Ustadz Adi Hidayat; Biografi, Sanad Keilmuan Hingga Kiprahnya di Indonesia

Ustadz Adi Hidayat; Biografi, Sanad Keilmuan Hingga Kiprahnya di Indonesia

PeciHitam.org – Indonesia tidak pernah kehilangan atau kekurangan orang-orang berkompeten dan cerdas dalam berbagai bidang, apalagi bidang pengetahuan Agama.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Stok orang yang berkompeten dalam menguasai bidang keilmuan secara mendalam sangat banyak. Ukuran pengetahuan seseorang dapat dilihat dari track record dan kedalaman seseorang dalam membahas permasalahan Umat.

Bersikap dengan berdasar pengetahuan adalah sebuah sunnah agar terhindar dari hukum sesat dan menyesatkan. Karena berpendapat tidak menggunakan dasar argumentasi kuat dan kredibel. Salah seorang yang memiliki kompetensi ini yakni Ustadz Adi Hidayat, Lc., MA.

Daftar Pembahasan:

Biografi Ustadz Adi Hidayat

Beliau adalah Adi Hidayat yang dilahirkan di Kabupaten Pandeglang, Banten pada tanggal 11 September 1984. Ayah beliau adalah Warso Supena, seorang guru Ngaji sebuah Mushalla kecil, dan dari rahim Ibu Hj. Rafia Akhyar.

Ayah beliau meninggal persis saat Adi Hidayat masuk pesantren pada umur beliau ke-13. Ibunya membesarkan dan berjuang untuk pendidikan anak-anaknya dengan supaya menjadi seseorang yang bermanfaat.

Pendidikan formal beliau dimulai pada TK Pertiwi Pandeglang tahun 1989 dan lulus dengan predikat siswa terbaik. Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN Karaton 3 Pandeglang hingga kelas III dan beralih ke SDN III Pandeglang di jenjang kelas IV hingga VI.

Di dua sekolah dasar ini beliau juga mendapat predikat siswa terbaik, hingga dimasukan dalam kelas Unggulan. Kelas Unggulan ini menjadikan persaingan baik dalam prestasi karena berisi anak-anak dengan kemampuan di atas rata-rata di Kabupaten Pandeglang.

Selama bersekolah formal di Sekolah Dasar, Adi Hidayat kecil juga disekolahkan kedua orang tuanya ke Madarasah Salafiyyah Sanusiyyah Pandeglang.

Waktu pagi hari bersekolah formal, siang hingga sore sekolah agama (madrasah diniyah). Dasar memiliki kecerdasan dan kepintaran, beliau juga menjadi siswa berprestasi dan didaulat sebagai penceramah cilik dalam setiap sesi wisuda santri.

Selesai pendidikan tingkat dasar, Ustadz Adi Hidayat melanjutkan jenjang SMP-SMA pada tahun 1997. Lembaga pendidikan yang dipilihkan orang tua beliau adalah Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah (KMI) Darul Arqam Muhammadiyah Garut.

Baca Juga:  Syaikh Djamaluddin Assegaf Puang Ramma, Pendiri NU Sulawesi Selatan

Jenjang TMI adalah sebuah program pendidikan yang menaungi jenjang pendidikan setingkat SMP-SMA, yaitu 6 Tahun. Pondok Pesantren yang memadukan pendidikan Agama dan umum secara berimbang serta banyak menelurkan alumni-alumni yang berkiprah di tingkat nasional sampai internasional.

Di Pondok Pesantren inilah beliau mendapatkan bekal dasar utama dalam berbagai disiplin pengetahuan, baik umum maupun agama. Guru utama belia adalah KH. Miskun as-Syatibi, yang mana orang paling berpengaruh dalam menghadirkan kecintaan beliau terhadap al-Quran dan pendalaman pengetahuan.

Semasa dipesantren inilah beliau banyak mendapatkan prestasi baik tingkat Pondok, Kabupaten Garut, bahkan Propinsi Jawa Barat, terkhusus dalam bidang syarh (memahami makna) Al-Quran.

Tingkat kelas II Aliyah (jenjang SMA) bahkan pernah menjadi utusan termuda dalam program Daurah Tadribiyyah dari Universitas Islam Madinah di Pondok Pesantren Taruna al-Quran Yogyakarta.

Beliau juga seringkali dilibatkan oleh pamannya KH. Rafiuddin Akhyar, pendiri Dewan Dakwah Islam Indonesia di Banten untuk terlibat dalam misi dakwah di wilayah Banten.

Menelisik suasana latar belakang dan lingkungan keluarga Ustadz Adi Hidayat memang sangat menarik perhatian. Beliau menuturkan, lahir dan besar dalam lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), bersekolah di Lembaga Muhammadiyah, dan bersentuhan dengan obyek dakwah dari Dewan Dakwah Indonesia, dan Persis.

Relasi-relasi yang membentuk pola pemikiran lebih terbuka dan tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan Ormas yang kerap menjadi Identifikasi orang-orang Indonesia.

Ustadz Adi lulus dari jenjang pendidikan TMI pada tahun 2003 dengan predikat santri teladan dalam 2 bidang sekaligus (agama dan umum) serta didaulat menyampaikan makalah ilmiah “konsep ESQ dalam al-Quran” di hadapan tokoh pendidikan M. Yunan Yusuf.

Pada tahun yang sama, beliau mendapat undangan Penelurusan Minat dan Kemampuan (PMDK) dari Fakultas Dirasat Islamiyyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bekerjasama dengan Universitas al-Azhar Kairo, Mesir.

Menginjak tahun 2005, beliau mendapat undangan khusus untuk melanjutkan studi di Kuliyya Dakwah Islamiyyah di Tripoli, Libya yang kemudian diterima, dengan meninggalkan program Kuliah di UIN Jakarta. Indeks Prestasi Kumulatif beliau saat keluat dari UIN Jakarta adalah 3,98.

Baca Juga:  Biografi Syaikh Ja’far al-Barzanji, Pengarang Maulid al-Barzanji

Sanad Keilmuan Ustadz Adi Hidayat

Menginjak pengembaraan akademik di Libya, Adi Hidayat muda belajar intensif berbagai disiplin ilmu baik terkait dengan al-Quran, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Tarikh, Lughah (bahasa Arab), dan lain sebagainya.

Kecintaannya pada al-Quran dan Hadits menjadikan beliau mengambil program khusus Lughah Arabiyyah wa Adabuha (Bahasa dan Sastra Arab) demi memahami secara mendalam sumber Al-Quran dan Hadits.

Disamping mengenyam pendidikan formal, beliau juga bertalaqqi (belajar tatap muka) pada Guru-guru bersanad baik di Libya maupun negara yang pernah dikunjunginya. Beberapa Guru-guru yang pernah ditimba ilmunya oleh Ustadz Adi Hidayat dalam bidang Al-Quran adalah;

  1. Syaikh Dukkali Muhammad al-Alim, beliau seorang Qari internasional
  2. Syaikh Ali al-Liibiy, seorang penghulu Islam untuk utusan Eropa
  3. Syaikh Ali Ahmar dari Negara Nigeria, seorang Qari Quran dengan riwayat bacaan warsy
  4. Syaikh Ali dari Negara Tanzania, seorang Qari Quran dengan riwayat bacaan Duri

Sedangkan sanad keilmuan beliau dalam bidang ulumul quran cabang Ilmu Tajwid bersambung dari Guru-guru beliau Syaikh Usamah, dari Negara Libya. Adapun sanad keilmuan beliau dalam bidang ulumul quran cabang Ilmu Tafsir bersambung dari guru-guru beliau;

  1. Syaikh Tanthawi Jauhari, seorang Grand Syaikh (Profesor)  Universitas al-Azhar
  2. Dr. Bajiqni, seorang Ulama Libya

Sementara sanad Ilmu Hadits beliau pelajari dari Dr. Shiddiq Basyr Nashr dari Libya.

Keilmuan lain yang beliau pelajari adalah Ilmu Fiqh dan ushul Fiqh yang bersanad kepada para Ulama-ulama ternama yaitu Syaikh ar-Rabithi, menjabat sebagai mufti Libya dan Syaikh Wahbah az-Zuhaili, dari Syiria.

Nama yang terakhir ini sering menjadi rujukan Ulama-ulama Nusantara karena terkenal dengan kebijaksanaan dan pendangan tentang moderasi Islam.

Pada ilmu Lughah (Bahasa Arab) melalui jalur sanad Syaikh Abdul Lathif as-Syuwairif, Dr. Muhammad Djibran (Pakar Bahasa dan Sastra), Dr. Abdullâh Ustha, Pakar dalam Nahwu dan Sharaf (gramatikal Bahasa Arab), Dr. Budairi al-Azhari, Pakar ilmu Arudh (Ilmu yang mempelajari Syair Arab). Dan keilmuan terkait sejarah beliau pelajari dari Ammar al-Libiy, salah satu dari Sejarawan Libya.

Baca Juga:  Snouck Hurgronje, Penyusup yang Memecah Belah Islam di Indonesia

Kiprahnya dalam Dunia Dakwah Indonesia

Pada tahun 2009 beliau diangkat menjadi Aminul Khutaba, jabatan sebagai Dewan Khatib Jami Dakwah Islamiyyah Tripoli. Tugas dari jabatan ini adalah menentukan yang berhak untuk menjadi Khatib (penceramah) dan pengisi di Masjid Dakwah Islamiyyah.

Buntut terjadinya Revolusi di Libya, untuk penggulingan Muammar Khadaffi, pada tahun 2011 beliau kembali ke Indonesia. Sekembalinya dari Libya beliau mengasuh Ponpes al-Quran al-Hikmah Lebak Bulus.

Dua tahun kemudian beliau berpindah ke Bekasi dan mendirikan Quantum Akhyar Institute, diberi nama sesuai dengan Nama Keluarga, yayasan yang bergerak di bidang studi Islam dan pengembangan dakwah.

Konsentrasi perjuangan dan pemikiran beliau dalam dakwah membawa pada Ikhtiyar mendirikan Akhyar TV pada November 2016. Pendirian stasiun Televisi ini dibantu oleh dua sahabat belliau yakni Heru Sukari dan Roy Winarto sebagai corong dakwah beliau. Pada saat ini kita mengenal Ustadz Adi Hidayat dari ceramah-ceramah beliau di Kanal YouTube atau media lainnya.

Kelengkapan pengetahuan dan kedalaman Ustadz Adi Hidayat bisa terukur dari guru-guru beliau yang secara personal dan akademik kredibel. Sanad Ilmu dalam Keilmuan memang menjadi sebuah kewajiban supaya keilmuan yang kita miliki menjadi mantap dan berkah.

Kiranya metode talaqqi (bertatap muka) dalam belajar merupakan metode belajar yang baik. Metode talaqqi sebagaimana dilakoni oleh Ustadz Adi, sudah sejak dulu dipraktikan oleh Pesantren-pesantren salaf di Indonesia. Ash-shawabu Minallah.

Mohammad Mufid Muwaffaq