Pecihitam.org,-Membahas tentang Ilmuwan Muslim Tsabit bin Qurra’ , tentu kita akan dihadapkan dengan teori matematika dan astronomi mengingat kontribusinya adalah tertuju pada dua bidang ini.
Dialah Abu al Hasan Tsabit bin Qurra’ bin Marwan al Sabi al Harrani atau yang dikenal dengan Tsabit bin Qurra’. Beliau lahir pada tahun 221 H (836 M) di Harran atau yang sudah dikenal dengan nama Carrhae, yakni suatu tempat yang terletak di antara Sungai Daljah dan Furat di Mesopotamia Tinggu, Asyur (Turki modern) dan menutup usia pada tahun 911 M di Baghdad.
Beberapa catatan sejarah mengungkapkan bahwa beliau merupakan anggota dari sekte Sabian yakni kelompok penyembah bintang. Namun ketika Islam datang dan meluas, maka sekte Sabian pada masa itu yang awal mulanya berbahasa Yunani pun menggunakan bahasa Arab. Dan perlahan tapi pasti para anggota sekste Sabian pun memeluk Agama Islam yang dimana pada saat itu berada dalam kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
Adapun jika kita menoleh pada kecerdasan seorang Tsabit bin Qurra’ ialah bisa ketahui ketika beliau Hijrah ke suatu daerah yang dikenali sebagai Kafrutuma. Disanalah beliau dipertemukan dengan seorang Ilmuwan terkemuka dari Baghdad yaitu Muhammad bin Musa bin Shakir dimana pada waktu itu sedang berkunjung ke Harran.
Dari pertemuan inilah, Ibn Musa yang memperhatikan kepiawaian Tsabit bin Qurra’ dalam berbahasa membuatnya jatuh kagum. Karena faktanya memang dikatakan bahwa sejak kecil, Tsabit bin Qurra’ sudah menampakkan kecerdasannya dalam menimba ilmu dan menguasai beberapa bahasa yakni bahasa Arab, Yunani dan Syriac.
Maka tak heran jika Ibn Musa beranggapan bahwa Tsabit bin Qurra’ merupakan seorang anak muda yang sangat potensial, dan malah meminta Tsabit bin Qurra’ untuk hijrah ke Baghdad yang pada saat itu merupakan kota Metropoli Intelektual demi menuntut ilmu selain pada dirinya juga pada saudaranya.
Dan setelah menuntut ilmu Matematika dan kedokteran disana, Tsabit bin Qurra’ kembali ke kampung halamannya (Harran). Namun bukannya diterima dengan baik, Tsabit bin Qurra’ rupanya dihadapkan dengan pengadilan mengingat banyak pemikiran pemikirannya yang dianggap berbahaya sehingga mau tidak mau beliau pun meninggalkan Harran.
Namun siapa sangka? Beliau malah diangkat menjadi seorang astronom pengadilan di Baghdad bahkan mendapatkan pelindungan dari Khalifah al Mu’tadid yang memerintah pada tahun 892-902 M, mengingat sang khalifah yang memang sudah mengetahui kepiawaian Tsabin bin Qurra’ dalam bidang astronom.
Selain itu, tentu beliau pun ahli dibidang Matematika bahkan dikatakan bahwa Tsabin bin Qurra’ ini merupakan salah satu penerus karya al Khawarizmi, yang dimana diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan Latin, terkhususnya pada karyanya tentang Kerucut Apollonius. Tidak hanya itu, beliau pun sempat menerjemahkan beberapa karya Ilmuwan Yunani lainnya ke dalam bahasa Arab yang salah satunya ialah beberapa manuskrip dari karya orisinal Archimedes.
Seolah tak ingin ketinggalan dengan ilmuwan muslim lainnya yang membuat dalil baru terkait dalam dunia matematika, seperti Abu Ja’far al Khazin yang sanggup menyelesaikan beberapa soal perhitungan dengan menggunakan bagian dari kerucut.
Maka Tsabit bin Qurra’ pun terjun dalam masalah bilangan Irrasional dengan menguggunakan metode geometri. Dan siapa sangka? Beliau mampu memecahkan soal khusus persamaan pangkat tiga, dan tentu hasil dari pengembangannya ini mendapatkan perhatian dari para ilmuwan muslim lainnya.
Sedangkan salah satu penemuan penting yang perlu kita ketahui dari beliau ialah penemuannya terhadap teori bilangan bersahabat yang diwariskan beliau bagi peradapan manusia modern. Teori ini pun biasa disebut dengan Amicable Number. Yakni dua bilangan yang masing masingnya adalah jumlah dari pembagi sejati bilangan lainnya.
Rumus yang berhasil dibuatnya ialah
p = 3 x 2n11
q = 3 x 2n1
r = 9 x 22n11
Karena dianggap sebagai teori unik, maka tak salah jika beberapa ilmuwan muslim setelahnya mengembangkan teori tersebut seperti oleh Abu Mansur Tahir al Baghdadi (980-1037 M) dan al Farisi pun termasuk salah satu tokoh pengembang dalam teori ini.
Tidak hanya itu, Rene Descartes pun yang merupakan Ilmuwan yang namanya sudah melejit seantero dunia rupanya tidak ketinggalan dalam mengembangkan teori bilangan bersahabat ini. Sehingga tak heran jikalau peradabn Barat kerap mengklaim dan beranggapan bahwa teori bilangan bersahabat adalah berasal dari Rene Descantes.
Sedangkan penemuan lainnya dari Tsabit bin Qurra’ selain Teori bilangan bersahabat ialah jam matahari, yaitu jam yang bermodalkan sinar matahari dalam menentukan peredaran waktu terlebih dalam menentukan waktu Shalat.
Adapun jika kita menoleh pada karya beliau yang dituangkannya dalam bentuk tulisan diantaranya ialah Mukhtasar fi Ilmin Nujum yakni berisi tentang ringkasan Ilmu Astronomi, Kitab fi Thaba’il Kawakib wa Ta’tsiriha yakni buku yang berisikan tentang karakter bintang-bintang dan pengaruhnya, Kitab fi Ibhthail Harakah fil Falakil Buruj yakni buku yang berisikan tentang gerakan bintang bintang dan Galaksi, Kitab fi Tarkibil Aflak yakni buku yang berisikan tentang susunan bintang, dan lainnya.