Pecihitam.org – Lailatul Qadar ( لَيْلَةِ الْقَدْرِ, malam ketetapan) adalah satu malam penting yang hanya terjadi pada bulan Ramadhan. Dalam Al Qur’an Lailatul Qadar digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Selain itu juga diperingati sebagai malam diturunkannya kitab suci Al Qur’an. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al-Qadar, surat ke-97 dalam Al Qur’an.
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ
وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ
لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah mengirim hal demikian di Malam Kemuliaan,
dan tahukah kamu apakah Malam Kemuliaan itu?
Malam Kemuliaan adalah lebih baik dibanding seribu bulan;
ketika para malaikat beserta Al Ruh hadir atas izin Tuhan mereka untuk tugas masing-masing,
kesejahteraan didalamnya sampai terbit fajar.”
Daftar Pembahasan:
Etimologi Lailatul Qadar
Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab, kata Qadar (قﺩﺭ) sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Al Qur’an dapat memiliki tiga arti yakni:
1. Penetapan dan pengaturan sehingga Lailatul Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Keterangan ini dapat dijumpai pada surat Ad-Dukhan ayat 3-5 :
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami”
2. Kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya karena memang sudah terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran. Penggunaan Qadar yang merujuk pada kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al-An’am (6): 91 yang berbicara tentang kaum musyrik:
“Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada masyarakat.”
3. Sempit. Disebut malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr. Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Ra’d ayat 26:
“Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendaki-Nya)”
Lailatul Qadar juga dapat diartikan sebagai malam pelimpahan keutamaan yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya yang berkeinginan untuk mendapatkan keutamaan tersebut. Keutamaan ini berdasarkan nilai Lailatul Qadar sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Keistimewaan
Banyak sekali keutamaan Lailatul Qadar diantaranya yaitu:
1. Diturunkannya al Quran
Salah satunya yaitu diturunkannya Al-Qur’an sebagai petunjuk manusia untuk menjadi penjelasan dan pembeda antara yang hak dan yang batil.
Menurut Syekh Abdul Halim Mahmud, dalam Syahr Ramdhan makna nuzulul Qur’an adalah: “nuzulur risalatir rahmatil ‘ammah (turunnya risalah yang penuh kasih sayang secara menyeluruh/tidak pandang bulu).”
Maksud dari al-rahmah al-‘ammah (kasih sayang menyeluruh) adalah “al-rahmah bi kullil ‘awalim (kasih sayang/rahmat untuk setiap alam).” Pandangan ini didasari oleh firman Allah berikut:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Tidak lain Kami mengutusmu (Muhammad), kecuali untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. al-Anbiya’ : 107)
حم, وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ، إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ. فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ، أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ, رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Haa mim. Demi Kitab (Al-Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (Q.S. al-Dukhan: 1-6)
Dengan demikian, rahmat adalah asas, tujuan, dan sebab diturunkannya Al-Qur’an dan diutusnya Rasululllah Muhammad Saw untuk mengatur dan menata kehidupan manusia agar selamat dunia dan akhirat (Syekh Abdul Halim Mahmud, Syahr Ramadhan, h. 21).
2. Turunnya Para Malaikat
Dalam surat al-Qadr menggambarkan Lailatul Qadar dengan turunnya para malaikat di malam tersebut untuk mengurus berbagai urusan, dan kedamaian atau kesejahteraan memenuhi malam itu hingga fajar menyingsing.
3. Kemuliaan Seribu Bulan
Menurut Syekh Abdul Halim Mahmud, berdasarkan umur standart manusia, seribu bulan (alfu syahrin) yaitu sama dengan 83 tahun 4 bulan. Beliau menulis:
والألف شهر هي ثلاث وثمانون سنة وأربعة أشهر, وذلك عادة عمر الإنسان, فهي خير من عمر الإنسان, من عمر كل إنسان: من عمر كل إنسان في الماضي وفي المستقبل, أي أنها خير من الدهر
“Seribu bulan adalah delapan puluh tiga tahun empat bulan. Itu merupakan standar umum umur manusia. Lailatul qadr (alfu syahrin) lebih baik dari umur manusia; dari umur setiap manusia, baik umur manusia di masa lalu maupun umur manusia di masa mendatang. Intinya, lailatul qadr lebih baik dari (usia) zaman.” (Syekh Abdul Halim Mahmud, Syahr Ramadhan, h. 21)
Hal ini berarti Lailatul Qadar lebih mulia dan utama dari seluruh umur manusia, baik umur manusia di zaman dulu, zaman sekarang, maupun di zaman mendatang. Bahkan Syekh Abdul Halim Mahmud mengatakan, “annaha khair minad dahr (lebih baik dari usia zaman).”
Penjelasan ini menurut Syekh Abdul Halim Mahmud dikarenakan tidak adanya batasan mengenai kebaikan dan kemuliaan lailatul qadar itu sendiri. Allah hanya menunjukkan bahwa kebaikannya melebihi seribu bulan.
4. Diampuninya Dosa-dosa
Keutamaan lainnya adalah diampuninya dosa-dosa terdahulu ketika melakukan shalat malam di saat lailatul qadar. Rasulullah Saw bersabda
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (HR. Imam Bukhari)
Kapan Waktu Lailatul Qadar?
Para ulama berselisih pendapat mengenai kapan waktu datangnya lailatul qadar. Sebagian ada yang mengatakan, bahwa malam Qadar hanya terjadi pada masa Rasululah Saw., saja, kemudian dihapuskan. Adapun sebagian yang lain berpendapat bahwa malam Qadar itu masih tetap ada sampai hari kiamat.
Adapun memang kapan datangnya Lailatul Qadar setiap tahunnya semua adalah rahasia Allah. Namun, terdapat beberapa petunjuk riwayat yang menyiratkan bahwa malam Qadar kemungkinan besar terjadi pada sekitar 10 hari terakhir Ramadhan.
Riwayat pertama, dari Aisyah ra., menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda,
“Carilah lailatul qadar pada tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh akhir bulan Ramadan”. (H.R. Bukhari)
Riwayat kedua, dari Ibnu Umar, menyebutkan, bahwa Lailatul Qadar dapat dicari pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan. Diriwayatkan, beberapa orang laki-laki diberitahu dalam mimpi tentang lailatul qadar yang akan jatuh pada tujuh malam terakhir Ramadhan. Rasulullah bersabda,
“Saya melihat mimpimu sekalian bertepatan dengan malam tujuh (hari) terakhir (Ramadan), barangsiapa mencarinya, maka carilah ia pada malam tujuh terakhir.” (H.R. Muslim)
Riwayat ketiga, Lailatul Qadar terjadi pada salah satu dari 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah Saw bersabda,
“Tunggulah lailatul qadr pada sepuluh akhir (bulan Ramadan) atau sembilan akhir” (H.R Muslim).
Riwayat lain dari Anas, menyebutkan, Rasulullah berkata,
“Sungguh aku keluar untuk mengabarkan pada kalian tentang Lailatul Qadar. Dan sungguh fulan dan fulan bertengkar, maka Lailatul Qadar diangkat. Mungkin ini lebih baik bagi kalian. Carilah Lailatul Qadar di malam 27, 29 dan 25.” (H.R. al-Bukhari).
Wallahua’lam bisshawab.