PeciHitam.org – KH Noer Hidayatulloh Dawami mengatakan, olah raga termasuk pencak silat sangat dianjurkan agama Islam. Karena menurut Islam, jiwa yang sehat terletak pada badan yang kuat, termasuk olah raga pencak silat. Dari pernyataan tersebut, apakah ada anjuran belajar bela diri dari Nabi Muhammad SAW?
Kiai Noer menjelaskan, sejarah membuktikan bahwa Islam sangat mengajurkan olah raga dan beladiri. Ia kemudian bercerita, Nabi Muhammad SAW mau menunaikan haji. Rombongan Nabi biasanya diserang kaum kafir Quraisy karena mereka menganggap rombongan Muslim kecil-kecil.
Akan tetapi Nabi Muhammad membuat strategi yang cerdik supaya rombongannya berjalan jinjit sambil bejalan tegap. Strategi itu manjur, kaum kafir tidak berani menyerang karena menganggap rombongan kaum Muslimin gagah-gagah.
“Peristiwa itu diperingati hingga saat ini.Ketika umat Islam berhaji, ketika melaksanakan sai atau lari-lari kecil begitu mulai di lampu hijau disunatkan berlari kecil sambil membusungkan dada,’’ ujar Kiai Noer. Pencak silat selain berguna untuk beladiri, pencak silat atau bela diri juga berguna untuk mempertahankan agama bangsa dan negara,’’.
Menurutnya, pencak silat merupakan budaya bangsa yang harus dilestarikan. Karena itu NU juga ikut serta dalam melestarikan budaya beladiri dan seni ini. Dengan mendirikan PSNU Pagar Nusa. “Anggota Pagar Nusa memiliki tugas ganda. Selain mengukir prestasi juga sekaligus untuk mempertahankan ajaran Islam Ahlussunah wal-Jamaah ala NU melalui pencak silat,’’ katanya.
Selain bela diri, Nabi Muhammad juga menganjurkan untuk mempelajari olahraga memanah dan berkuda. Oleh karena itu, banyak komunitas memanah dan ber kuda didirikan atas dasar untuk mengikuti sunah. Direktur Pusat Kajian Hadis Jakarta KH Ahmad Lutfi Fathullah membenarkan bahwa olahraga memanah dan berkuda merupakan anjuran sunah. Selain dua itu, olahraga gulat dan berenang termasuk juga yang dianjurkan. Namun, kata dia, tidak banyak hadis yang menjelaskan tentang olahraga sunah tersebut.
Menurut Kiai Lutfi, Rasulullah memiliki kemampuan berpacu sangat baik. Ke mampuannya hampir tidak ada yang dapat mengalahkannya. Di samping itu, Rasulullah sering mengadakan lomba memanah. Pada zaman Nabi, berkuda, memanah, gulat, dan berenang belum menjadi aktivitas olahraga seperti saat ini.
Situasi dan kondisi waktu itu yang kerap terjadi peperangan membuat Rasulullah dan pasukannya agar selalu bersiap diri. Pasukan dipersiapkan oleh Nabi untuk menghadapi kebutuhan sosial saat itu. Kala itu, setiap orang dimana pun berada harus siap berperang.
Karena itu, ia mengungkapkan, Rasulullah sangat sering mengadakan lomba gulat dibandingkan memanah, berkuda, dan berenang. Setelah itu, ketika melakukan perjalanan, sering kali mereka berpacu berebut siap yang paling cepat.
Lewat kemampuan berpacu, utusan pengirim berita dan prajurit berkuda bisa mengirim pesan dengan cepat. Mereka semua bisa berkuda nanti siapa yang paling cepat dia akan naik menjadi pra- jurit berkuda, mengirim berita kan harus pandai menggunakan kuda.
Olahraga sunnah tersebut, mempunyai makna sangat tinggi. Ia tidak hanya sebatas kegiatan berkuda, memacu, bergulat, dan berenang, tapi ada hubungannya dengan makna kehidupan sehari-hari. Kiai Lutfi mencontohkan terkait dengan olahraga berkuda. Menurut dia, berkuda pada zaman Nabi, dalam praktik kehidupan saat ini bisa dimaknai sebagai mengendarai kendaraan. Bergulat yaitu untuk menjaga diri. Kemudian memanah, mempunyai makna untuk menyerang apabila mendapatkan serangan. Dari memanah seseorang bisa mendapatkan pelajaran fokus dalam menjalani kehidupan. Misalnya, apabila bercita-cita menjadi pemain sepakbola maka harus fokus berlatif sepakbola. “Berenang ya mengarungi kehidupan. Kehidupan kan banyak cobaannnya. Bisa tenggelam. Kalau berenang nggak ada yang mundur, semua maju. Ketika hidup jangan sampai mundur. Ujungnya berenang pulau atau target. Hidup harus ada target”, ujar kyai lutfi.