Kemajuan dan Kejayaan Peradaban Dinasti Turki Utsmani

Kemajuan dinasti Turki Utsmani

Pecihitam.org – Dinasti Turki Utsmani atau yang dikenal dengan Kesultanan Otoman Turki pada dasarnya kerajaan yang muncul di pentas sejarah Islam pada periode pertengahan. Yang mana kemajuan dinasti Turki Utsmani dirintis mereka dengan memulai gerakkan ke wilayah batu yang mana belum pernah dilakukan oleh pendahulu mereka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sebelumnya, dinasti ini di bangun dari kabilah Qayigh Oghus yang merupakan salah satu anak suku Turki yang mendiami sebelah barat gurun Gobi, atau daerah Mongol dan daerah utara Negeri China yang dipimpin oleh Suleiman,

Untuknya berikut kemajuan dinasti Turki Utsmani yang diraihnya sebelum mengalami kemunduran:

1. Bidang Pemerintahan dan Militer

Perlu diketahui bahwa pemimpin dari dinasti ini pada masa awal awal rupanya dipimpin oleh orang orang yang kuat dalam melakukan ekspansi yang meliputi kebernian, keterampilan, ketangguhan, maupun kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimanapun itu.

Sedangkan kalau kita berbicara pada persoalan kemiliterannya yang terbukti mengalami kemajuan, rupanya ini bermula ketika Orkhan melakukan perombakan besar besaran. Dari pembaharuan inilah rupanya selain membentuk mutasi personel pimpinan juga mengadakan perombakan anggota.

Salah satunya ialah dengan memasukkan bangsa bangsa non Turki bahkan anak anak kristen kecil sebagai anggota dengan mengasramakan mereka dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit yang dinamainya sebagai pasukan Jannisariy.

Pasukan Jannisariy ini paling dapat mengubah Dinasti Utsmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukkan negeri negeri non-muslim.

Baca Juga:  Perkembangan Intelektual Islam dari 750 Masehi Sampai Sekarang

Adapun dalam bidang persenjataan, Sultan Muhammad II memiliki meriam berukuran besar yang belum ada sebelumnya dan memang dipesan khusus, yang mana berat meriam mencapai 18 ton serta panjangnya sekitar 5,23 meter dan diameternya mencapai 0, 635 meter, panjang larasnya 3,14 meter, dan tempat mesiunya berdiameter 0, 248 meter.

Selain itu dilakukan pula sederet desainer Insinyur di bidang teknologi persenjataan yang dilakukan oleh pasukan Altileri (bagian meriam), maka tak heran jika kecanggihan di zaman ini mampu mengepung benteng pertahanan musuh sewaktu penaklukan Konstantinopel.

2. Bidang Maritim

Setelah konstantinopel di taklukkan dan menjadi ibukota kerajaan Turki Utsmani, maka Sultan Muhammad II menetapkan lautan sebagai pusat industri dan bidang persenjataan maritim. Sedangkan di era Sultan Salim I (1512-1520) melakukan modifikasi terhadap pusat persenjataan maritim.

Bahkan memang pada waktu itu Sultan Salim I berambisi untuk menciptakan daulah Utsmani yang tidak hanya tangguh di darat melainkan pun di lautan. Sehingga untuk mewujudukan hal tersebut, dilakukanlah pembangunan dan perluasan pusat persenjataan maritim dibawah pengawasan Laksamana Cafer yang tuntas pada tahun 1515 M dan tersedia 150 unit kapal.

Dan pada waktu itu pula bisa dikatakan bahwa Turki Utsmani menguasai Mediterani, Laut Hitam, dan Samudera Hindia. Dari penguasaan laut inilah Kerajaan Turki Utsmani kerap disebut sebagai kerajaan yang bermarkas di atas kapal Laut.

3. Bidang Pendidikan serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Baca Juga:  Sejarah Penyusunan Kitab Tafsir Depag RI (Departemen Agama Republik Indonesia)

Yang tak kalah menonjol dari dinasti ini jikalau berbicara masalah kemajuan yang diraih ialah terletak pada kemajuan intelektual di abad ke 19 M. Dari aspek kemajuan intelektual ini rupanya ada tiga buah surat kabar yang muncul diantaranya:

  1. Harian berita takviki veka (1831)
  2. Jurnal Tasviri Efkyar (1862)
  3. Jurnal Terjumani Ahval (1860)

Selain itu, didirikan pula sekolah sekolah dasar, menegah dan perguruan tinggi. Bahkan dikatakan pada masa Sultan Sulaeman, pembangunan fasilitas pendidikan mencapai 160 Madrasah.

Sedangkan pada masa Mahmud II, terjadi pengiriman pelajar ke luar negeri guna melanjutkan study, salah satunya ke Prancis yang mana hal ini belum pernah terjadi. Adapun masyarakat waktu itu berusaha untuk membangun perpustakaan besar yang dilengkapi dengan buku terjemahan dari peradaban lain dan manuskrip asli.

4. Bidang Seni

Sekitaran abad ke 17 M, muncul penyair terkenal yaitu Nafi (1582-1636 M). Dan pada waktu itu, lahir pula dua aliran Sastra tulis yakni prosa dan Syair. Dimana tokoh Prosa yang hadir pada waktu itu yakni Katip Celebi dan Evliya Celebi.

Adapun jenis jenis karya tulis yang dikenal ialah divan yaitu syair yang disusun melalui pencampuran konstan beberapa gambar di dalam kerangka kerja metrik yang ketat sehingga muncul beberapa kemungkinan makna. Adapula pula genre Mesnevi yaitu sejenis roman baris dan berbagai macam puisi narasi.

Sedangkan pengembangan lainnya yakni terletak pada seni arsitektur Islam berupa bangunan bangunan masjid yang indah, seperti masjid Jami Sultan Muhammad al Fatih, Masjid Agung Suleiman dan Masjid Abu Ayyub al Anshariy, yang mana masjid tersebut dihiasi dengan kaligrafi yang indah. Sedangkan perkembangan seni lainnya seperti Seni dekorasi dan seni musik.

Baca Juga:  Sejarah Kemajuan Islam di Masa Khalifah Khulafaur Rasyidin

5. Bidang Keagamaan

Kemajuan dari bidang keagamaan yang dimaksud disini dikarenakan kedudukan Ulama pada waktu itu memang diangkat pada posisi yang tinggi dalam kehidupan masyarakat negara dan masyarakat. Yang mana mufti sebagai sebagai pejabat tinggi agama, yang tanpa legitimasi seorang Mufti maka keputusan hukum kerajaan tidak berjalan.

Kemudian berkembang pula kehidupan tarekat pada waktu itu diantaranya al berktasy dan al Maulawiy yang dikenal sebagai dua ajaran tarekat paling besar. Sedangkan ilmu pengetahuan seperti fiqh, tafsir, kalam dan lain lain tidak mengalami perkembangan dikarenakan pada waktu itu kebanyakan penguasa Utsmani cenderung bersikap taklid terhadap suatu Mazhab.

*Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2018)

Rosmawati