mendustakan seperti orang-orang kafir Mekah, maka Kami kelak akan membinasakan mereka pula.

Tafsir Ibnu Katsir: ثُمَّ نُتۡبِعُهُمُ ٱلۡءَاخِرِينَ (“lalu Kami iringkan [adzab Kami terhadap] mereka dengan [mengadzab] orang-orang yang datang kemudian.”) yakni, dari orang-orang yang semisal dengan mereka.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menyatakan bahwa azab Allah yang menimpa bangsa-bangsa dahulu kala itu silih berganti datangnya. Umat yang satu binasa, ada umat lain yang serupa. Pada saatnya mereka akan binasa pula bila tidak mau belajar dari sejarah nenek moyang mereka yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya.

Dengan penurunan Al-Qur’an, Allah memperingatkan orang Mekah yang bersikap menantang dan mendustakan Nabi Muhammad dan juga kepada umat yang hidup sesudah beliau pada masa kini dan akan datang. Hendaklah umat manusia selalu belajar dari sejarah, karena sejarah itu akan datang mengulang dirinya.

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah Kami telah membinasakan umat-umat terdahulu yang telah mendustakan kebenaran? Bukankah–setelah umat-umat terdahulu itu–Kami akan melanjutkan untuk membinasakan umat-umat yang berbuat dosa dan mengingkari Allah yang datang kemudian?

Surah Al-Mursalat Ayat 18
كَذَٰلِكَ نَفۡعَلُ بِٱلۡمُجۡرِمِينَ

Terjemahan: “Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa.

Tafsir Jalalain: كَذَٰلِكَ (Demikianlah) sebagaimana Kami lakukan terhadap orang-orang yang mendustakan نَفۡعَلُ بِٱلۡمُجۡرِمِينَ (Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa) artinya, Kami akan melakukan hal yang sama terhadap orang-orang yang berdosa yang kelak akan datang, yaitu Kami pasti akan membinasakan mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu, Allah berfirman: كَذَٰلِكَ نَفۡعَلُ بِٱلۡمُجۡرِمِينَ (“Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa. Kecelakaan besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.”) demikianlah yang dikatakan oleh Ibnu Jarir.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah sekali lagi menegaskan bahwa apa yang telah diperbuat-Nya terhadap umat dahulu akan sama saja dengan apa yang dilakukan-Nya terhadap umat sekarang. Sebab sunnah-Nya sejak dahulu sampai sekarang tetap sama, tidak akan berubah sedikit pun. Begitulah Dia telah menghancurkan orang-orang yang berdosa akibat perbuatan dan sikap mereka yang mendustai-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah Kami telah membinasakan umat-umat terdahulu yang telah mendustakan kebenaran? Bukankah–setelah umat-umat terdahulu itu–Kami akan melanjutkan untuk membinasakan umat-umat yang berbuat dosa dan mengingkari Allah yang datang kemudian?

Surah Al-Mursalat Ayat 19
وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ

Terjemahan: “Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.

Tafsir Jalalain: وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ (Kecelakaan besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan) sebagai pengukuh terhadap ayat sebelumnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu, Allah berfirman: وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ (“Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa. Kecelakaan besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.”) demikianlah yang dikatakan oleh Ibnu Jarir.

Tafsir Kemenag: Ayat ini berisi kecaman Allah terhadap orang-orang yang mendustakan-Nya serta para nabi dan rasul-Nya dengan kecaman “celakalah orang yang mendustakan”. Pengulangan sumpah dan kecaman yang terdapat dalam Surah al-Mursalat ini, di samping dimaksudkan untuk menegaskan arti (ta’kid), juga mengandung pengertian lain, yakni bahwa kecaman tersebut tidak hanya diberlakukan di akhirat, melainkan juga diperlihatkan-Nya di dunia ini.

Imam al-Qurthubi mengatakan kata wail diulang-ulang dalam surah ini untuk menunjukkan bahwa untuk masing-masing bangsa yang mendustakan Allah, diberikan siksaan yang berlainan dengan apa yang diterima oleh bangsa lain sebelumnya. Masing-masing umat nabi dahulu kala yang bersikap membangkang telah menerima siksaan Ilahi yang berlainan satu dengan lainnya.

Tafsir Quraish Shihab: Pada hari ini, binasalah mereka yang telah mendustakan apa yang Kami janjikan.

Surah Al-Mursalat Ayat 20
أَلَمۡ نَخۡلُقكُّم مِّن مَّآءٍ مَّهِينٍ

Terjemahan: “Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?

Tafsir Jalalain: أَلَمۡ نَخۡلُقكُّم مِّن مَّآءٍ مَّهِينٍ (Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina?) yang lemah, yaitu air mani.

Tafsir Ibnu Katsir: Lalu Allah berfirman seraya melimpahkan karunia kepada makhluk-makhluk-Nya sekaligus berhujjah tentang pengembalian makhluk dengan penciptaan awal: أَلَمۡ نَخۡلُقكُّم مِّن مَّآءٍ مَّهِينٍ (“Bukankah Kami menciptakanmu dari air yang hina.”) yakni yang lemah lagi hina dibandingkan dengan kekuasaan Allah.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah mengingatkan kembali dengan suatu pertanyaan, “Tidakkah manusia itu dijadikan dari setetes air yang hina?” Air yang hina yang disebut mani ini tersimpan dalam tempat yang kokoh yakni rahim ibu. Di situlah mani sang ayah dengan sel telur ibu bercampur dan mengikuti proses kejadian tahap demi tahap yang diatur dengan sangat rapi dan teliti oleh yang Mahakuasa. Setelah cukup waktu yang ditetapkan, maka lahirlah calon manusia itu dalam bentuk bayi.

Baca Juga:  Surah Maryam Ayat 12-15; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Ketiga ayat di atas kembali mengulang mengenai peran air mani dalam perkembangan manusia. Namun, dalam ayat ini disebutkan rahim secara khusus. Untuk itu, tekanan interpretasi yang berkait dengan ayat ini adalah rahim. Menurut sains, rahim atau uterus adalah tempat dimana embrio dan janin tumbuh dan berkembang, sebelum dilahirkan dalam bentuk anak manusia yang utuh.

Rahim disebutkan sebagai tempat yang kokoh dan aman karena beberapa hal, yaitu: 1. Letaknya terlindung karena terletak di antara tulang panggul. Ia ‘dipegang secara kuat di kedua sisinya oleh otot-otot, yang pada saat bersamaan memberikan kebebasan kepada rahim untuk bergerak dan tumbuh sampai beberapa ratus kali ukuran sebelumnya, pada saat puncak kandungan sebelum melahirkan.

2. Pada saat kehamilan, dihasilkan suatu cairan yang dinamakan progesteron, atau biasa disebut sebagai hormon kehamilan, yang berfungsi untuk merendahkan frekuensi kontraksi rahim. 3. Embrio yang ada di dalam rahim dikelilingi oleh beberapa lapisan membran yang menghasilkan suatu cairan dimana embrio itu berenang di dalamnya.

Hal ini menjaga embrio dari kemungkinan rusak akibat benturan dari luar. Ada satu ayat lain yang mengindikasikan tahapan-tahapan pengembangan dan keamanan yang ditawarkan rahim kepada janin: .. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang memiliki kerajaan. Tidak ada tuhan selain Dia; maka mengapa kamu dapat dipalingkan? (az-Zumar/39: 6)

Mengenai tahapan-tahapan sudah kita bahas di depan. Sedangkan mengenai keamanan janin di dalam rahim, para ahli menemukan adanya tiga lapis membran (di dalam ayat di atas disebutkan dengan ‘tiga kegelapan) yang dapat mengamankan janin selama berada di dalam rahim, yaitu:

1. Lapisan membran amnion yang mengandung cairan sehingga janin dalam keadaan berenang. Kondisi demikian ini melindungi janin apabila ada benturan dari luar. Di samping itu, posisi berenang ini memberikan kesempatan kepada janin dalam memposisikan diri saat akan dilahirkan.

2. Lapisan membran chorion 3. Lapisan membran decidua Beberapa peneliti menghubungkan tiga lapisan kegelapan dalam ayat di atas dengan lapisan membran amniotik yang mengelilingi rahim, dinding rahim itu sendiri, dan dinding abdomen di bagian perut.

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah Kami ciptakan kalian dari air nutfah yang hina, lalu Kami letakkan air itu di tempat yang kokoh sampai selesai tahap penciptaan dan pembentukannya sesuai dengan pengetahuan Allah, kemudian Kami tentukan penciptaannya, pembentukannya dan saat kemunculannya–dan Kamilah sebaik-baik penentu dan pencipta? Sungguh celaka pada hari ini mereka yang telah mendustakan karunia penciptaan dan penentuan.

Surah Al-Mursalat Ayat 21
فَجَعَلۡنَٰهُ فِى قَرَارٍ مَّكِينٍ

Terjemahan: “kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim),

Tafsir Jalalain: فَجَعَلۡنَٰهُ فِى قَرَارٍ مَّكِينٍ (Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh) tempat yang terpelihara, yaitu dalam rahim.

Tafsir Ibnu Katsir: فَجَعَلۡنَٰهُ فِى قَرَارٍ مَّكِينٍ (“Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh.”) yakni Kami kumpulkan di dalam rahim, yaitu tempat menetapnya sperma laki-laki dan ovum perempuan. Dan rahim itu memang disediakan untuk menjaga ari yang dititipkan di sana.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah mengingatkan kembali dengan suatu pertanyaan, “Tidakkah manusia itu dijadikan dari setetes air yang hina?” Air yang hina yang disebut mani ini tersimpan dalam tempat yang kokoh yakni rahim ibu. Di situlah mani sang ayah dengan sel telur ibu bercampur dan mengikuti proses kejadian tahap demi tahap yang diatur dengan sangat rapi dan teliti oleh yang Mahakuasa. Setelah cukup waktu yang ditetapkan, maka lahirlah calon manusia itu dalam bentuk bayi.

Ketiga ayat di atas kembali mengulang mengenai peran air mani dalam perkembangan manusia. Namun, dalam ayat ini disebutkan rahim secara khusus. Untuk itu, tekanan interpretasi yang berkait dengan ayat ini adalah rahim. Menurut sains, rahim atau uterus adalah tempat dimana embrio dan janin tumbuh dan berkembang, sebelum dilahirkan dalam bentuk anak manusia yang utuh.

Rahim disebutkan sebagai tempat yang kokoh dan aman karena beberapa hal, yaitu: 1. Letaknya terlindung karena terletak di antara tulang panggul. Ia ‘dipegang secara kuat di kedua sisinya oleh otot-otot, yang pada saat bersamaan memberikan kebebasan kepada rahim untuk bergerak dan tumbuh sampai beberapa ratus kali ukuran sebelumnya, pada saat puncak kandungan sebelum melahirkan.

2. Pada saat kehamilan, dihasilkan suatu cairan yang dinamakan progesteron, atau biasa disebut sebagai hormon kehamilan, yang berfungsi untuk merendahkan frekuensi kontraksi rahim. 3. Embrio yang ada di dalam rahim dikelilingi oleh beberapa lapisan membran yang menghasilkan suatu cairan dimana embrio itu berenang di dalamnya.

Hal ini menjaga embrio dari kemungkinan rusak akibat benturan dari luar. Ada satu ayat lain yang mengindikasikan tahapan-tahapan pengembangan dan keamanan yang ditawarkan rahim kepada janin: .. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang memiliki kerajaan. Tidak ada tuhan selain Dia; maka mengapa kamu dapat dipalingkan? (az-Zumar/39: 6)

Mengenai tahapan-tahapan sudah kita bahas di depan. Sedangkan mengenai keamanan janin di dalam rahim, para ahli menemukan adanya tiga lapis membran (di dalam ayat di atas disebutkan dengan ‘tiga kegelapan) yang dapat mengamankan janin selama berada di dalam rahim, yaitu:

1. Lapisan membran amnion yang mengandung cairan sehingga janin dalam keadaan berenang. Kondisi demikian ini melindungi janin apabila ada benturan dari luar. Di samping itu, posisi berenang ini memberikan kesempatan kepada janin dalam memposisikan diri saat akan dilahirkan.

2. Lapisan membran chorion 3. Lapisan membran decidua Beberapa peneliti menghubungkan tiga lapisan kegelapan dalam ayat di atas dengan lapisan membran amniotik yang mengelilingi rahim, dinding rahim itu sendiri, dan dinding abdomen di bagian perut.

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah Kami ciptakan kalian dari air nutfah yang hina, lalu Kami letakkan air itu di tempat yang kokoh sampai selesai tahap penciptaan dan pembentukannya sesuai dengan pengetahuan Allah, kemudian Kami tentukan penciptaannya, pembentukannya dan saat kemunculannya–dan Kamilah sebaik-baik penentu dan pencipta? Sungguh celaka pada hari ini mereka yang telah mendustakan karunia penciptaan dan penentuan.

Surah Al-Mursalat Ayat 22
إِلَىٰ قَدَرٍ مَّعۡلُومٍ

Terjemahan: “sampai waktu yang ditentukan,

Tafsir Jalalain: إِلَىٰ قَدَرٍ مَّعۡلُومٍ (Sampai waktu yang ditentukan) yaitu sampai waktu kelahirannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: إِلَىٰ قَدَرٍ مَّعۡلُومٍ (“Sampai waktu yang ditentukan.”) yakni sampai batas waktu tertentu, enam bulan atau Sembilan bulan.

Baca Juga:  Surah Al-Mursalat Ayat 29-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah mengingatkan kembali dengan suatu pertanyaan, “Tidakkah manusia itu dijadikan dari setetes air yang hina?” Air yang hina yang disebut mani ini tersimpan dalam tempat yang kokoh yakni rahim ibu. Di situlah mani sang ayah dengan sel telur ibu bercampur dan mengikuti proses kejadian tahap demi tahap yang diatur dengan sangat rapi dan teliti oleh yang Mahakuasa. Setelah cukup waktu yang ditetapkan, maka lahirlah calon manusia itu dalam bentuk bayi.

Ketiga ayat di atas kembali mengulang mengenai peran air mani dalam perkembangan manusia. Namun, dalam ayat ini disebutkan rahim secara khusus. Untuk itu, tekanan interpretasi yang berkait dengan ayat ini adalah rahim.

Menurut sains, rahim atau uterus adalah tempat dimana embrio dan janin tumbuh dan berkembang, sebelum dilahirkan dalam bentuk anak manusia yang utuh. Rahim disebutkan sebagai tempat yang kokoh dan aman karena beberapa hal, yaitu:

1. Letaknya terlindung karena terletak di antara tulang panggul. Ia ‘dipegang secara kuat di kedua sisinya oleh otot-otot, yang pada saat bersamaan memberikan kebebasan kepada rahim untuk bergerak dan tumbuh sampai beberapa ratus kali ukuran sebelumnya, pada saat puncak kandungan sebelum melahirkan.

2. Pada saat kehamilan, dihasilkan suatu cairan yang dinamakan progesteron, atau biasa disebut sebagai hormon kehamilan, yang berfungsi untuk merendahkan frekuensi kontraksi rahim. 3. Embrio yang ada di dalam rahim dikelilingi oleh beberapa lapisan membran yang menghasilkan suatu cairan dimana embrio itu berenang di dalamnya.

Hal ini menjaga embrio dari kemungkinan rusak akibat benturan dari luar. Ada satu ayat lain yang mengindikasikan tahapan-tahapan pengembangan dan keamanan yang ditawarkan rahim kepada janin: .. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang memiliki kerajaan. Tidak ada tuhan selain Dia; maka mengapa kamu dapat dipalingkan? (az-Zumar/39: 6)

Mengenai tahapan-tahapan sudah kita bahas di depan. Sedangkan mengenai keamanan janin di dalam rahim, para ahli menemukan adanya tiga lapis membran (di dalam ayat di atas disebutkan dengan ‘tiga kegelapan) yang dapat mengamankan janin selama berada di dalam rahim, yaitu:

1. Lapisan membran amnion yang mengandung cairan sehingga janin dalam keadaan berenang. Kondisi demikian ini melindungi janin apabila ada benturan dari luar. Di samping itu, posisi berenang ini memberikan kesempatan kepada janin dalam memposisikan diri saat akan dilahirkan.

2. Lapisan membran chorion 3. Lapisan membran decidua Beberapa peneliti menghubungkan tiga lapisan kegelapan dalam ayat di atas dengan lapisan membran amniotik yang mengelilingi rahim, dinding rahim itu sendiri, dan dinding abdomen di bagian perut.

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah Kami ciptakan kalian dari air nutfah yang hina, lalu Kami letakkan air itu di tempat yang kokoh sampai selesai tahap penciptaan dan pembentukannya sesuai dengan pengetahuan Allah, kemudian Kami tentukan penciptaannya, pembentukannya dan saat kemunculannya–dan Kamilah sebaik-baik penentu dan pencipta? Sungguh celaka pada hari ini mereka yang telah mendustakan karunia penciptaan dan penentuan.

Surah Al-Mursalat Ayat 23
فَقَدَرۡنَا فَنِعۡمَ ٱلۡقَٰدِرُونَ

Terjemahan: “lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.

Tafsir Jalalain: فَقَدَرۡنَا (Lalu Kami tentukan) waktu tersebut فَنِعۡمَ ٱلۡقَٰدِرُونَ (maka sebaik-baik yang menentukan) adalah Kami.

Tafsir Ibnu Katsir: lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.

Tafsir Kemenag: Dalam urusan mengatur dan menetapkan masa lamanya si anak “tersimpan” dalam rahim itu dan kemudian menetapkan bila dia harus lahir sebagai anak yang sempurna ke alam ini, adalah urusan Allah semata. Manusia boleh mengetahui lewat pikirannya, namun soal pengaturannya tetaplah di tangan Yang Mahakuasa.

Terhadap soal ini, Allah menegaskan bahwa Dialah sebaik-baiknya yang menentukan. Betapa tepat, indah, dan harmonis kejadian manusia yang diciptakan-Nya itu dapat kita bandingkan, umpamanya, dengan bentuk dan rupa hewan. Sekalipun jenis makhluk hewan itu tidak ada yang cacat maupun yang janggal menurut penglihatan kita, namun ciptaan dan susunan anatomi tubuh manusia tetap jauh lebih sempurna, indah, dan menarik, dibandingkan dengan segala makhluk hidup yang ada.

Dengan merenungkan hal itu, barulah kita menyimpulkan bahwa memang Tuhanlah yang sebaik-baik menentukan. Ayat ini mengandung ajakan bagi manusia untuk berpikir dan menyimpulkan sikap hidupnya terhadap Zat yang menjadikan itu.

Apakah tidak patut manusia bersyukur dan berterima kasih kepada-Nya? Apakah tidak selayaknya kalau manusia menanggalkan sikap ingkar dan keras kepalanya setelah ia menyadari sepenuhnya betapa kasih sayang Allah, dan betapa Allah telah membimbing kehidupan ini dengan mengirim rasul-Nya guna mengajarkan ajaran tentang keesaan-Nya?.

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah Kami ciptakan kalian dari air nutfah yang hina, lalu Kami letakkan air itu di tempat yang kokoh sampai selesai tahap penciptaan dan pembentukannya sesuai dengan pengetahuan Allah, kemudian Kami tentukan penciptaannya, pembentukannya dan saat kemunculannya–dan Kamilah sebaik-baik penentu dan pencipta? Sungguh celaka pada hari ini mereka yang telah mendustakan karunia penciptaan dan penentuan.

Surah Al-Mursalat Ayat 24
وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ

Terjemahan: “Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.

Tafsir Jalalain: وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ (Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.).

Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu, Dia berfirman: وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ (“Lalu Kami tentukan [bentuknya], maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.”)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa terlepas dari semua itu kalau memang manusia tak mau mengubah tabiat dan karakternya, tetap saja kafir laknat, dan lebih dari itu juga berusaha merongrong kewibawaan Ilahi itu dengan mempersekutukan-Nya dengan makhluk lain ciptaan-Nya, dan sama sekali tidak yakin adanya hari kebangkitan, hari manusia menerima ganjaran amal perbuatan baiknya, maka Tuhan mengancam untuk kedua kalinya, “Celaka besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.”.

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah Kami ciptakan kalian dari air nutfah yang hina, lalu Kami letakkan air itu di tempat yang kokoh sampai selesai tahap penciptaan dan pembentukannya sesuai dengan pengetahuan Allah, kemudian Kami tentukan penciptaannya, pembentukannya dan saat kemunculannya–dan Kamilah sebaik-baik penentu dan pencipta? Sungguh celaka pada hari ini mereka yang telah mendustakan karunia penciptaan dan penentuan.

Surah Al-Mursalat Ayat 25
أَلَمۡ نَجۡعَلِ ٱلۡأَرۡضَ كِفَاتًا

Terjemahan: “Bukankah Kami menjadikan bumi (tempat) berkumpul,

Tafsir Jalalain: أَلَمۡ نَجۡعَلِ ٱلۡأَرۡضَ كِفَاتًا (Bukankah Kami menjadikan bumi tempat berkumpul) lafal Kifaatan adalah Mashdar dari lafal Kafata yang artinya berkumpul atau tempat untuk berkumpul.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian firman Allah: أَلَمۡ نَجۡعَلِ ٱلۡأَرۡضَ كِفَاتًا (“Bukankah Kami yang menjadikan bumi [tempat] berkumpul orang-orang hidup dan orang-orang mati?”) Ibu ‘Abbas mengatakan: “[Maksudnya] pembungkus.” Dan Mujahid mengatakan:

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 65-69; Seri Tadabbur Al-Qur'an

“Orang yang meninggal dibungkus, sehingga tidak terlihat sedikitpun darinya.” Sedangkan asy-Sya’bi mengatkan: “Yakni perut bumi bagi orang-orang yang sudah meninggal dunia di antara kalian dan bagian luarnya bagi orang-orang yang masih hidup.” Demikian yang dikemukakan oleh Mujahid dan Qatadah.

Tafsir Kemenag: Setelah menyebutkan berbagai rupa nikmat-Nya di sekitar proses kejadian manusia, maka dalam ayat ini, Allah mengajak manusia memperhatikan dengan seksama terhadap nikmat-Nya yang ada di cakrawala ini. Hal ini diungkapkan Allah dengan kalimat pertanyaan, “Bukankah Kami telah menciptakan bumi yang terhampar dan terbentang begitu luas sebagai tempat berkumpul dan tempat hidup bersama-sama mencari penghidupan.

Secara saintifik, planet bumi ini beserta atmosfernya telah diciptakan Allah dengan benar dan tepat. Bumi kita dan atmosfernya mengandung substansi atau materi yang mendukung adanya proses kehidupan, antara lain adanya gas nitrogen (N2) yang tak berbahaya bagi makhluk hidup, namun sangat dibutuhkan untuk timbulnya suatu proses kehidupan, dan gas oksigen (O2), yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungan kehidupan semua makhluk hidup. Oleh sebab itu, di bumi semua kehidupan berkumpul (lebih detail lihat Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 5 Surah Ibrahim/14:19).

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah Kami jadikan bumi sebagai tempat berkumpul, permukaannya dipenuhi makhluk hidup yang tak terhitung dan di dalam perutnya terkandung makhluk-makhluk mati yang tak terbilang? Bukankah Kami jadikan di atas bumi itu gunung-gunung yang kokoh dan tinggi menjulang, dan Kami pun memberi minum kalian dengan air tawar yang segar? Pada hari ini, sungguh celaka mereka yang telah mendustakan pelbagai nikmat-nikmat itu.

Surah Al-Mursalat Ayat 26
أَحۡيَآءً وَأَمۡوَٰتًا

Terjemahan: “orang-orang hidup dan orang-orang mati?

Tafsir Jalalain: أَحۡيَآءً (Orang-orang hidup) pada permukaannya وَأَمۡوَٰتًا (dan orang-orang mati) yang ada pada perutnya.

Tafsir Ibnu Katsir: أَحۡيَآءً وَأَمۡوَٰتًا (orang-orang hidup dan orang-orang mati?

Tafsir Kemenag: Kegunaan bumi diciptakan terhampar dan tempat berkumpul bukan saja untuk yang masih hidup yang tinggal di atas permukaannya, melainkan juga bagi yang telah meninggal dunia untuk dikuburkan dalam perutnya. Itulah sebabnya dikatakan bumi untuk orang yang masih hidup dan yang sudah meninggal. Kifat dalam bahasa Arab berarti kuburan bagi yang meninggal dan rumah bagi yang masih hidup.

Menurut para ilmuwan, bagian atas bumi merupakan lempengan-lempengan kulit bumi yang saling berinteraksi satu sama lain dan mengakibatkan terjadinya deformasi kerak bumi yang antara lain dimanifestasikan dengan pembentukan pegunungan, gunung api dan gempa bumi. Pegunungan-pegunungan yang tinggi ikut serta dalam siklus hidrologi dimana air akhirnya tersimpan di daratan dan menjadi sumber air minum manusia dan kehidupan lainnya.

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah Kami jadikan bumi sebagai tempat berkumpul, permukaannya dipenuhi makhluk hidup yang tak terhitung dan di dalam perutnya terkandung makhluk-makhluk mati yang tak terbilang? Bukankah Kami jadikan di atas bumi itu gunung-gunung yang kokoh dan tinggi menjulang, dan Kami pun memberi minum kalian dengan air tawar yang segar? Pada hari ini, sungguh celaka mereka yang telah mendustakan pelbagai nikmat-nikmat itu.

Surah Al-Mursalat Ayat 27
وَجَعَلۡنَا فِيهَا رَوَٰسِىَ شَٰمِخَٰتٍ وَأَسۡقَيۡنَٰكُم مَّآءً فُرَاتًا

Terjemahan: “dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar?

Tafsir Jalalain: وَأَسۡقَيۡنَٰكُم مَّآءً فُرَاتًا (Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi) gunung-gunung yang menjulang tinggi وَأَسۡقَيۡنَٰكُم مَّآءً فُرَاتًا (dan Kami beri minum kalian dengan air yang tawar) air yang segar dan tawar.

Tafsir Ibnu Katsir: وَجَعَلۡنَا فِيهَا رَوَٰسِىَ شَٰمِخَٰتٍ (“Dan Kami jadikan padanya gunung-gungun yang tinggi.”) yakni gunung-gunung yang ditanam di bumi agar bumi tidak goyah dan goncang. وَأَسۡقَيۡنَٰكُم مَّآءً فُرَاتًا (“Dan Kami beri minum kamu dengan air tawar.”) yakni, air tawar yang diturunkan dari langit maupun yang disumberkan dari mata air bumi.

Tafsir Kemenag: Selain itu, Allah juga mengarahkan perhatian manusia kepada tujuan penciptaan gunung yang menjulang tinggi dari permukaan bumi. Ia dikatakan sebagai pasak bumi dan dengan demikian, manusia merasa tenteram tinggal di bumi. Gunung itulah yang bertugas sebagai pasak tiang untuk menjaga keseimbangan bumi tersebut.

Terkadang sebagian badan gunung-gunung itu terbenam dalam tanah atau dalam laut maupun sungai-sungai. Selanjutnya Allah mengajak manusia memikirkan tentang air tawar yang diminum setiap hari, sebagai anugerah dari-Nya. Dialah yang menurut ayat ini memberikan minum. Terkadang air itu tercurah dari langit yang dibawa hujan yang berasal dari gumpalan awan atau dari salju mencair dan adakalanya pula mengalir dari anak-anak sungai atau memancar dari mata air, di bawah celah-celah gunung maupun di pinggir kali, dan sebagainya.

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah Kami jadikan bumi sebagai tempat berkumpul, permukaannya dipenuhi makhluk hidup yang tak terhitung dan di dalam perutnya terkandung makhluk-makhluk mati yang tak terbilang? Bukankah Kami jadikan di atas bumi itu gunung-gunung yang kokoh dan tinggi menjulang, dan Kami pun memberi minum kalian dengan air tawar yang segar? Pada hari ini, sungguh celaka mereka yang telah mendustakan pelbagai nikmat-nikmat itu.

Surah Al-Mursalat Ayat 28
وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ

Terjemahan: “Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.

Tafsir Jalalain: وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ (Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan) kemudian pada hari kiamat dikatakan kepada orang-orang yang mendustakan:.

Tafsir Ibnu Katsir: وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ (“Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.”) yakni, celaka bagi orang yang merenungi berbagai macam makhluk yang menunjukkan keagungan Penciptanya, tetapi setelah itu dia terus menerus dalam kedustaan dan kekufuran.

Tafsir Kemenag: Oleh karena itu, bagi siapa yang masih mendustakan nikmat Allah itu terkena oleh kutukan ayat ini, “Celaka besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.”.

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah Kami jadikan bumi sebagai tempat berkumpul, permukaannya dipenuhi makhluk hidup yang tak terhitung dan di dalam perutnya terkandung makhluk-makhluk mati yang tak terbilang? Bukankah Kami jadikan di atas bumi itu gunung-gunung yang kokoh dan tinggi menjulang, dan Kami pun memberi minum kalian dengan air tawar yang segar? Pada hari ini, sungguh celaka mereka yang telah mendustakan pelbagai nikmat-nikmat itu.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Mursalat Ayat 16-28 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S