Kisah Unik Tafsir Jalalain, Ditulis Dua Orang Ulama dalam Waktu yang Berbeda

kisah unik tafsir jalalain

Pecihitam.org – Salah satu kitab tafsir yang sangat terkenal sekali, terutama di kalangan umat Islam yaitu kitab tafsir Jalalain. Sampai saat ini Kitab tafsir Jalalain seringkali di kaji dan menjadi kitab rujukan oleh para ulama dan para santri.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Nah, ternyata dalam penulisan kitab tafsir Jalalain ini terdapat kisah unik yang jarang diketahui. Selain ditulis oleh dua orang Jalaluddin kitab tafsir ini juga ditulis dalam kurun waktu yang berbeda. Seperti apa kisahnya? Simak ulasan berikut.

Kitab Tafsir Jalalain adalah kitab karya dari Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan juga muridnya yaitu Jalaluddin as-Suyuthi. Karena kedua Imam besar ini memiliki nama depan yang sama yaitu Jajaluddin, maka kitab tafsir ini di sebut dengan Tafsir Jalalain atau Tafsir Dua Jalal.

Meski disebut-sebut penyusun kitab Tafsir Jalalain adalah dua orang, uniknya Al-Mahalli dan As-Suyuthi tidak mengerjakannya dalam waktu yang bersamaan. Masing-masing dari mereka yang berbeda generasi itu hanya menulis tafsir separuh Al-Quran pada masanya. Karena saat sang mufassir pertama menulis bagian pertama Tafsir Jalalain, mufassir kedua baru saja memulai perjalanannya mencari ilmu.

Baca Juga:  Empat Keistimewaan Bulan Dzulqaidah bagi Umat Islam

Sekali tempo lika-liku arah pengembaraan membuat keduanya bertemu dalam hubungan guru dan murid. Namun setelah itu mereka berpisah lagi. Dan sekian tahun setelah sang guru wafat, sang murid kembali meneruskan pekerjaan besar gurunya yang belum usai.

Jalaluddin Al-Mahalli, penulis awal Tafsir Jalalain ialah tokoh kelahiran Kairo, Mesir, tahun 791H/1389 M, nama lengkapnya ialah Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad bin Hasyim Al-Mahalli Al-Mishri Asy-Syafi’i.

Menariknya entah mengapa, ulama besar yang juga termasyhur karena kealimannya dibidang fiqih,ilmu kalam, nahwu dan manthiq dan karya-karya besarnya, itu mengawali penulisan tafsirnya dari Surah Al-Kahfi yang terletak di pertengahan juz lima belas lalu terus ke belakang hingga surah terakhir, An-Nas.

Usai menulis tafsir Surah An-Nas, Al-Mahalli lalu kembali ke halaman depan Al-Quran dan menafsirkan surah Al-Fatihah. Rencananya setelah selesai menafsirkan surah al Fatihah itu ia akan melanjutkan dengan surah Al-Baqarah, Ali Imran dan seterusnya hingga surah Al-Isra.

Namun takdir berkata lain, ketika baru selesai menulis tafsir Al-Fatihah, beliau berpulang ke haribaan Allah pada tahun 864 H/1459 M. Sebelum wafat ia telah menyampaikan pesan kepada muridnya yaitu As-Suyuthi untuk melanjutkan karangan kitab tafsirnya.

Baca Juga:  Mengenal Sifat-sifat Rasulullah; dari Sifat Wajib hingga Sifat Mustahil bagi Beliau

Ada pula yang mengatakan bahwa Imam Jalaluddin as-Suyuthi bermimpi bahwa ia di datangi oleh gurunya yaitu Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan menyampaikan pada agar ia melanjutkan penulisan karangan tafsir yang telah ia buat namun belum sempat terselesaikan.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli mengatakan “ Sempurnakanlah tafsir yang sudah aku rampungkan mulai dari Surat Al-Kahfi sampai dengan akhir Al-Qur’an ! aku memilih dirimu untuk melanjutkan karangan tafsirku karena sifat amanah, kesalehan amal dan ketulusan cintamu kepada diriku.”

Kemudian Jalaluddin As-Suyuthi pun memenuhi amanah yang di berikan oleh gurunya tersebut, beliau menyelesaikan sebagian Surat-Surat Al-Qur’an yang belum sempat di tafsirkan oleh Imam Jalaluddin Al-Mahalli yaitu mulai dari Surat Al-Baqarah sampai dengan pertengahan Al-Qur’an yaitu Surat Al-Isra’. Dengan begitu, akhirnya menjadi kitab tafsir Jalalain yang sempurna seperti pada sekarang ini.

Baca Juga:  Sejarah dan Filosofi Ketupat Lebaran, Kaum Milenial Harus Tahu!

Oleh sebab itu, banyak ulama yang mengatakan bahwa kitab tafsir Jalalain ialah kitab yang paling aneh, karena peletakkan Surat Al-Fatihah yang seharusnya sebagai pembuka justru terletak di bagian paling belakang.

Alasan Surat Al-Fatihah terletak di akhir ialah agar dapat menggolongkan atau membedakan antara karangan yang di tulis oleh Jalaluddin al-Mahalli dengan karangan yang di tulis oleh Imam Jalaluddin as-Suyuthi.

Demikian kisah unik tentang kitab tafsir Jalalain, sebuah kitab yang tak pernah lekang oleh waktu dan selalu menjadi rujukan oleh umat islam sepanjang zaman. Semoga bermanfaat. Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik