Hingga Nabi Wafat, Rahasia Ini Benar-benar Disimpan Hudzaifah bin al Yaman

Hudzaifah bin al Yaman

Pecihitam.org – Hudzaifah bin al-Yaman, sahabat Nabi yang satu ini terkenal dengan julukan Shahibu Sirri Rasulillah (penjaga rahasia yang dipercaya oleh Rasulullah Saw). Hudzaifah bin al-Yaman adalah orang yang sangat disiplin dan teguh memegang rahasia. Bahkan siapa pun tidak akan bisa membujuk atau memaksanya untuk membuka rahasia yang ia simpan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Hal ini terbukti ketika umat Islam di Madinah menghadapi problem besar dengan adanya kaum munafiqin, yang secara sengaja menyebarkan isu-isu yang tidak benar terhadap Nabi dan kaum Muslimin. Mereka suka membuat tipu muslihat dan intrik-intrik yang menyulitkan kaum Muslimin.

Rasulullah Saw sebetulnya sangat tahu siapa saja mereka dan siapa tokoh-tokohnya, namun beliau tidak bisa mengumumkannya karena sehari-hari mereka menampilkan diri sebaimana orang-orang beriman lainnya. Bahkan repotnya juga mereka selalu datang shalat berjamaah di masjid bersama Nabi-kecuali shalat Subuh dan Isya sebab mereka berat melakukannya.

Nabi kemudian memberikan daftar nama-nama kaum munafiqin itu kepada Hudzaifah dan memintanya untuk merahasiakannya kepada siapa pun. Hudzaifah lantas ditugasi menjadi mata-mata untuk mengawasi gerak-gerik dan kegiatan mereka guna mencegah bahaya yang mungkin akan mereka timpakan kepada kaum Muslimin.

Baca Juga:  KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), Profil, Pendidikan dan Karir

Rahasia itu dipegang sangat erat oleh Hudzaifah sampai Rasulullah SAW wafat. Bahkan ketika Umar bin Khattab menjabat khalifah, ia pernah bertanya kepada Hudzaifah apakah ada pegawainya yang munafik. Hudzaifah hanya menjawab, ada satu orang, tapi dia tidak mau menyebutkan namanya. “Maaf ya Amirul Mukminin, saya dilarang Rasulullah mengatakannya.”

Walaupun bapaknya bernama al-Yaman, namun Hudzaifah bukanlah berasal dari Yaman. Bapaknya orang Makkah, dari Bani ‘Abbas. Oleh karena suatu hutang darah dari kaumnya, al-Yaman terpaksa menyingkir ke Yasrib yang kemudian bernama Madinah.

Di Yatsrib, al-Yaman berlindung dan bersumpah setia pada Bani ‘Abd Asyhal, sampai kemudian menikah dengan perempuan dari suku tersebut. Dari perkawinan itulah lahir Hudzaifah. Walaupun sering bolak-balik ke Makkah, al-Yaman lebih banyak menetap di Madinah.

Baca Juga:  Abu Ubaid Qasim bin Salam; Ulama Ahli Hadis dan Pencetus Ilmu Tajwid

Kedua orang tua Hudzaifah sudah masuk Islam sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Dan, Hudzaifah pun sudah masuk Islam sebelum bertemu dengan Nabi.

Dengan latar belakang orang tuanya yang seperti itu, tatkala pertama kali bertemu dengan Nabi di Makkah (sebelum beliau hijrah) Hudzaifah menanyakan apakah dia termasuk Muhajirin atau Anshar. Nabi lalu menjawab:

“Jika engkau ingin digolongkan kepada Muhajirin, engkau memang Muhajir. Dan, jika ingin digologkan kepada Anshar, engkau memang seorang Anshar. Pilihlah mana yang engkau sukai.”

Sekalipun kedua-duanya disayangi oleh Rasulullah Saw, ternyata Hudzaifah lebih memilih digolongkan sebagai Anshar.

Setelah Nabi hijrah ke Madinah, Hudzaifah selalu mendampingi beliau, turut bersama Nabi dalam berbagai peperangan kecuali Perang Badar. Suatu ketika, dalam Perang Khandaq, Hudzaifah pernah mendapat tugas yang sangat berat dari Nabi.

Tugas yang hanya dapat dilaksanakan oleh orang yang cerdas, tangggap, dan berdisiplin tinggi. Pada malam gelap gulita, Hudzaifah ditugaskan oleh Nabi masuk ke jantung pertahanan musuh, mengintai gerak-gerik mereka.

Baca Juga:  Biografi Imam Al Humaidi: Guru Para Ahli Hadits

“Hai Hudzaifah,” kata Nabi. “Sekali-kali jangan melakukan tindakan yang mencurigakan mereka sampai tugasmu selesai, dan kembali melapor kepadaku.”

Begitu cerdas dan amanahnya, Hudzaifah bin al-Yaman sukses menjalankan tugas itu. Dia bahkan bisa berada sangat dekan dengan Abu Sufyan, panglima perang musuh. Kata Hudzaifah:

“Seandainya Rasulullah tidak melarangku melakukan suatu tindakan di luar perintah sebelum datang melapor kepada beliau, sungguh telah kubunuh Abu Sufyan dengan pedangku.”

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik