Apa Saja Motif Seseorang Melakukan Pemalsuan Hadis?

motif seseorang melakukan pemalsuan hadis

Pecihitam.org – Pada mulanya, ketika umat islam mendengar hadis maka berdirilah bulu roma mereka, namun setelah terjadinya fitnah terbunuhnya Utsman bin Affan , ketika mendengar hadis mereka selalu bertanya, dari manakah hadis itu di peroleh? Apalagi setelah terbunuhnya al-Husein bin Ali tahun 61 hijriyah, muncul kelompok-kelompok politik dalam islam, dan pemalsuan hadis pun kian menjadi-jadi. Lalu apa saja motifasi mereka melakukan pemalsuan hadis?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dikutip dari buku Kritik Hadis karya Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub MA, beliau menjelaskan bahwa para ulama hadis mencatat sekurang-kurangnya ada enam motifasi pemalsuan hadis, diantaranya:

1. Adanya motifasi politik,

Seperti yang dijelaskan sebelumnya yaitu sejak terjadinya pertumpahan darah dalam tubuh umat islam, yang kemudian disusul dengan munculnya kelompok-kelompok politik dalam islam, dan mereka mulai berani membuat hadis palsu. Dan motifasi politik ini merupakan motifasi terbesar yang menjadikan seseorang memalsukan hadis.

Diantara contoh hadis yang dipalsukan sebab politik adalah, hadis “Ali  bin Abi Thalib adalah manusia terbaik, barang siapa yang meragukannya berarti ia telah kafir”. Maka dapat difahami bahwa hadis ini dipalsukan oleh orang-orang yang fanatik dengan Ali bin Abi Thalib bahkan mengultuskan (mendewakan) Sayidina Ali bin Abi Thalib.

Baca Juga:  Mengapa Sepanjang Sejarah Wahabi dan Syiah Selalu Berseteru?

2. Pendekatan kepada Allah,

Situasi yang sudah dinilai terlalu banyak kemaksiatan dan kemungkuran mendorong sebagian orang untuk membuat hadis palsu, dengan tujuan untuk mengajak orang mendekatkan diri kepada Allah dan meninggalkan maksiat.

Biasanya pemalsu hadis ini berasal dari oknum-oknmu tashawuf, seperti Maisaroh bin ‘Abdurrabbih. Ketika beliau ditanya oleh Ibnu Mahdi soal penyebaran hadis palsu, Maisaroh menjawab, “Saya sengaja membuat hadis-hadis itu agar orang-orang mau beramal salih”. (lihat di Tadrib al-Rowi karya al-Suyuti hal. 283)

3. Menodai islam,

Musuh-musuh islam terkadang sulit menghancurkan islam secara terang-terangan. Oleh karena itu mereka melakukan penyusupan ke dalam tubuh umat islam, dan dari dalam mereka membuat hadis-hadis palsu. Diantara hadis yang dipalsukan adalah “Saya adalah nabi terakhir. Tidak ada nabi sesudahku, kecuali apabila Allah menghendaki”. (lihat di Tadrib al-Rowi karya al-Suyuti hal. 284).

4. Menjilat penguasa,

Untuk memperoleh simpati dari penguasa terdapat beberapa orang yang membuat hadis palsu, seperti yang dilakukan Ghiyats ibn Ibrahim al-Nakha’i. Ketika beliau menghadap Amirul Mukminin al-Mahdi bin Manshur yang sedang bermain burung merpati, Ghiyats kemudian memaparkan sebuah hadis dengan sanad yang disandarkan kepada Rasulullah saw.

Baca Juga:  Kritik Imam al Ghazali Terhadap Pemikiran Para Filsuf (Part 2)

Hadis tersebut berbunyi “pacuan itu hanya dianjurkan dalam panah, binatang berkuku dua, binatang berkuku satu, dan yang bersayap”. Kata “dan yang bersayap” adalah tambahan dari Ghiyats sendiri, karena Nabi tidak pernah mengatakan demikian. Tujuannya adalah untuk mengambil hati al-Mahdi yang memang senang bermain merpati.

Al-Mahdi kemudia memberi hadiah 10 dirham kepadanya, tetapi ketika Ghiyats berdiri hendak pergi, al-Mahdi berkata “Saya bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta kepada Nabi saw, Nabi saw tidak pernah bersabda seperti itu, hanya Ghiyats yang ingin menjilat diriku”. Akhirnya al-Mahdi meyuruh burung merpati tersebut untuk disembelih. (lihat di Jami’ al Ushul fi Ahadits al-Rasul, karya Ibn al-Atsir hal. 137-138).

5. Mencari rizki,

Ada juga seorang yang memalsukan hadis dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan. Mereka ini pada umumnya golongan dari pendongeng dan pengemis, seperti yang dilakukan oleh Abu Said al-Madaini.

Baca Juga:  Bahasa Arab Menurut al-Jabiri dan Perannya Terhadap Nalar Keislaman

6. Mencari popularitas,

Untuk memperoleh popularitas terkadang seoarang berinisiatif untuk membuat hadis palsu. Dan hadis-hadis palsu tersebut di paparkan kepada orang-orang awam. Karena para ahli hadis tidak mengenal hadis itu, maka di mata orang awam pemalsu hadis lebih terlihat ahli dibanding ahl-ahli hadis yang lain. Diantara oarng yang berbuat seperti itu adalah Ibnu Abi Dhiyah dan Hammad al-Nushaibi. (lihat di Tadrib al-Rowi karya al-Suyuti hal. 286)

Dari penjelasan diatas jelas bahwa motifasi seseorang melakukan pemalsuan hadis, dikarenakan adanya dorongan baik secara internal ataupun eksternal, yang mana akan menyebabkan madharat (bahaya) untuk dirinya sendiri dan orang lain. Wallahu A’lam.

Nur Faricha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *