Kitab Lawami‘ul Burhan wa Qawati‘ul Bayan, Kitab Penolak Gerakan Wahabi Karya Ulama Nusantara

Kitab Lawami‘ul Burhan wa Qawaṭi‘ul Bayan

Pecihitam.org – Kiai Muhammad Dimyati bin Abdul Karim Surakarta, adalah salah satu dari banyaknya nama ulama Nusantara yang menolak gerakan Wahabisme. Sebagaimana kita tahu Wahhabisme adalah sebuah gerakan zaman menggegerkan banyak negeri Islam ketika muncul di pentas dunia.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Wahabi merupakan kelompok Islam dengan pandangan yang sempit; Islam yang memberangus ekspresi kebudayaan lokal. Islam yang tampak tidak ramah, Islam yang jumawa dan merasa benar akan dirinya sendiri.

Dari sinilah kemudian Kiai Muhammad Dimyati bin Abdul Karim Surakarta menulis kitab yang berjudul Lawami‘ul Burhan wa Qawaṭi‘ul Bayan, sebuah kitab yang berisi penolakan gerakaan Wahabisme.

Kitab ini lahir dari sebuah kegelisahan para ulama di Tremas Pacitan yang disampaikan kepada Kiai Muhammad Dimyathi akan adanya “fitnah” dalam tubuh umat Islam. Huru-hara ini berkaitan dengan bermazhab dalam menjalankan syariat.

Sebagaimana hari ini, oleh orang yang belum mengerti, bermazhab dianggap sesat karena dianggap sebagai pengikut imam-imam mazhab, bukan pengikut Nabi Muhammad saw. Padahal tidak demikian.

Situasi semacam ini akhirnya menimbulkan kerisauan dalam diri umat Muslim. Dalam saat seperti inilah seorang alim ulama yang sesungguhnya harus menunjukkan ilmunya. Kiai Muhammad Dimyathi menyebutkan:

…لما رأيت مسيس حاجة إخوانى الطلبة بالجامع الترمسى خصوصا، وغيرهم من امثالى القاصرين عموما، الى بيان المذاهب المتبعة الحقة وما يتعلق بها حتى لايستولي عليهم في دينهم الوسواس والاوهام الباطلة، ولايتسلط عليهم الشيطان وأولياؤه بالاغواء والاضلال، ولايغتروا بتلبيسات وان كثر القيل والقال ويعلموا حقا ان ما عليه السلف الصالح هو الحق المتبع فماذا بعد الحق الا الضلال…

Baca Juga:  Kitab Turats, Model Literasi Peradaban Islam Warisan Ulama Terdahulu

… karena aku melihat betapa butuh kawan-kawanku para santri di Pondok Pesantren Tremas secara khusus, dan selain mereka yang sepertiku yang terbatas ilmunya secara umum, kepada penjelasan berbagai madzhab yang diikuti, yang benar, dan apa saja yang berkaitan dengan hal ini. Supaya mereka tidak dikuasai oleh perasaan risau dan waham yang keliru. Supaya mereka tidak tertipu oleh setan dan para penolongnya dengan penyesatan. Supaya mereka tidak teperdaya dengan bisikan-bisikan para pengikut hawa-nafsu meskipun banyaknya kata-kata yang ada. Supaya mereka mengetahui bahwa keberagamaan yang dilanggengkan oleh para ulama terdahulu yang saleh adalah benar dan diikuti, maka apa yang ada setelah kebenaran ini kecuali kesesatan?…

Untuk memberikan jawaban ini, Kiai Muhammad Dimyathi kemudian menyusun kitab ini dalam lima pasal.

  • Pasal pertama menjelaskan dalil-dalil dalam menetapkan hukum-hukum cabang dalam Islam dan perbedaan madzhab di dalamnya.
  • Pasal kedua membahas tentang beberapa mazhab yang telah hilang dan mazhab empat yang terus langgeng.
  • Pasal ketiga menerangkan tentang hampir tidak mungkin untuk menemukan seorang mujtahid mutlak di masa sekarang.
  • Pasal keempat tentang kewajiban bagi seorang Muslim di masa sekarang untuk mengikuti salah satu dari empat mazhab (taqlid).
  • Pasal kelima mengandung petunjuk-petunjuk yang Insya Allah akan bermanfaat bagi kaum Muslimin.

Saat ini kita melihat orang-orang yang mengaku alim ulama, ustadz, dai dll. namun sebenarnya bukan. Mereka telah membuat pandangan-pandangan buruk mengenai bermazhab. Bahkan mereka hendak menjadikan Islam sempit dengan menetapkan satu kemungkinan hukum saja pada banyak hal.

Padahal perbedaan adalah rahmat yang sudah semestinya kita mensyukurinya. Bagi kita yang hidup di masa kini di mana banyak ujian berupa ulama, ustadz maupun dai dadakan, dalam kitab ini Kiai Muhammad Dimyathi berpesan:

Baca Juga:  Kitab Al Minhaj, Syarah An Nawawi Ala Muslim

“Yakinlah bahwa para imam (mazhab), semoga Allah selalu meridai mereka, mendapatkan petunjuk ke jalan yang benar dari Allah Swt. Janganlah kalian tertipu dengan ocehan para pengoceh di zaman ini, dan apa yang diucapkan orang-orang bodoh nan dungu. Yaitu perkataan mereka “perbedaan mazhab itulah yang menyebabkan tiadanya persatuan”. Ucapan ini muncul dari sedikitnya ilmu, pemahaman yang buruk, dan kebodohan terhadap apa yang dilakukan oleh para pengikut mazhab.”

Keseluruhan teks kitab Lawami‘ul Burhan wa Qawaṭi‘ul Bayan ditulis dalam aksara Arab dan bahasa Arab. Khatnya sangat indah dengan jenis seni tulisan Arab naskhi.

Kiai Muhammad Mukri bin Ahmad Kafrawi bin Mahmud, sang penyalin kitab, melengkapi teks ini dengan harakat pada akhir tiap kata sebagai penanda gramatika (i‘rāb) dan pada kata-kata yang sulit. Selain itu, beliau juga memberikan makna gandul khas pesantren, terutama pada kata-kata yang perlu penjelasan.

Pada halaman 45 terdapat keterangan yang menyebut tahun penyelesaian penulisan kitab ini.

وكان الفراغ من كتابته في ١٣ من جمادى الثانية من سنة ١٣٤٤ من هجرة سيد المرسلين وامام المتقين.

Wa kāna al-farāgu min kitābatihi fī 13 jumādiṡ al-ṡāniyah min sanah 1344 min hijrati sayyidil mursalīn wa imāmil muttaqīn

“Penyelesaian penulisan kitab ini terjadi pada 13 Jumadits Tsani 1344 dari hijrahnya tuannya para utusan dan pemimpin orang-orang yang bertakwa.”

Jika disamakan dengan kalender Masehi, maka tanggal 13 Jumadits Tsani 1344 bertepapan pada 17 April 1916.

Baca Juga:  Kitab Kifayatu Al Akhyar Fi Halli Ghoyatu Al Ikhtishor Karya Al Hishni

Pada halaman yang sama kitab ini juga mengandung pengakuaan dan kepercayaan dari dua tokoh. Pertama KH. Muhammad Dimyathi bin Abdullah at-Tarmisi (w.1934) mengatakan:

قد طالعت هذ الكتاب فوجدته شاهدا حقا وبالحق ناطقا فليعض بالنواجذ وليعرض عن مخالف فانه مبتدع مناجذ.

“Setelah aku sungguh-sungguh menelaah kitab ini, maka aku menyimpulkan bahwa kitab ini menjadi saksi akan kebenaran dan mengungkapkan kebenaran tersebut. Hendaknya kitab ini digigit dengan gigi geraham dan dipalingkan dari setiap penentang karena mereka adalah pembuat bid’ah yang buta.”

Kedua dari Sayyid Hasan bin Abdullah Ba’bud at-Tarmisi yang mengatakan;

فلا عيب فيها غير انها لا يرغب فيها من استحوذ عليه الشيطان

“Kitab ini tidak memiliki satu kecacatan pun, kecuali adanya kebencian terhadapnya dari orang-orang yang telah dikuasai oleh setan.”

Manuskrip kitab ini sekarang tersimpan di Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan, Klaten yang merupakan bagian dari koleksi kiai sepuh dan salah satu pengasuh pesantren tersebut, KH. Nasrun Minallah.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik