Awal Sejarah Munculnya Kaum Sufi, Kapan dan Bagaimana?

sejarah munculnya sufi

Pecihitam.org – Sufi secara bahasa dari kata Safa, yang artinya “kemurnian”. Sedangkan secara istilah adalah orang yang mempelajari ilmu untuk memurnikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dzohir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi atau Ma’rifatullah. Namun tahukah anda kapan sejarah munculnya istilah sufi pertama kali ada?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Menurut Ibnu Khaldun, sejarah munculnya istilah sufi dan tasawuf baru dikenal sejak abad ke-2 Hijriyah. Adapun pada abad pertama hijriah yaitu masa Rasulullah Saw masih hidup, tidak seorang pun dari sahabat beliau yang menyandang gelar sufi.

Julukan atau gelar sufi memang tidak melekat pada seorang pun dari sahabat. Karena gelar sahabat Rasulullah Saw memiliki makna dan kehormatan yang lebih istimewa.

Namun disini tidak dipungkiri bahwa para sahabat merupakan teladan kaum sufi dalam hal kezuhudan, ibadah, tawakal, fakir, ridha, kesabaran dan ketaatan kepada Allah Swt. Para sahabat memperoleh itu semua karena barokah persahabatan mereka dengan Rasulullah Saw.

Akan tetapi, bukan berarti munculnya istilah sufi tidak pernah dikenal dalam sejarah awal Islam. Bahkan ada indikasi yang mengatakan bahwa istilah sufi sudah ada sejak paruh kedua abad pertama Hijriyah, yaitu di masa Hasan Al-Bashri.

Baca Juga:  6 Agama di Indonesia yang Resmi dan Diakui, Lengkap Sejarah Masuknya

Hasan Al-Bashri hidup dalam masa Tabi’in dan telah melewati masa sekian banyak sahabat Rasulullah Saw. Dalam satu riwayat beliau pernah berkata,

“Aku pernah melihat seorang sufi berthawaf di Baitullah, kemudian aku memberinya sesuatu, tetapi ia menolak untuk mengambilnya dan berkata, ‘aku memiliki empat daniq, yang cukup untuk keperluanku’”.

Dalam riwayat lain, malah ada indikasi lagi bahwa istilah sufi dikena sejak paruh pertama abad pertama hijriyah. Sejarawan Abu Mikhnaf Luth ibn Yahya Al-Kufi telah meriwayatkan dari Urwah ibn Al-Zubair, bahwa seorang lelaki dari suku Udzrah telah mengajukan pengaduan kepada Khalifah Mu’awiyah ibn Abi Sufyan, tentang ulah gubernurnya, Ibn Ummi Al-Hakam.

Gubernur itu memaksa lelaki tersebut untuk menceraikan istrinya. Sang gubernur Ibn Ummi Al-Hakam tertarik untuk menikahi istri lelaki itu, karena parasnya yang cantik. Lalu Mu’awiyah mengirim surat teguran kepada gubernur berupa bait syair, “Engkau tak ubahnya seorang sufi yang memiliki banyak ajaran, dari sekian kewajiban atau ayat-ayat Al-Qur’an”

Baca Juga:  Universitas Sankore: Sejarah, Karya, Sistem dan Tingkat Pendidikannya

Ada pula riwayat lain dalam sebuah kitab yang menghimpun tentang sejarah Mekkah yang mengatakan bahwa munculnya istillah sufi telah ada sejak masa jahiliyyah. Sejarawan Muhammad ibn Ishaq ibn Yasar mengutip sebuah kisah bahwa sebelum Islam datang, suatu ketika kota Makkah sepi sampai tidak ada seorang pun yang melakukan thawaf.

Lalu datanglah seorang laki-laki sufi datang dari negeri jauh. Setelah selesai melakukan thawaf ia segera pergi lagi. Al-Saraj menatakan, bahwa jika informasi ini benar maka dapat menjadi bukti bahwa istilah sufi telah dikenal sejak masa sebelum Islam, dan menjadi nama bagi mereka yang menjalani keshalihan dan keutamaan.

Julukan sufi pertama kali dipakai pada permulaan abad ke-2 hijriyah, yaitu diberikan kepada seorang yang dikenal zuhud, menjalani riyadhah dan pakar dalam bidang kimia dari Kuffah, yaitu Jabir ibn Hayyan al-Shufi.

Adapun dalam konteks keilmuan, ternyta istilah sufi telah digunakan sejak paruh pertama abad ke-2 H. Hal ini dapat dilihat setidaknya dari riwayat Al-Hafidz Abu u’aim Al-Ashfahani dari Imam Ja’far ibn Muhammad As-Shadiq yang pernah berkata,

Baca Juga:  Meluruskan Salah Paham Tentang Tarekat

“Barang siapa menjalani kehidupan Rasul Saw secara lahir, maka ia seorang sunni. Dan barang siapa menjalani kehidupan Rasul Saw secara batin, maka ia seorang sufi.”

Selain itu Al-Sarraj juga meriwayatkan dari Abdul Wahid ibn Zaid seorang tokoh sufi, murid Hasan Al-Bashri. Abdul Wahid pernah ditanya “Siapakah sufi itu menurut anda?” Ia menjawab “orang yang memfungsikan akal untuk cita-cita, menekuni cita-cita dengan hati dan berlindung kepada Tuhan dari keburukan hawa nafsu”.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik