Kenunikan Kitab al-Minhah al-Khairiyah fi Arba’in Haditsan Karya Syaikh Mahfudz At-Tarmasi

Kenunikan Kitab al-Minhah al-Khairiyah fi Arba’in Haditsan Karya Syaikh Mahfudz At-Tarmasi

PeciHitam.org – Upaya ulama Indonesia dalam mempelajari dan mengumpulkan hadis dengan berguru langsung ke tanah Haramain sudah berlangsung sejak pertengahan abad ke-17.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pada masa tersebut, seiring dengan masuknya gagasan pembaharuan yang menekankan kembali pada al-Quran dan hadis sebagai sumber ajaran Islam. Para ulama mengkaji hadis dari inspirasi dan wawasan mengenai cara memimpin masyarakat muslim menuju rekonstruksi sosial moral.

Salah satu ulama yang terkenal mengambil peran tersebut adalah Syaikh Mahfudz At-Tarmasi (wafat 1920 M). Melalui dua karyanya yang berjudul Manhaj Dzaw al-Nazar bi Syarh Manzumah ‘Ilm al-Atsar di bidang ilmu hadis dan al-Minhah al-Khairiyah fi Arba’in Haditsan min Ahaditsu Khair al-Bariyah di bidang hadis, Syaikh at-Tarmasi mengenalkan hadis arba’in kepada masyarakat pesantren.

Kitab karyanya yang berjudul al-Minhah al-Khairiyah fi Arba’in Haditsan min Ahaditsu Khair al-Bariyah ini menjadi salah satu kurikulum wajib yang diajarkan di pesantren pada masa tersebut. Kitab ini dikenal dengan sebutan Arba’in at-Tarmasi. Seperti namanya, kitab ini memuat 40 hadis Nabi Muhammad saw.

At-Tarmasi menulis karya itu sewaktu masih belajar di Haramain. Ia menyelesaikan penulisan karyanya itu pada hari Ahad, tanggal 16 Ramadhan 1313 H.

Selain itu, dijelaskan pula bahwa kitab ini (ketika dicetak ulang) dilengkapi harakah oleh Abdullah Zaini ibn Azir al-Jathawi, guna mempermudah para pelajar, sekaligus meminimalisir kesalahan dalam membaca dan memahaminya.

Baca Juga:  Inilah Nama-nama Kitab Aswaja dalam Bidang Aqidah yang Harus Diketahui Seorang Santri

Ke 40 hadis yang termuat dalam kitab Arbain at-Tarmasi tidak sama dengan hadis dalam kitab Arba’in Nawawi dan juga kitab Arba’in lainnya, kendati tema yang dipilih oleh masing-masing penulis berbeda satu sama lain.

Dalam kitab Arba’in at-Tarmasi memuat 40 hadis dengan berbagai tema yang diambil dari beberapa kitab hadis yang masyhur. Ulama Nusantara ini mulai mengakomodir seluruh kitab hadis kutub al-sittah, dengan cara mengambil setiap hadis pertama dan terakhir dari keenam kitab masyhur tersebut. Hal ini tergolong unik, karena belum pernah dilakukan oleh para penulis kitab Arba’in yang telah ada sebelumnya.

Dalam penulisannya, at-Tarmasi secara jelas menuliskan semacam tema atau judul sebelum menuliskan matan hadisnya. Sistematika penulisan kitab hadis Arba’in at-Tarmasi memiliki keunikan tersendiri dari pada kitab-kitab hadis lainnya. Sejumlah 40 hadis yang termaktub di dalamnya diklaim oleh at-Tarmasi memiliki status hadis musalsal.

Pengertian musalsal di sini yaitu memiliki ketersambungan perawi hadis dengan disertai metode penyampaian yang sama dengan guru-gurunya. Hadis-hadis musalsal tersebut diambilkan dari berbagai kitab kompilasi hadis yang terkenal (masyhur). At-Tarmasi berusaha untuk mengakomodir seluruh kitab hadis yang tergolong kutub al-sittah.

Ia menghimpun hadis-hadis tersebut dengan cara mengambil setiap hadis pertama dan hadis yang terakhir dari keenam kitab tersebut secara berurutan. Untuk melengkapi hadis menjadi 40, at-Tarmasi mengambilnya dari Tsulasiyat al-Bukhari, sebagai representasi dari kitab hadis yang memiliki keakurasian dan ketelitian paling tinggi.

Baca Juga:  Amtsilati, Metode Cepat Belajar Membaca Kitab Kuning Karya Ulama Indonesia

Hadis-hadis yang dipilih oleh at-Tarmasi memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, sehingga di sana terdapat relasi antar hadis yang dapat membentuk satu wacana dalam konteks keislaman Indonesia. Untuk memudahkan maka perlu upaya pengklasifikasian atas tema-tema hadis Arba’in ke dalam tema-tema besar.

Dalam proses pengklasifikasian didapatkan beberapa tema pokok hadis Arba’in at-Tarmasi yang meliputi: aqidah (teologi), ubudiyah (peribadatan), mu’amalah (relasi sosial) dan siyasah (startegi politik). Keempat hal itulah yang menjadi pilar-pilar penting dalam realitas kehidupan masyarakat Muslim di Indonesia.

Tanpa keempan pilar tersebut umat Islam Indonesia akan mengalami kelemahan. Karena itulah at-Tarmasi (w. 1920 M) mengingatkan akan pentingnya mengkaji pilar-pilar tersebut langsung dari sumbernya. Selain empat hal tersebut di atas, at-Tarmasi juga lebih memilih hadis tentang rahmah (kasih sayang) untuk ditulis pertama kali dalam karyanya.

Baca Juga:  Mengenal Tafsir al-Iklil fi Ma’ani al-Tanzil Karya KH Misbah Mustofa

Tidak ada informasi jelas dari sumber sejarah Nusantara mengenai alasan penulisan kitab ini. Setidaknya melalui pernyataan Kiai Maimun Zubair (wafat 6 Agustus 2019), seorang Kiai kharismatik di Sarang Rembang, membantu untuk mengetahui alasan mengapa at-Tarmasi menulis kitab al-Minhah al-Khairiyah ini.

Sebelum at-Tarmasi memang sudah banyak ulama yang mengumpulkan kemudian membukukan 40 hadis nabawi. Alasannya adalah mengamalkan hadis Nabi Muhammad saw. tentang keunggulan bagi pengumpul 40 hadis Nabi yang menjelaskan keutamaan seseorang yang menjaga 40 hadis tentang urusan dunia, bahwa kelak akan di tempatkan bersama para ulama dan fuqaha di akhirat.

Mohammad Mufid Muwaffaq