Benarkah Cinta Tanah Air Sebagian Dari iman?

Benarkah Cinta Tanah Air Sebagian Dari iman?

PeciHitam.org – Era ini merupakan Era yang sangat berat bagi Indonesia, di satu sisi semangat ber Islam tumbuh dimana mana, disisi lain banyak sekali muballigh yang menyampaikan ajaran ajaran yang kurang baik buat masyarakat kita, terutama tentang dalil dalil mengenai Cinta Negara, sehingga banyak sekali orang yang menanyakan kembali Benarkah Cinta Tanah Air Sebagian Dari iman?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam salah satu khutbahnya, Rustam Ibrahim (Dosen IAIN Surakarta; Wakil Katib Syuriah PCNU Boyolali) membicarakan tentang cinta tanah air yang merupakan bagian dari iman seorang muslim. Berikut isinya;

Islam mengajarkan bahwasannya cinta tanah air bagian dari Iman. Tanah air kita Indonesia. Mencintai Indonesia merupakan bagian dari iman. Kiai Muhammad Said dalam kitabnya (Ad-Difa’ ani Al Wathan min Ahammi al-Wajibati ala Kulli Wahidin Minna hal. 3) menjelaskan bahwa umat Islam wajib menjaga persatuan serta kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu dengan cara memupuk persaudaraan dan persatuan di kalangan Muhajirin, antara kalangan Muhajirin dan Anshar, serta mengakomodasi kepentingan umat Islam, umat Yahudi, dan orang-orang Musyrik.

Rasulullah mencintai Makkah dan Madinah dikarenakan dua tempat mulia tersebut merupakan tanah air beliau. Mencintai tanah air merupakan bagian dari iman karena tanah air merupakan sarana primer (utama) untuk melaksanakan perintah agama. Tanpa tanah air, agama seseorang tak menjadi sempurna, dan tanpa tanah air, seseorang menjadi terhina. Syekh Muhammad Ali dalam kitabnya (Dalilul Falihin hal. 37) mengatakan:

Baca Juga:  Asal Mula Shalawat Nariyah, Bacaan Lengkap dan Keutamaannya

حُبُّ الوَطَنِ مِنَ الإِيْماَنِ

 “Cinta tanah air bagian dari iman.”

Terkait anjuran untuk mencintai tanah air, Nabi memberikan sebuah contoh teladan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari (dalam Shahih Bukhari juz 3 hal. 23):

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ حُمَيْدٍ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ، فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ المَدِينَةِ، أَوْضَعَ رَاحِلَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا»

“Ketika Rasulullah hendak datang dari bepergian, beliau mempercepat jalannya kendaraan yang ditunggangi setelah melihat dinding kota Madinah. Bahkan beliau sampai menggerak-gerakan binatang yang dikendarainya tersebut. Semua itu dilakukan sebagai bentuk kecintaan beliau terhadap tanah airnya. “(HR Bukhari).

Dari hadis ini saja, tidak elok rasanya mempertanyakan Benarkah Cinta Tanah Air Sebagian Dari iman? Sementara Rasulullah sendiri memberikan contoh sedemikian rupa.

Al-Hafidh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitab Fath al-Bari juz 3, hal.705 menjelaskan bahwasannya hadits tersebut menunjukan keutamaan Madinah dan dianjurkannya mencintai tanah air serta merindukannya”.

Dalam konteks Indonesia yaitu dengan menjaga kemerdekaan RI, menjaga Pancasila, menjaga Bhineka Tunggal Ika, menjaga NKRI, serta menjaga Undang-undang 1945 adalah bagian dari iman dan agama.

Bagaimanakah cara kita mengisi kemerdekaan Republik Indonesia tercinta ini?

Syekh Muhammad Amin As-Syinqithi sebagaimana yang dikutip Muhammad Said dalam kitab Al-Difa’ ani Al Wathan min Ahammi Al Wajibati ala Kulli Wahidin Minna halaman 24-25 mengatakan bahwa Al-Qur’an telah memposisikan umat Islam dalam posisi yang merdeka, mulia, terhormat, maju, dan mandiri.

Baca Juga:  Bela Diri Nabi Muhammad, Pernahkah Nabi Menganjurkannya?

Ketika umat Islam dalam posisi terbelakang, miskin, atau dalam kondisi yang mundur, lebih disebabkan oleh kecerobohan umat Islam itu sendiri, yaitu meninggalkan kewajibannya dalam mengelola kehidupan duniawi.

Imam An-Nawawi menyertakan pernyataan dalam pendahuluan kitab al-Majmu’: wajibnya bagi umat Islam untuk bekerja, mandiri, dan produktif dalam segala keperluan atau kebutuhan, walaupun hanya memproduksi sebuah jarum maupun garam (produksi kecil, red.).

Umat Islam tidak boleh mempunyai ketergantungan pada umat lain. Sebab tolak ukur kekuatan umat Islam tergantung pada kemandiriannya dalam mencukupi kebutuhannya.

Secara umum, jadilah warga Negara yang selalu berusaha berbuat baik dalam segala kondisi, tempat, dan berperilaku baik dengan akhlak mulia. Berusaha untuk berbudi pekerti luhur, bijak, menjaga moral, dan membangun kecintaan terhadap tanah air dengan jalan yang baik.

Mengapa hubbul wathan minal îmân? Mengapa kita perlu mencintai tanah air Indonesia tercinta ini? Karena hanya dengan kondisi bangsa dan negara yang aman dan stabil, umat Muslim bisa beribadah dengan nyaman, beramal dengan baik, dan dapat beristirahat dengan nyenyak.

Bayangkan saudara kita yang dilanda peperangan, seperti di Suriah, Afghanistan, Irak, dan Libya, mereka tidak pernah nyaman dan enak seperti kita. Atsar Khalifah Umar bin Khatab sebagaimana dikutip Syekh Ismail Haki dalam kitab Tafsir Ruhul Bayan juz 6 halaman 442 menyatakan:

ﻟَﻮْلَا ﺣُﺐُّ ﺍﻟْﻮَﻃَﻦِ ﻟَﺨَﺮُﺏَ ﺑَﻠَﺪُ ﺍﻟﺴُّﻮْﺀ ﻓَﺒِﺤُﺐِّ ﺍﻟْﺎَﻭْﻃَﺎﻥِ ﻋُﻤِﺮَﺕِ ﺍْﻟﺒُﻠْﺪَﺍﻥُ

Baca Juga:  Maladewa, Negeri 90 Persen Air dengan Penduduk 100 Persen Muslim

Sayyidina Umar berkata: “Seandainya tidak ada cinta tanah air, hancurlah negara yang terpuruk. Dengan cinta tanah air, negara akan Berjaya.”

Dengan kecintaan terhadap tanah air, setiap orang memiliki keinginan untuk menjadikan tanah airnya maju, aman, dan damai. Dengan cinta tanah air, seseorang tidak menginginkan bangsanya hancur, terpecah belah, penuh konflik, dan saling bermusuhan.

Untuk itu, mari kita hilangkan pertanyaan pertanyaan tidak perlu seperti Benarkah Cinta Tanah Air Sebagian Dari iman? Sebaiknya kita saling membangun dan memberikan masukan yang positif untuk kemajuan negeri ini.

Di hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-74, semoga Indonesia menjadi negara yang maju, aman, damai, sejahtera, dicintai rakyatnya, dan menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negara yang baik dan diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala). Âmîn yâ rabbal ‘âlamîn.

Mohammad Mufid Muwaffaq

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *