Ini Para Pendiri Nahdlatul Ulama dan Sejarah Penamaan Nahdlatul Ulama

Ini Para Pendiri Nahdlatul Ulama dan Sejarah Penamaan Nahdlatul Ulama

PeciHitam.org – Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi kemasyarakatan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sebagian besar bangsa Indonesia. Sebagai organisasi sosial keagamaan, Nahdlatul Ulama hadir di tengah perbedaan-perbedaan pandangan dengan organisasi sosial keagamaan lain. Namun pada dasarnya, NU tetap memegang teguh prinsip persaudaraan (al-ukhuwwah) dan toleransi (al-tasamuh).

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Hingga sekarang ini NU mampu menjaga kebersamaan dan hidup berdampingan dengan sesama umat Islam maupun dengan sesama warganegara yang mempunyai keyakinan dan agama lain dalam rangka berama-sama mewujudkan cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh dan dinamis.

Keberadaan NU yang senantiasa menyatukan diri dengan perjuangan bangsa, menempatkan NU dan segenap warga untuk tetap aktif mengambil bagian dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat yang adil dan makmur. Sebagai jami’iyah secara organisatoris tidak terikat dengan organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan manapun. Hal ini mendasari bahwa setiap warga NU adalah warga negara yang mempunyai hak-hak politik yang dilindungi oleh undang-undang.

Hak politik digunakan secara baik dan bertanggung jawab, sehingga dengan demikian dapat menumbuhkan sikap hidup yang demokratis, konstitusional, taat hukum, dan mampu mengembangkan musyawarah dan mufakat dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi bersama. NU merupakan wadah bagi para ulama dan pengikut-pengikutnya yang didirikan pada 16 Rajab 13344H/31 Januari 1926 dengan tujuan untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan, dan mengambalikan ajaran Islam yang berhaluan Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Baca Juga:  Mengerikan, 5 Wabah Thaun dalam Sejarah Islam, 70.000 Orang Meninggal Tiap Hari

Dalam berbagai macam kegiatannya NU melembagakan pola pikir Ahlus Sunnah Wal Jamaah yaitu sebuah paham dan pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (spirituralis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur’an, Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan analisis akal sehat ditambah dengan realitas empirik.

Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.

Pendiri Nahdlatul Ulama yang masyhur dan biasa disebutkan itu adalah tiga kiai, yaitu KH. M Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Syansuri. Sebenarnya pendiri Nahdlatul Ulama banyak dan tidak hanya tiga kiai di atas. Kiai Cholil Bangkalan yang notabenenya merupakan guru dari Kiai Hasyim juga disebut sebagai pendiri Nahdlatul Ulama. Termasuk Kiai Abdul Chalim yang merupakan Wakil Katib dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pertama kali.

Baca Juga:  Hari Asyura Dan Peristiwa Berlabuhnya Perahu Nabi Nuh As

Kemasyhuran ketiga kiai tersebut bukan tanpa alasan, karena ketiganya adalah di antara yang berperan awal pembentukan NU. Sekaligus juga ketiganya merupakan pimpinan tertinggi di NU secara berurutan.

Kiai Hasyim Asy’ari adalah pemimpin tertinggi pertama, yakni rais akbar. Dilanjutkan oleh rais aam kedua, Kiai Wahab, dan Rais Aam ketiga, Kiai Bisri. Peran Kiai Hasyim Asyari dalam pembentukan NU demikian signifikan. Kiai Hasyim Asy’ari menyarankan agar Komite Hijaz tidak dibubarkan begitu saja, tetapi diteruskan dalam bentuk jamiyah yang mengurusi umat Islam.

Selain kyai-kyai di atas, ada nama yang sering kita lewatkan, yakni Sayid Alwi Abdul Aziz al-Zamadghon merupakan pemberi nama Nahdlatul Ulama (NU). Biasanya masyhur disebut Kiai Mas Alwi. Ia putra dari Kiai Abdul Aziz al-Zamadghon. Sepupu KH. Mas Mansyur dan termasuk keluarga besar Sunan Ampel, yang juga pendiri sekolah Nahdlatul Waton dan pernah belajar di pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura.

Baca Juga:  Sejarah Masa Pra Kenabian Nabi Muhammad SAW (Bagian 2)

Menurut Kiai As’ad Syamsul Arifin, Kiai Hasyim Asy’ari telah berencana membuat organisasi Jami’iyah Ulama (Perkumpulan Ulama) sebelum tahun 1926. Kiai Mas Alwi mengusulkan nama Nahdlatul Ulama. Lantas Kiai Hasyim bertanya, “kenapa mesti pakai Nahdlatul, kok tidak jam’iyah ulama saja? Sayid Alwi pun menjawab, “karena tidak semua kiai memiliki jiwa nahdlah (bangkit). Ada kiai yang sekadar mengurusi pondoknya saja, tidak mau peduli terhadap jam’iyah.” Akhirnya para kiai menyepakati nama Nahdlatul Ulama yang diusulkan Kiai Mas Alwi.

Mohammad Mufid Muwaffaq