Meluruskan Ustad Yahya Badrussalam yang Mengatakan Sebutan Sayyidina Kepada Nabi Tak Ada Dalilnya

sebutan sayyidina muhammad

Pecihitam.org – Sebetulnya masalah penyebutan Sayyidina kepada Nabi Muhammad Saw baik ketika shalawat di dalam shalat maupun di luar shalat sudah sering dibahas. Pada dasarnya bagi siapapun yang hendak menyebut baginda Nabi dengan sayyidina maupun tidak semuanya sah-sah saja.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Namun yang menjadi persoalan adalah ketika sudah mulai menyalah-nyalahkan, membid’ah-bid’ahkan dan mengatakan bahwa itu tidak ada tuntunan atau contohnya dari Rasulullah maupun sahabat. Apalagi sampai mengatakan bahwa itu dusta atau kalimat yang dibuat-buat.

Karena perlu diketahui bahwa sebenarnya pemanggilan dengan kata sayyidina kepada beliau Nabi Muhammad Saw. sudah digunakan oleh para sahabat. Bahkan beliau Saw sendiri pernah menyebut diri sendiri sebagai seorang Sayyid. Karena itulah beliau pernah bersabda, “Ana sayyidu waladi Adam.” Seperti dalam hadis berikut.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda: “Saya adalah pemimpin semua bani Adam di Hari Kiamat,” (HR Muslim, 5.899).

Dalam riwayat lain, dengan redaksi yang sedikit berbeda, “Saya adalah pemimpin seluruh manusia di Hari Kiamat,” (HR Bukhari, 3.340; Muslim, 479).

Dalil dari segi bahasa kata sayyid mempunyai banyak makna. Bisa diartikan dengan ‘orang yang memimpin suatu kaum, orang yang banyak pengikutnya, orang yang mulia di antara lainnya, orang yang patut untuk ditaati (Al- Mu’jam Al-Wasith).

Dengan demikian, dari segi bahasa, kata sayyidina sangatlah tepat disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagai nabi, beliau adalah pemimpin semua manusia, diikuti oleh semua orang Islam, dan orang yang paling mulia di antara semua makhluk di sisi Allah Swt. Sebagaimana hadits di atas dan hal ini tidak bisa dibantah lagi.

Baca Juga:  Beda Mahram dan Muhrim, Dua Istilah Yang Sering Keliru Dipahami Umat

Kemudian jika mengatakan bahwa sahabat tidak ada yang menyebut beliau Saw dengan sayyidina sepertinya tidak juga. Karena faktanya banyak riwayat dari sahabat yang menyebut Nabi dengan panggilan Sayyid. Salah satunya adalah hadits berikut;

Dari Sahl bin Hunaif r.a. bercerita bahwa suatu ketika kita mendapati sungai sedang mengalami banjir, kemudian aku masuk ke dalam sungai tersebut untuk mandi. Keluar dari sungai itu, kudapati badanku terasa panas. Akhirnya kulaporkan hal itu kepada Rasulullah Saw.

Beliau berkata: “Perintahkanlah kalian semua kepada Abu Tsabit untuk bertaawwuz (membaca a’udzubillahi minasy syaithani),” Aku berkata: “Wahai Sayyidi, masih ada azimat (jimat) yang ampuh (kenapa diperintah bertaawwuz) ?” Beliau bersabda, “Tidak ada azimat kecuali penyakit dalam tubuh, panas, dan penyakit akibat sengatan,” (HR Abu Dawud, 3.888; An-Nasa’i dalam Amalul Yaum wa Lailah, 257).

Begitulah pengakuan (taqrir) beliau Nabi yang tidak mengingkari sama sekali ketika dipanggil dengan menggunakan kata sayyid.

Dan, masih banyak hadis tentang hal ini bahkan yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, sehingga cukup aneh jika dipermasalahkan oleh orang-orang yang mengaku menguasai hadis. Karena jelas sekali hadits-hadits itu ada dan entah mengapa diabaikan begitu saja. Dan malah justru membidahkan orang-orang yang tidak sepaham.

Jika hadits belum cukup maka kita bisa mengambil sedikit dalil dari Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an, Allah Swt. juga menisbatkan sayyidina kepada Nabi Yahya a.s. seperti pada ayat berikut:

Baca Juga:  Betulkah Minum Air Kencing Unta Itu Boleh Dijadikan Obat?

“Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan sebuah kalimat dari Allah, panutan (sayyid), berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang nabi di antara orang-orang saleh,” (QS Ali Imran: 39).

Jika dalam ayat ini Allah Swt menisbatkan kata sayyidina kepada Nabi Yahya, apakah tidak bisa, tidak sah, tidak tepat jika kata sayyid juga dinisbatkan kepada Nabi Muhammad Saw? Bukankah keduanya adalah sama-sama seorang nabi dan rasul yang menyampaikan hukum-hukum-Nya?

Terakhir, sesuai realitas adat ketimuran, semua orang pasti mempunyai figur yang ia hormati dalam kehidupan. Misalnya, anak menghormati ayahnya, murid kepada gurunya dll.

Pertanyaannya, sopankah jika anak memanggil bapaknya dengan langsung memanggil namanya tanpa ada penisbatan ‘”bapak”, “ayah”, dll.? Sopankah jika seorang murid memanggil gurunya dengan langsung menggunakan namanya?

Sebagaimana adat dan budaya di negara kita, jika seorang anak langsung memanggil nama bapaknya atau seorang murid memanggil guru langsung dengan namanya dan seterusnya, pastilah semua orang mengatakan bahwa anak tersebut adalah anak kurang ajar dan murid yang tak tahu tata krama dll.

Wes, gampangnya lagi begini. Jika anda sebagai seorang ustadz dipanggiil jamaahnya langsung dengan sebutan nama kira-kira sopan atau tidak? Misalnya anda sedang ceramah tiba-tiba ada jamaah bilang, Badrussalam saya mau tanya, Basalamah saya mau tanya?. Ko ya tetap saja nggak enak di telinga rasanya.

Baca Juga:  Klasifikasi Profesi Menurut Perspektif Imam Al-Ghazali, Mana Lebih Utama?

Nah apalagi kaitannya dengan memanggil beliau Nabi Muhammad Saw, manusia paling mulia, paling dicintai Allah, paling sempurna segalanya di alam semesta. Dari kandungan maknanya secara bahasa sebutan sayyidina sudah sangat tepat disandangkan kepada beliau Saw.

Karena panggilan kita kepada beliau Nabi menggunakan sayyidina adalah sopan santun, adab, tata karma kita kepada beliau. Bukankah dalam Al-Qur’an, Allah Swt. berfirman:

“Janganlah kamu jadikan panggilan rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian yang lain,” (QS An-Nur: 63).

Ayat ini turun ketika sebagian sahabat memanggil beliau dengan langsung menggunakan nama beliau ‘Muhammad’, ‘Ahmad’, dll.

Dari semua penjelasan di atas, bisa dikatakan bahwa kebiasaan kita memanggil beliau Nabi Muhammad Saw dengan kata sayyidina bukanlah bid’ah. Bahkan malah dianjurkan sesuai QS An-Nur ayat 63 tersebut di atas. Wallahhua’lam bisshaawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik