Mengapa Al-Quran Menggunakan Bahasa Arab? Berikut Hal-Hal yang Menjadi Latar Belakangnya

Mengapa Al-Quran Menggunakan Bahasa Arab? Berikut Hal-Hal yang Menjadi Latar Belakangnya

Pecihitam.org- Kita pasti pernah terlintas dalam pikiran pertanyaan tentang Bahasa al-Quran. Mengapa Al-Quran harus menggunakan Bahasa arab? Kenapa tidak Bahasa Indonesia, Bahasa inggris, atau Bahasa-bahasa lainnya?.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Jawaban dari pertanyaan itu, Allah sudah menerangkan secara jelas bahwa “Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab”.  Ini penegasan dari Allah SWT, bahwa mengapa Al-Quran menggunakan bahasa Arab, yakni karena bahasa yang dipakai oleh nabi Muhammad dan oleh masyarakat Arab. Tujuannya sudah pasti agar Al-Qur’an mudah dipahami.

Akan tetapi, menurut Isa Bugis, Al-Qur’an bukan bahasa Arab tetapi bahasa wahyu. Alasannya  adalah karena Muhammad adalah keturunan nabi Ismail dari isteri kedua, sehingga Muhammad berdarah Babylon, bukan berdarah Arab asli dengan demikian maka bahasa nabi Muhammad adalah bukan bahasa Arab tetapi serumpun dengan bahasa Arab, itulah yang disebut “bilisáni qaumih” (berbicara dengan bahasa kaumnya).

Menurut penulis, pendapat di atas tidak tepat. Alasan pertama, sebagaimana dijelaskan oleh Ismail al-Faruqi adalah bahwa, suku Arab asli (al-‘Aribah) ialah suku Qanaan, Ya‘rub, Yasyjub dan Saba’. Kemudian datanglah suku Arab Musta‘ribah I (Pendatang I), yakni suku ‘Adnan, Ma’ad dan Nizar. Lantas datang pula suku Arab Musta‘ribah II (Pendatang II) yakni suku Fihr atau Quresy.

Baca Juga:  Surah An-Naml Ayat 36-37; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Jadi suku Quresy adalah bagian dari Suku Arab, bukan suku lain. Suku-suku pendatang lantas berbaur dan mempelajari bahasa yang ada yakni bahasa Arab, bukan mempelajari bahasa Babylon.

Alasan kedua, Bangsa Arab termasuk bangsa Semit. Dewasa ini yang disebut dikatagorikan bahasa Semit adalah setengah kawasan bagian Utara, bagian Timurnya berbahasa Akkad atau Babylon dan Assyiria, sedangkan bagian Utara adalah bahasa Aram, Mandaera, Nabatea, Aram Yahudi dan Palmyra. Kemudian di bagian Baratnya adalah Foenisia, Ibrani Injil.

Di belahan Selatan, yakni di bagian utaranya berbahasa Arab sedangkan sebelah selatan berbahasa Sabe atau Hymyari, dan Geez atau Etiopik. Hampir semua bahasa di atas telah punah , hanya bahasa Arab yang masih hidup”.

Apakah ada bahasa selain Arab yang serumpun dengan bahasa arab dapat dilihat antara lain dari bentuk hurufnya. Huruf Arab ternyata berbeda sekali dengan dengan huruf bahasa Foenesia, Aramaea, Ibrani, Syiria Kuno, Syiria Umum, Kaldea dan Arab.

Baca Juga:  Tadabbur Al Qur'an Surah An Nisa Ayat 7-11

Para pembaca bisa melihat perbedaan huruf-huruf tersebut pada buku “Atlas Budaya” karya Ismail Al-Faruqi bersama isterinya. Al-Qur’an menggunakan huruf Arab bukan huruf lainnya, dengan demikian maka bahasa dan tulisan Al-Qur’an memang mutlak bahasa Arab bukan bahasa yang serumpun bahasa Arab.

Kalau mau dikatakan serumpun maka harus dikatakan serumpun dengan bahasa Semit bukan serumpun bahasa Arab. Sebagai tambahan penjelasan, menurut Ismail Al-Faruqi, bahasa Semit yang masih hidup sampai saat ini adalah bahasa Arab. Dengan demikian maka bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab, bahasanya orang Arab bukan serumpun dengan bahasa Arab.

Hujjah lain dari kelompok Isa Bugis adalah bahwa jika Al-Qur’an berbahasa Arab maka semua orang Arab pasti mengerti Al-Qur’an, tetapi pada kenyataannya tidak semua orang Arab mengerti Al-Qur’an, kalau begitu Al-Qur’an bukanlah bahasa Arab. Hujjah inipun lemah. Mengapa demikian?

Keadaan tersebut sama saja dengan orang Indonesia. Tidak semua orang Indonesia mampu memahami karya sastera berbahasa Indonesia, ini karena buku-buku sastera itu menggunakan bahasa Indonesia kelas tinggi.

Pada umumnya orang-orang Arab dalam percakapan mereka sehari-hari menggunakan bahasa Arab Yaumiyah sedangkan Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab Fushá. Di samping itu untuk dapat memahami suatu teks tidak cukup dengan mengetahui kosa kata (mufradat) tetapi harus berbekal ilmu pengetahuan tentang isi teks.

Baca Juga:  Surah Asy-Syu'ara Ayat 78-82; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Sarjana sastra Indonesia misalnya, tidak otomatis dapat memahami teks buku-buku Ilmu Kimia. Begitu pun sarjana Kimia tidak otomatis memahami teks tentang filsafat.

Dan untuk memahami teks ilmu pengetahuan, harus memiliki syarat-syarat, antara lain memahami substansi materi, memiliki frame of reference yang teratur, serta memiliki paradigma berfikir yang menunjang. Ketidakmengertian sebagian orang Arab terhadap teks-teks Al-Qur’an tidak menunjukkan bukti bahwa Al-Qur’an bukan bahasa Arab.

Mochamad Ari Irawan