Ilmu Tauhid Dasar Ahlussunnah wal Jama’ah; Wujud, Sifat Wajib Pertama Bagi Allah SWT

Ilmu Tauhid Dasar Ahlussunnah wal Jama'ah Wujud, Sifat Wajib Pertama Bagi Allah SWT

Pecihitam.org – Pada artikel sebelumnya yang berjudul “Ilmu Tauhid Dasar Ahlussunnah wal Jama’ah; Hukum Akal“, saya sudah membahas sedikit tentang hukum akal yang mesti terlebih dahulu tuk di pahami dalam mempelajari ilmu tauhid kalam.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Nah, sebagaimana janji saya di artikel tersebut yang bahwa akan saya terangkan satu persatu perihal I’tiqad lima puluh beserta dengan dalil aqal dan naqal, maka pada artikel ini kita mulai dengan sifat yang pertama.

Namun sebelumnya perlu saya beritahukan yang bahwa setiap saya terangkan satu sifat yang wajib maka akan langsung saya jelaskan pula satu sifat yang berlawanan dengannya, yakni sifat yang mustahil. Semua itu adalah agar dapat dengan mudah tuk di pahami.

Kita mulai dari sifat yang wajib dan yang mustahil bagi Allah Ta’ala, ada 20 sifat yang wajib dan 20 sifat yang mustahil bagi Zat Allah Ta’ala.

Sifat yang Wajib bagi Allah yang Pertama: Wujud  (وُجُوْد) dan Mustahil Allah bersifat ‘Adam (عَدَم)

Wujud berarti Ada, lawan dari pada sifat ini yaitu ‘Adam (عَدَم) yang berarti Tiada. Allah SWT wajib bersifat dengan sifat wujud, dan mustahil bagi-Nya bersifat dengan sifat Tiada. Dalam artian, adanya sifat Wujud pada Zat Allah Ta’ala dapat di benarkan atau di cerna oleh akal sehat. Akal tidak dapat menerima bila Allah Ta’ala bersifat ‘adam (tiada).

Baca Juga:  Perbedaan Karakteristik Ahlussunnah Wal Jamaah dan Firqah Lainnya

Menetapkan adanya sifat wujud ini pada Zat Allah Ta’ala dan menafikan/meniadakan sifat ‘adam bagi-Nya adalah dengan cara terlebih dahulu mencari bukti atau dalil, baik dalil secara ‘aqliy maupun secara naqliy.

Adapaun secara ‘aqliy (akal), dalil yang menunjukkan kepada Wajib Wujud bagi Allah Ta’ala dan Mustahil ‘adam bagi-Nya yaitu adanya makhluk atau alam semesta. Mengapa hal tersebut menjadi dalil ?, karena jika kita perhatikan dengan seksama terhadap sesuatu yang ada di alam ini, kita dapati ia berubah rubah keadaannya, berubah dari pada tiada menjadi ada dan sebaliknya. Dari pada gerak menjadi diam dan sebaliknya.

Berarti ketentuan yang mesti kita camkan pertama sekali dari dalil di atas adalah yang bahwa alam ini sesuatu yang baharu/haadits  (حَادِث).  Apa itu haadits ?, haadits maksudnya adalah sesuatu yang keberadaannya pernah di awali dengan ketiadaan.

Kemudian ketentuan yang kedua, akal kita menganalisa bahwa sesuatu yang awalnya tiada kemudian menjadi ada tersebut tidak mungkin menjadi ada ia dengan sendirinya. Pastilah ada sesuatu yang lain yang mengadakannya.

Baca Juga:  Begini Cara Ahlussunnah Wal Jama’ah Memahami Ayat-Ayat Mutasyabihat

Seperti halnya dalam kehidupan kita sehari-hari, kita melihat rumah-rumah, kendaraan, lampu, kursi, meja dan lain-lain, itu semua tidaklah terwujud/ada  ia dengan sendirinya, pastilah ada tukang pembuat ataupun penciptanya.

Pada akhirnya barulah kita dapat menyimpulkan bahwa sesuatu yang baharu wajib ada baginya yang menciptakannya dari pada ketiaadaan kepada ada, dan merubah-rubahnya dari pada gerak kepada diam maupun sebaliknya. Mustahil alam ada dengan sendirinya dengan tanpa ada yang menciptakannya dan mustahil pula ia berubah ubah dengan sendirinya dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain.

Dengan demikian barulah akal dapat menetapkan secara pasti berdasarkan dalil dan kenyataan bahwa wajib adanya Zat yang Maha Kuasa lagi Maha perkasa, yaitu Allah SWT sebagai Tuhan Yang Menciptakan dan mengatur sekalian alam.

Adapun secara naqliy (dalil tertulis), maka sangatlah banyak tertera di dalam Al-Quran, diantaranya sebagaimana Firman Allah Ta’ala dalam surat Al-An’am ayat 1:

 ….الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ

“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, …”

 Demikian pula dalam surat Al-An’am ayat 73 :

Baca Juga:  Pantaskah Wahabi Disebut Sebagai Ahlussunnah wal Jamaah?

…وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ

“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar, ….”

Dan juga tertera dalam surat Al-A’raf ayat 54 :

 ….إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْض

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi ….”

Demikianlah sekelumit pembahasan tentang sifat yang pertama daripada dua puluh sifat yang wajib dan mustahil bagi Allah Ta’ala.

Sebenarnya ada sangat banyak permasalahan yang berkaitan dengan sifat wujud, namun dengan berbagai pertimbangan, di sini penulis hanya mengutarakan hal-hal yang paling dasar saja, begitupun seterusnya dalam membahas masalah I’tiqad lima puluh ini.

Wajiblah bagi kita tuk mencari guru yang ahli dalam hal ini dan bertalaqi (tatap muka) langsung dengannya bila ingin memperdalamnya.

Pada artikel berikutnya InsyaAllah akan di terangkan sifat-sifat yang lain dari pada himpunan I’tiqad Lima Puluh beserta dengan dalilnya, baik ‘aqliy maupun naqliy.

Wallahu A’lam Bisshawaab !

Muhammad Haekal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *