Syekh Khalil bin Abdul Samad; Tuan Imam Besar Khairiah Mandah (1895-1960)

Syekh Khalil bin Abdul Samad

Pecihitam.org – Tulisan ini mengulas tentang biografi seorang ulama asal Khairiah Mandah, Indragiri Hilir, Riau, yang dijuluki sebagai “Tuan Imam Besar”. Nama lengkap Tuan Imam Besar adalah Syekh Khalil bin Abdul Samad bin Abdul Rahim bin Abdul Lathif bin Ismail bin Abdul Rauf. Beliau lahir di Kampung Pulau seberang kota Rengat sekitar tahun 1895.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Menurut sumber lain, ia dilahirkan di Nagari sebuah desa di Khairiah Mandah pada 24 Jumadil Awal 1313 H/ 1896 M. Sedangkan bila dihitung mundur dari tahun kewafatan beliau 1960 dikurangi usia wafatnya 63 tahun, maka didapatkan hasil 1897. 

Untuk penetapan angka tahun kelahiran, penulis lebih memilih pendapat pertama, dilandasi oleh tiga alasan:

Pertama, karena apabila pendapat kedua dikonversikan ke dalam penanggalan tahun Masehi maka 24 Jumadil Awal 1313 H adalah bertepatan dengan hari Selasa 12 November 1895 M.

Kedua, identitas penanggalan yang lengkap dan detail menyebutkan nomor tanggal dan bulan lebih memiliki akurasi tinggi, dibandingkan hanya menyebutkan angka tahun saja. 

Ketiga, penanggalan dengan berpatokan pada kalender hijriah lebih valid dan populer digunakan oleh para ulama Nusantara abad ke-19 M dibanding dengan penanggalan dalam kalender Masehi.

Sementara perhitungan berdasarkan pengurangan usia, tidak dapat dipedomani, karena kerap kali didasarkan atas perkiraan semata. Tentang masalah tempat di mana beliau lahir, juga tidak dapat ditentukan secara pasti.

Pada usia 8 tahun atau sekitar tahun 1903 ia diboyong oleh orangtuanya untuk naik haji sekaligus menuntut ilmu ke Mekah. Di Mekah ia menetap di al-Qararah sebuah daerah yang berdekatan dengan lingkungan Masjidil Haram.

Ia bermukim di tempat ini selama kurang lebih 17 tahun, selama itulah lamanya waktu yang dihabiskan oleh Syekh Khalil bin Abdul Samad untuk belajar ilmu Agama kepada ulama Mekah maupun kepada ulama-ulama Nusantara yang berkiprah di Mekah.

Baca Juga:  Biografi Lengkap Kyai Khasan Besari Ponorogo

Sekembalinya Syekh Khalil bin Abdul Samad dari Mekah usianya telah menginjak 25 tahun atau sekitar tahun 1920. Ia singgah dan menetap terlebih dahulu di Singapura serta mengabdikan diri mengajar di Madrasah al-Junied al-Islamiyah.

Penulis tidak sependapat dengan ini, sebab Madrasah al-Junied baru didirikan oleh Sayid Abdurrahman al-Juneid tahun 1927, jadi tidak mungkin itu terjadi.

Bila benar bahwa Syekh Khalil pernah mengabdi di Singapura, berarti bukan di Madrasah al-Junied, barangkali di Madrasah al-Sagoff al-Arabiyah sebuah institusi pendidikan Islam tertua di Singapura yang didirikan oleh Sayid Mohamad bin Ahmad al-Sagoff pada tahun 1912.

Setelah dua tahun di Singapura ini, barulah ia kembali ke kampung halamannya di Khairiah Mandah. 

Di Khairiah Mandah ia mengajarkan pengetahuan tentang Tauhid (ilmu Aqidah), Tajwid (ilmu tata cara baca al-Qur’an), termasuk juga ilmu Falak (ilmu Astronomi).

Karena keahliannya di bidang Falak ini, maka ia kerap diundang oleh pemerintah untuk dimintai pendapat berkenaan penentuan hilal awal ramadhan dan awal idul fitri.

Ia juga menjadi Imam, Khatib, dan Kadi  di Masjid Jami’ Khairiah Mandah. Selain itu, beliau juga terlibat aktif sebagai pemimpin laskar Jihad fi Sabilillah melawan kolonial Belanda di wilayah keamiran Mandah. 

Syekh Khalil bin Abdul Samad meninggalkan beberapa karya tulis, di antaranya yang paling terkenal adalah kitab Khatm al-Qur’an, sebuah buku tuntunan teknis tradisi khataman al-Qur’an.

Karya ini selesai ditulis pada pada tanggal 19 Dzulhijjah 1339 H/ 23 Agustus 1921 M. Karya ini kemudian dicetak di Singapura pada tanggal 26 Safar 1340 H/ 28 Oktober 1921 M setelah mendapat pengakuan para ulama, karya ini diterbitkan oleh H. Abdurrahman bin H. Abdul Aziz di 39 Basrah, Sekretariat Singapura. Karya ini sampai saat ini terus menjadi panduan dan pedoman praktis oleh masyarakat.

Selain kitab Khatm al-Qur’an, Syekh Khalil bin Abdul Samad juga meninggalkan manuskrip ijazah. Sebuah manuskrip menjelaskan tentang amalan wirid-wirid lengkap dengan silsilahnya.

Baca Juga:  Perjuangan Raden Fatah dalam Menyebarkan Agama Islam di Nusantara

Al-Haji Khalid bin al-Marhum al-Haji Abdul Samad Mandah Khairiah Hadzi al-thariqah al-ilahiyah al-rabbaniyah al-nuraniyah al-hamidiyah al-qadiriyah al-naqsyabandiyah al-samaniyah min syaikhi wawashilati ila Allah ta’ala Abu Bakar Tambusai, an al-Syekh Muhammad Hasan al-Saman, an walidah al-Syekh Abu Hasan, an al-Syekh Ahmad Takruri, an Hadi Abu al-Hasan al-Saman, an al-Syakh Husaib, an al-Syekh Ahmad Thayyib, an Ghauts al-Arifbillah Sayyid al-Syekh Muhammad Samman, an al-Syekh Musthafa al-Bakri, an al-Syekh Muhammad al-Thahir, an al-Syekh Ahmad Aqil, an al-Syekh Muhammad Shadiq, an al-Syekh, an al-Syekh Mujammad Qasim, an al-Syekh ‘Aid al-Fattah, an al-Syekh Gharibullah al-Muqrib, an al-Syekh al-Hadadi, an al-Syekh al-Hakari, an al-Syekh Sulthan al-Awliya Sayyidi Abdul Qadir al-Jailani qaddasallahu sirrahu, an al-Syekh Muhammad al-Qadi, an al-Syekh Abu al-Farj al-Thaursusi, an al-Syekh al-Hafi, an al-Syekh Abu Bakar al-Sabali, an al-Syekh al-Mutha’anah Abu al-Qasim al-Junaid al-Baghdadi, an al-Syekh Sari al-Saqathi, an al-Syekh Mashruf al-Karahi, an al-Syekh Daud al-Tha’i, an al-Syekh Habib al-‘Ajmi, an al-Syekh al-Hasan al-Bashri, an al-Imam Ali Karamallah wajhah wa radhiyallah anhu, an al-Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, an Jibril ‘Alaihi al-Salam, an Rabb al-Izzah Jalla Tsana’uhu wala Ilaha Ghairuhu hadza al-Aurad al-Asas yaqra’u ba’da al-shalah…

Melalui jalur silsilah keilmuan tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan:

Pertama, Syekh Khalil bin Abdul Samad merupakan penganut tarekat, terbukti dengan nisbah yang disebutkannya, paling tidak tiga tarekat populer: tarekat Qadariyah, Naqsyabandiyah, dan Sammaniyah.

Kedua, diketahui bahwa salah satu guru Syekh Khalil adalah Syekh Abu Bakar al-Tambusai (w. 1359 H/ 1940 M), seorang ulama Nusantara yang berkiprah di Mekah.

Ketiga, ini merupakan sanad pengamalan wirid-wirid penting yang dibaca setelah selesai shalat. Keempat, diperoleh informasi bahwa sanad ini melalui nama besar Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Syekh Hasan al-Basri, Sayyidina Ali bin Abi Thalib, sampai kepada Rasulullah.

Baca Juga:  Snouck Hurgronje, Penyusup yang Memecah Belah Islam di Indonesia

Dalam sebuah karya yang berisi ijazah-ijazah sanad keilmuan berjudul Ni’mat al-Mulk al-Wahhab karya al-Haji Abdullah bin Hasan al-Jawi al-Belawi al-Makki seorang pengajar di Masjidil Haram menyebutkan nama Syekh Khalil dengan sebutan “Hadhrat al-Fadhil al-Syekh Haji Khalil bin Haji Abdul Samad”. Sebuah julukan kehormatan yang disematkan kepada seorang ulama yang memang mempuni secara keilmuan.

Tuan Imam Besar Khairiah Mandah Syekh Khalil bin Abdul Samad wafat pada hari Selasa pukul 03.30, tanggal 17 Ramadhan 1379 H atau bersamaan dengan 15 Maret 1960 M.

Jenazahnya dimakamkan di Nagari, Khairiah Mandah. Makamnya saat ini menjadi tempat tujuan ziarah dan wisata religi di wilayah kecamatan Mandah. 

Referensi:

  • Abdul Muthalib, Foto Saya Bersama Ahli Waris Syekh Khalil bin Abdus Shamad Mandah, www.facebook.com, upload 9 Februari 2020.
  • Abdul Muthalib, Tokoh Agama Islam Mandah Indragiri, www.facebook.com, upload 25 Juli 2019.
  • Academics TV, Ziarah ke Makam Syekh Khalil bin Abdul Samad: Imam Besar Khairiah Mandah, www.youtube.com, Upload 23 Juli 2019.
  • Muslim Inhil, Biografi Singkat Haji Khali Abdussamad Ulama Melayu Inhil Riau yang Terlupakan, www.facebook.com, upload 20 September 2018.
  • Uspianto, Ulama dan Laskar Fisabilillah Haji Khalil Abdussamad, Pengarang Kitab Khatam Alquran, www.goriau.com, 14 Juni 2016.

Penulis: Arivaie Rahman, S.Ud. M.A (Akademisi dan Peneliti Tafsir Nusantara)

Redaksi