Biografi KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) Rembang

kh ahmad mustofa bisri

Pecihitam.org – Seorang tokoh multitalent, selain sebagai ulama beliau juga seorang, novelis, penyair, budayawan, pelukis, dan juga cendekiawan yang penggemarnya ada dimana-mana dan dari semua kalangan. Beliaulah KH Ahmad Mustofa Bisri atau sering kita kenal dengan Gus Mus. Karya-karyanya yang indah dan wajib dinikmati sudah tak terhitung lagi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Beliau juga suami dan ayah yang hebat untuk ke-7 orang putranya. Kyai karismatik ini lahir di Rembang Jawa Tengah pada 10 Agustus 1944. Beliau lahir dari seorang ibu yang bernama Nyai Marafah Cholil dan seorang ayah yang hebat bernama KH Bisri Mustofa sang pengarang Kitab Tafsir Al Ibriz.

Riwayat pendidikan beliau dimulai dari SR (sekolah Rakyat) kalau sekarang SD, di Rembang kemudian lanjut ke pesantren Lirboyo. Ini adalah pesantren pertama Gus Mus, Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo Kediri. Kurang lebih beliau belajar di Lirboyo sekitar dua tahun, kemudian beliau lanjut belajar di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta kurang lebih sekitar 4 tahun.

Setelah itu beliau melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Roudlatul Thalibin Rembang, pesantren yang didirikan ioleh kakek beliau sendiri, H. Zaenal Mustofa. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang patriotis, dengan perpaduan pendidikan pesantren dan pendidikan umum. Kemudian beliau mendapatkan beasiswa untuk belajar di Al-Azhar Kairo Mesir.

Baca Juga:  Hina Gus Mus, Akun Facebook Hendro Purnomo Diserang Netizen

Kakek beliau adalah seseorang yang dikenal sangat menyayangi para Ulama dan seorang saudagar kaya. Pernah suatu kali KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus dicalonkan untuk menjadi ketua PBNU namun beliau menolaknya. Karena prinsip kuat yang beliau pegang menjadikan beliau enggan untuk dicalonkan menjadi ketua umum PBNU pada Muktamar 2004 di Boyolali.

Hidup di lingkungan pesantren dan para ulama menjadikan beliau seseorang yang berkepribadian royal dan moderat. Gus Mus menikahi istrinya Hj. Siti Fatmah pada tahun 1971 dan dikaruniai 6 orang putri dan seorang putra. Gus Mus selalu mengajarkan kepada anak-anaknya sikap saling menyayangi, menjaga hubungan saling menghormati didalam keluarga.

Sosoknya yang aktif sehingga disegani dan disayangi oleh banyak orang. Selain seorang ulama karismatik beliau juga seorang politisi dan juga aktifis masyarakat. Beliau pernah menjabat sebagai anggota Konstitusi pada tahun 1955, anggota MPRS pada tahun 1959, pada tahun 1971 menjadi anggota MPR, namun hal ini tidak menjadikan beliau tertarik dengan dunia politik.

Baca Juga:  Sosok Nurcholish Madjid (Cak Nur) di Mata Gus Dur

Ketika akan mengambil langkah atau tindakan, beliau selalu berdiskusi dan minta persetujuan dengan keluarganya terutama sang istri Hj. Siti Fatmah. Diluar kegiatan rutin sebagai ulama, beliau juga seorang budayawan dan pelukis serta penulis yang produktif. Beliau telah menuliskan beberapa buku fiksi dan nonfiksi, justru dari tulisannya lah sikap kritis beliau akan muncul.

Bakat melukis Gus Mus terasah dari usia remaja, saat mondok di Pesantren Krapyak Yogyakarta. Beliau sering keluyuran kerumah-rumah para pelukis, salah satunya mendatangi rumah Affandi seorang pelukis yang terkenal, sang maestro Indonesia. Dan seringkali beliau menyaksikan langsung sang maestro melukis lukisan-lukisannya.

Sedangkan keakraban dengan dunia syair dimulai saat beliau mengenyam pendidikan di Kairo, pada saat itu Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Mesir membuat majalah. Salah satu pengasuh dari majalah tersebut ialah Gus Dur.

Baca Juga:  Siapakah Sebenarnya Habib Luthfi Itu?

Setiap kali ada halaman yang kosong, Gus Dur meminta Gus mus untuk mengisi dengan puisi-puisi karyanya. Karena Gus Dur tahu Gus Mus bisa melukis kemudian beliau menyanggupinya entah corat-coretan apapun yang penting dapat mengisi kekosongan pada majalah tersebut. Begitu banyak karya beliau mulai dari puisi, lukisan juga novel-novel ada juga tentang masalah-masalah Fiqih atau keislaman lainnya.

Sumber: Gubug Maya Gus Mus dan beberapa sumber lainnya

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik