Surah Abasa Ayat 17-32; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Abasa Ayat 17-32

Pecihitam.org – Kandungan Surah Abasa Ayat 17-32 ini, Allah memberi peringatan keras kepada manusia dengan kalimat-kalimat yang tegas, yaitu binasalah manusia! Alangkah besar keingkarannya kepada nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya sejak mulai lahir sampai matinya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah mengulangi lagi peringatan-Nya akan kekafiran manusia terhadap nikmat-Nya dengan menyatakan bahwa setiap orang kafir itu sangat aneh. Semestinya mereka beriman dan mengagungkan Allah setelah merasakan nikmat yang dianugerahkan kepada mereka, tetapi mereka bersikap sebaliknya. Mereka mengingkari nikmat itu seakan-akan hanya hasil usaha mereka sendiri.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Abasa Ayat 17-32

Surah Abasa Ayat 17
قُتِلَ ٱلۡإِنسَٰنُ مَآ أَكۡفَرَهُۥ

Terjemahan: Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya?

Tafsir Jalalain: قُتِلَ ٱلۡإِنسَٰنُ (Binasalah manusia) maksudnya, terlaknatlah orang kafir itu مَآ أَكۡفَرَهُۥ (alangkah sangat kekafirannya) Istifham atau kata tanya pada ayat ini mengandung makna celaan; makna yang dimaksud, apakah gerangan yang mendorongnya berlaku kafir?.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya mencela beberapa orang anak cucu Adam yang mengingkari hari kebangkitan dan dikumpulkannya para makhluk, قُتِلَ ٱلۡإِنسَٰنُ مَآ أَكۡفَرَهُۥ (“Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya.”) adl-Dlahhak meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas: قُتِلَ ٱلۡإِنسَٰنُ (“Binasalah manusia.”) yakni terkutuklah manusia.

Demikian juga yang diriwayatkan Abu Malik. Dan itulah jenis manusia yang suka berbuat dusta, karena terlalu banyak mendustakan hari berbangkit tanpa sandaran yang jelas, bahkan hanya menjauhi saja dan tidak didasari oleh suatu ilmu. Mengenai firman-Nya:

مَآ أَكۡفَرَهُۥ (“Alangkah amat sangat kekafirannya.”) Ibnu Juraij mengatakan: “Yakni, sungguh sangat parah kekafirannya itu.” Sedangkan Ibnu Jarir mengemukakan: “Bisa jadi hal itu berarti: apakah yang membuatnya kafir? Atau ‘apakah yang membuatnya mendustakan hari berbangkit?’”

Tafsir Kemenag: Dalam ayat-ayat ini, Allah memberi peringatan keras kepada manusia dengan kalimat-kalimat yang tegas, yaitu: binasalah manusia! Alangkah besar keingkarannya kepada nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya sejak mulai lahir sampai matinya. Allah mengemukakan pertanyaan supaya dijadikan renungan oleh manusia untuk dapat menimbulkan kesadaran, yaitu dari apakah Allah menciptakannya?

Allah memberi perincian tentang macam-macam nikmat yang telah diberikan kepada manusia dalam tiga masa, yaitu permulaan, pertengahan dan bagian akhir. Allah memberi isyarat kepada yang pertama dengan pertanyaan berikut ini: “Dari apakah manusia diciptakan Allah?”.

Tafsir Quraish Shihab: Binasalah manusia! Apakah gerangan yang membuatnya ingkar padahal Allah telah berkenan memberikan karunia kebaikan kepadanya?

Surah Abasa Ayat 18
مِنۡ أَىِّ شَىۡءٍ خَلَقَهُۥ

Terjemahan: Dari apakah Allah menciptakannya?

Tafsir Jalalain: مِنۡ أَىِّ شَىۡءٍ خَلَقَهُۥ (Dari apakah Allah menciptakannya?) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrir. Kemudian Allah menjelaskannya melalui firman berikutnya:.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah menjelaskan kepadanya bagaimana Dia dulu menciptakannya dari sesuatu yang hina, dan bahwasannya Dia sanggup untuk mengembalikannya seperti awal Dia menciptakan. Oleh karena itu Dia berfirman: مِنۡ أَىِّ شَىۡءٍ خَلَقَهُۥ (Dari apakah Allah menciptakannya?)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat-ayat ini, Allah memberi peringatan keras kepada manusia dengan kalimat-kalimat yang tegas, yaitu: binasalah manusia! Alangkah besar keingkarannya kepada nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya sejak mulai lahir sampai matinya. Allah mengemukakan pertanyaan supaya dijadikan renungan oleh manusia untuk dapat menimbulkan kesadaran, yaitu dari apakah Allah menciptakannya?

Allah memberi perincian tentang macam-macam nikmat yang telah diberikan kepada manusia dalam tiga masa, yaitu permulaan, pertengahan dan bagian akhir. Allah memberi isyarat kepada yang pertama dengan pertanyaan berikut ini: “Dari apakah manusia diciptakan Allah?”.

Tafsir Quraish Shihab: Tidakkah ia ingat dari apa dirinya diciptakan?

Surah Abasa Ayat 19
مِن نُّطۡفَةٍ خَلَقَهُۥ فَقَدَّرَهُۥ

Terjemahan: Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya.

Tafsir Jalalain: مِن نُّطۡفَةٍ خَلَقَهُۥ فَقَدَّرَهُۥ (Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya) menjadi ‘alaqah, kemudian menjadi segumpal daging hingga akhir penciptaannya.

Tafsir Ibnu Katsir: مِن نُّطۡفَةٍ خَلَقَهُۥ فَقَدَّرَهُۥ (Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya.) maksudnya dia ditentukan ajal dan amalnya serta apakah dia akan sengsara atau bahagia.

Tafsir Kemenag: Sebagai jawaban dari pertanyaan di atas, Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari setetes mani yang hina. Allah lalu menentukan tahap-tahap kejadian, umur, rezeki, dan nasibnya.

Tafsir Quraish Shihab: Manusia diciptakan dari nutfah, air yang hina. Allah telah menentukan fase kehidupan mereka sejak awal penciptaan.

Surah Abasa Ayat 20
ثُمَّ ٱلسَّبِيلَ يَسَّرَهُۥ

Terjemahan: Kemudian Dia memudahkan jalannya.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ ٱلسَّبِيلَ (Kemudian untuk menempuh jalannya) yakni jalan ia keluar dari perut ibunya يَسَّرَهُۥ (Dia memudahkannya.).

Tafsir Ibnu Katsir: ثُمَّ ٱلسَّبِيلَ يَسَّرَهُۥ (“Kemudian Dia memudahkan jalannya.”) al-‘Aufi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, kemudian Dia mempermudah keluarnya dari perut ibunya. Dan demikian juga yang dikemukakan oleh ‘Ikrimah, adl-Dlahhak, Abu Shalih, Qatadah, as-Suddi, dan menjadi pilihan Ibnu Jarir, dan juga Mujahid berkata demikian. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah:

إِنَّا هَدَيۡنَٰهُ ٱلسَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا (“Sesungguhnya Kami telah memberinya petunjuk kepada jalan yang lurus, maka apakah yang demikian akan disyukuri atau diingkari?”) (al-Insaan: 3) maksudnya, Allah telah menjelaskan dan mudahkan baginya. Demikianlah yang dikatakan oleh al-Hasan dan Ibnu Zaid, dan inilah yang lebih kuat. wallaaHu a’lam.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Dia telah memudahkan jalan manusia pada bagian pertengahan yaitu memberi kesempatan kepadanya untuk menempuh jalan yang benar atau jalan yang sesat. Sebenarnya manusia tidak pantas menyombongkan diri, apabila ia mengerti asal kejadiannya, sebagaimana firman Allah:

Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). (as-Sajdah/32: 7-8).

Tafsir Quraish Shihab: Kemudian Allah menunjukkan dan memudahkan jalan bagi diri mereka menuju keimanan.

Surah Abasa Ayat 21
ثُمَّ أَمَاتَهُۥ فَأَقۡبَرَهُۥ

Terjemahan: kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur,

Tafsir Jalalain: ثُمَّ أَمَاتَهُۥ فَأَقۡبَرَهُۥ (Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur) artinya, Dia menjadikannya berada di dalam kubur yang menutupinya.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: ثُمَّ أَمَاتَهُۥ فَأَقۡبَرَهُۥ (“Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur.”) artinya setelah Dia menciptakannya, maka Dia akan mematikannya kemudian menguburkannya. Yakni Dia jadikan untuknya kuburan.

Tafsir Kemenag: Dalam dua ayat ini dijelaskan bahwa dalam tahap terakhir (penghabisan), Allah mematikan dan memasukkan manusia ke dalam kubur. Sampai saatnya nanti pada hari Kiamat, Allah membangkitkannya kembali dari kubur-kubur mereka. Firman Allah menjelaskan:

Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain. (thaha/20: 55).

Tafsir Quraish Shihab: Pada akhirnya Allah mematikan manusia dan memuliakannya dengan menguburnya.

Surah Abasa Ayat 22
ثُمَّ إِذَا شَآءَ أَنشَرَهُۥ

Terjemahan: kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ إِذَا شَآءَ أَنشَرَهُۥ (Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali) menjadi hidup kembali pada hari berbangkit nanti.

Tafsir Ibnu Katsir: ثُمَّ إِذَا شَآءَ أَنشَرَهُۥ (“Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali.”) yakni Dia akan membangkitkannya setelah kematiannya. Dan dari kata itu disebut kata al-ba’ts dan an-nusyuur [kebangkitan].

Tafsir Kemenag: Dalam dua ayat ini dijelaskan bahwa dalam tahap terakhir (penghabisan), Allah mematikan dan memasukkan manusia ke dalam kubur. Sampai saatnya nanti pada hari Kiamat, Allah membangkitkannya kembali dari kubur-kubur mereka. Firman Allah menjelaskan:

Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain. (thaha/20: 55).

Tafsir Quraish Shihab: Dan jika berkehendak, Allah akan segera membangkitkannya setelah mati.

Surah Abasa Ayat 23
كَلَّا لَمَّا يَقۡضِ مَآ أَمَرَهُ

Terjemahan: Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya,

Tafsir Jalalain: كَلَّا (Tidaklah demikian) artinya, benarlah لَمَّا يَقۡضِ (manusia itu belum melaksanakan) belum mengerjakan مَآ أَمَرَهُ (apa yang diperintahkan Allah kepadanya) yakni apa yang telah diperintahkan oleh Rabbnya supaya ia mengerjakannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: كَلَّا لَمَّا يَقۡضِ مَآ أَمَرَهُ (“Sekali-sekali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya.”) Ibnu Jarir mengatakan:

“Allah Jalla Tsanaa-uhu berfirman, ‘sekali-sekali’, masalahnya tidak seperti yang dikatakan oleh orang kafir itu bahwa dia telah menunaikan hak Allah atas dirinya baik berkenaan dengan dirinya maupun harta bendanya. لَمَّا يَقۡضِ مَآ أَمَرَهُ (“Manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya.”) Dia (Allah) menyatakan bahwa orang kafir itu belum menunaikan berbagai kewajiban yang telah diwajibkan oleh Allah kepadanya.

Kemudian diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim melalui jalan Ibnu Abi Najih dari Mujahid, mengenai firman-Nya: كَلَّا لَمَّا يَقۡضِ مَآ أَمَرَهُ (“Sekali-sekali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya.”) dia mengatakan:

“Tidak seorangpun menunaikan semua yang diwajibkan kepadanya selamanya.” Hal yang sama juga diceritakan oleh al-Baghawi dari al-Hasan al-Bashri. Dan Ibnu Katsir tidak pernah mendapatkan satu pendapat pun dari orang-orang terdahulu mengenai hal ini kecuali pendapat tersebut di atas. Dan menurut Ibnu Katsir mengenai makna tersebut, wallaaHu a’lam, bahwa makna:(“Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali”) yakni membangkitkannya.

كَلَّا لَمَّا يَقۡضِ مَآ أَمَرَهُ (“Sekali-sekali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya.”) maksudnya dia tidak mengerjakannya sekarang hingga waktu berakhir dan berakhir pula ketetapan Allah bagi anak cucu Adam bagi siapa yang ditakdirkan Allah untuk mengadakan dan mengeluarkannya ke dunia ini.

Dan Allah memerintahkan hal tersebut, baik dalam hal penciptaan maupun penetapan. Dan jika hal itu sudah berakhir disisi Allah, maka Dia akan membangkitkan semua makhluk dan mengembalikan mereka seperti pertama kali Dia ciptakan.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah mengulangi lagi peringatan-Nya akan kekafiran manusia terhadap nikmat-Nya dengan menyatakan bahwa setiap orang kafir itu sangat aneh. Semestinya mereka beriman dan mengagungkan Allah setelah merasakan nikmat yang dianugerahkan kepada mereka, tetapi mereka bersikap sebaliknya. Mereka mengingkari nikmat itu seakan-akan hanya hasil usaha mereka sendiri.

Tafsir Quraish Shihab: Sungguh manusia belum melaksanakan kewajiban perintah Allah untuk beriman dan taat kepada-Nya sepanjang hidup di dunia.

Surah Abasa Ayat 24
فَلۡيَنظُرِ ٱلۡإِنسَٰنُ إِلَىٰ طَعَامِهِۦٓ

Terjemahan: maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.

Tafsir Jalalain: فَلۡيَنظُرِ ٱلۡإِنسَٰنُ (Maka hendaklah manusia itu memperhatikan) dengan memasang akalnya إِلَىٰ طَعَامِهِۦٓ (kepada makanannya) bagaimanakah makanan itu diciptakan dan diatur untuknya?.

Baca Juga:  Surah As-Saffat Ayat 171-179; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: فَلۡيَنظُرِ ٱلۡإِنسَٰنُ إِلَىٰ طَعَامِهِۦٓ (“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.”) dalam firman-Nya ini terkandung upaya menginngatkan adanya pemberian karunia. Selain itu, terkandung juga dalil penumbuhan tumbuh-tumbuhan yang mati dari bumi untuk menunjukkan penghidupan kembali jasad-jasad setelah sebelumnya berupa tulang belulang yang berserakan dan tanah yang bertebaran.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menyuruh manusia untuk memperhatikan makanannya, bagaimana Ia telah menyiapkan makanan yang bergizi yang mengandung protein, karbohidrat, dan lain-lain sehingga memenuhi kebutuhan hidupnya.

Manusia dapat merasakan kelezatan makanan dan minumannya yang juga menjadi pendorong bagi pemeliharaan tubuhnya sehingga tetap dalam keadaan sehat dan mampu menunaikan tugas yang dibebankan kepadanya.

Tafsir Quraish Shihab: Hendaknya manusia merenungkan, bagaimana Kami mengatur dan menyediakan makanan yang mereka butuhkan.

Surah Abasa Ayat 25
أَنَّا صَبَبۡنَا ٱلۡمَآءَ صَبًّا

Terjemahan: Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit),

Tafsir Jalalain: أَنَّا صَبَبۡنَا ٱلۡمَآءَ (Sesungguhnya Kami telah mencurahkan air) dari awan صَبًّا (dengan sebenar-benarnya.).

Tafsir Ibnu Katsir: أَنَّا صَبَبۡنَا ٱلۡمَآءَ صَبًّا (“Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan ai [dari langit].”) maksudnya Kami telah menurunkan air dari langit ke bumi.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini dijelaskan bahwa sesungguhnya Allah telah mencurahkan air hujan dari langit dengan curahan yang cukup besar sehingga memenuhi kebutuhan semua makhluk-Nya, baik manusia, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan.

Tafsir Quraish Shihab: Kami telah mencurahkan hujan dari langit sederas-derasnya.

Surah Abasa Ayat 26
ثُمَّ شَقَقۡنَا ٱلۡأَرۡضَ شَقًّا

Terjemahan: kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya,

Tafsir Jalalain: ثُمَّ شَقَقۡنَا ٱلۡأَرۡضَ (Kemudian Kami belah bumi) dengan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh dari dalamnya شَقًّا (dengan sebaik-baiknya.).

Tafsir Ibnu Katsir: ثُمَّ شَقَقۡنَا ٱلۡأَرۡضَ شَقًّا (“Kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya.”) yaitu Kami tempatkan air itu disana, lalu ia masuk ke dalam lapisan-lapisan tanah, selanjutnya masuk ke dalam biji-bijian yang terdapat di dalam bumi, sehingga tumbuh, tinggi dan tampak di permukaan bumi.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah membukakan permukaan bumi dengan sebaik-baiknya agar supaya udara dan sinar matahari dapat masuk ke dalam bagian bumi, sehingga tanahnya menjadi subur untuk menumbuhkan berbagai tanaman.

Tafsir Quraish Shihab: Kami telah menjadikan bumi merekah dengan tumbuh-tumbuhan.

Surah Abasa Ayat 27
فَأَنۢبَتۡنَا فِيهَا حَبًّا

Terjemahan: lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu,

Tafsir Jalalain: فَأَنۢبَتۡنَا فِيهَا حَبًّا (Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu) seperti biji gandum dan biji jawawut.

Tafsir Ibnu Katsir: فَأَنۢبَتۡنَا فِيهَا حَبًّا (“Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu.”) yang dimaksud al-habb disini adalah biji-bijian.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dan selanjutnya Allah menyebutkan beberapa macam tumbuh-tumbuhan: pertama, Allah menumbuhkan di bumi biji-bijian seperti gandum, padi, dan lain-lainnya yang menjadi makanan pokok.

Kedua dan ketiga, Allah menumbuhkan pula buah anggur dan bermacam sayuran yang dapat dimakan secara langsung. Keempat dan kelima, buah zaitun dan pohon kurma.

Keenam, kebun-kebun yang besar, tinggi, dan lebat buahnya. Tidak hanya buahnya yang dapat dimanfaatkan, tetapi pohonnya pun dapat dijadikan bahan bangunan dan alat-alat perumahan.

Ketujuh, bermacam-macam buah-buahan yang lain, seperti buah pir, apel, mangga, dan sebagainya. Kedelapan, berbagai macam rumput-rumputan.

Air yang turun dari langit dan perannya dalam “menghidupkan tanah yang mati” secara jelas diuraikan pada Surah al-Furqan/25: 48-49. Apa kandungan dari air hujan sehingga dapat digunakan untuk tumbuhnya tumbuhan ada pada Surah Qaf/50: 9.

Sedangkan uraian bagaimana bumi “terbelah”, di samping ayat di atas, juga terdapat pada Surah Fussilat/41: 39, sebagaimana pada penggalannya: “Dan di antara ayat-ayat-Nya adalah engkau melihat bumi kering tandus maka apabila telah Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan mengembang.”

Ayat tersebut menerangkan apa yang akan terjadi pada tanah yang kering apabila butiran hujan jatuh di atasnya. Ayat tersebut juga menjelaskan adanya tiga tahap bagaimana perkembangan tumbuhan sampai dengan menghasilkan buah.

Tingkat-tingkat perkembangan tumbuhan yang dijelaskan oleh ayat di atas adalah demikian:

Pertama: Bergeraknya tanah. Apa yang dimaksud dengan bergeraknya tanah adalah gerakan partikel tanah. Partikel ini terdiri dari lapisan-lapisan yang terdiri atas bahan silika dan alumina. Ketika air masuk ke lapisan-lapisan partikel, maka akan terjadi pembengkakan dari partikel-partikel pembentuk lumpur. Hal ini dapat dijelaskan demikian:

  1. Muatan listrik elektrostatis yang ada di permukaan partikel (yang terjadi setelah kehadiran air) akan mengakibatkan terganggunya stabilitas. Partikel ini akan bergerak terus, sebelum ada stabilisator yang berupa partikel yang bermuatan listrik yang berlawanan. Di sini kita seharusnya bersyukur, tentang bagaimana Allah telah menciptakan semuanya dalam pasangan-pasangan, sehingga mendatangkan suasana yang stabil dan sentosa. Termasuk dalam hal ini adalah muatan listrik
  2. Pergerakan partikel tanah juga disebabkan karena adanya tabrakan dengan partikel air. Pergerakan partikel air yang tidak teratur menyebabkan partikel tanah bergerak ke semua arah. Gerakan yang demikian ini ditemukan oleh seorang ahli tumbuhan bernama Robert Brown pada tahun 1828. Pergerakannya sangat tergantung pada kecepatan dan jumlah partikel air. Dengan demikian, pergerakan yang terjadi adalah interaksi langsung antara partikel tanah dan partikel air.

Kedua: Mengembangnya tanah. Apa yang dimaksud dengan mengembangnya tanah adalah mengembangnya partikel tanah. Partikel tanah akan bertambah tebal. Dengan demikian, tanah akan mengembang, sejalan dengan mengembangnya partikel tanah.

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa partikel tanah terdiri atas lapisan-lapisan yang berhubungan satu sama lain. Antara lapisan satu dan lainnya terdapat pori-pori. Ke dalam pori-pori inilah air dan ion-ion yang terlarut akan masuk.

Dengan bentuk pori-pori yang sangat sempit dan adanya medan elektrostatis di permukaan lapisan, maka air seperti di taruh dalam botol, dan tidak mengalir ke luar. Dengan kata lain, air akan disimpan di pori-pori di setiap lapisan.

Ketiga: Tahap Perkecambahan. Tahap perkecambahan biji terjadi saat air sudah tersedia. Saat air sudah pada tahap cukup, maka embrio yang ada di dalam biji akan menjadi aktif dan menyerap matrial nutrisi yang sederhana (material nutrisi kompleks dipecah menjadi sederhana dengan bantuan enzim).

Pada tahap ini, bakal akar tumbuh ke bawah, bergerak di antara partikel tanah untuk mencari kawasan yang memenuhi syarat dan memperoleh nutrisi yang diperlukannya. Kemudian bakal daun akan berkembang ke atas, menembus permukaan tanah, dan mengarahkan pada sumber sinar matahari.

Jadi, secara singkat, tahapan-tahapan di atas dapat dijelaskan demikian. Kata “bergerak” jelas mengindikasikan efek dari air terhadap partikel tanah. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat adanya muatan listrik elektrostatis atau benturan langsung antara partikel-partikel air dan tanah. Sedangkan kata “membengkak” mengacu pada menebalnya partikel tanah karena terperangkapnya air di antara lapisan-lapisan pembentuk partikel tanah. Dengan demikian, partikel tanah berfungsi sebagai reservoar air, tempat menyimpan air. Ini sesuai dengan ayat berikut:

Dan Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan pasti Kami berkuasa melenyapkannya. (al-Mu’minun/23: 18)

Kemudian bakal akar, dan disusul bakal daun, mulai tumbuh. Anak pohon akan muncul, terus tumbuh dan memberikan hasil untuk keperluan manusia. Apakah manusia masih tidak bersyukur?

Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (ar-Rum/30: 50)

Tafsir Quraish Shihab: Kami tumbuhkan biji-bijian dari bumi, yang sebagian dimakan dan sebagian lain disimpan.

Surah Abasa Ayat 28
وَعِنَبًا وَقَضۡبًاۥ

Terjemahan: anggur dan sayur-sayuran,

Tafsir Jalalain: وَعِنَبًا وَقَضۡبًاۥ (Anggur dan sayur-sayuran) atau sayur-mayur.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan kata وَعِنَبًا sudah sangat populer, yaitu anggur. Sedangkan وَقَضۡبًاۥ berarti sejenis sayur-sayuran yang biasa dimakan mentah oleh binatang. Dan ada juga yang menyebutnya dengan al-qutt. Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu ‘Abbas, Qatadah, adl-Dlahhak, dan as-Suddi. Sedangkan al-Hasan al-Bashri mengatakan: “Al-qadlb berarti makanan binatang.”

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dan selanjutnya Allah menyebutkan beberapa macam tumbuh-tumbuhan: pertama, Allah menumbuhkan di bumi biji-bijian seperti gandum, padi, dan lain-lainnya yang menjadi makanan pokok.

Kedua dan ketiga, Allah menumbuhkan pula buah anggur dan bermacam sayuran yang dapat dimakan secara langsung. Keempat dan kelima, buah zaitun dan pohon kurma.

Keenam, kebun-kebun yang besar, tinggi, dan lebat buahnya. Tidak hanya buahnya yang dapat dimanfaatkan, tetapi pohonnya pun dapat dijadikan bahan bangunan dan alat-alat perumahan.

Ketujuh, bermacam-macam buah-buahan yang lain, seperti buah pir, apel, mangga, dan sebagainya. Kedelapan, berbagai macam rumput-rumputan.

Air yang turun dari langit dan perannya dalam “menghidupkan tanah yang mati” secara jelas diuraikan pada Surah al-Furqan/25: 48-49. Apa kandungan dari air hujan sehingga dapat digunakan untuk tumbuhnya tumbuhan ada pada Surah Qaf/50: 9.

Sedangkan uraian bagaimana bumi “terbelah”, di samping ayat di atas, juga terdapat pada Surah Fussilat/41: 39, sebagaimana pada penggalannya: “Dan di antara ayat-ayat-Nya adalah engkau melihat bumi kering tandus maka apabila telah Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan mengembang.”

Ayat tersebut menerangkan apa yang akan terjadi pada tanah yang kering apabila butiran hujan jatuh di atasnya. Ayat tersebut juga menjelaskan adanya tiga tahap bagaimana perkembangan tumbuhan sampai dengan menghasilkan buah.

Tingkat-tingkat perkembangan tumbuhan yang dijelaskan oleh ayat di atas adalah demikian:

Pertama: Bergeraknya tanah. Apa yang dimaksud dengan bergeraknya tanah adalah gerakan partikel tanah. Partikel ini terdiri dari lapisan-lapisan yang terdiri atas bahan silika dan alumina. Ketika air masuk ke lapisan-lapisan partikel, maka akan terjadi pembengkakan dari partikel-partikel pembentuk lumpur. Hal ini dapat dijelaskan demikian:

  1. Muatan listrik elektrostatis yang ada di permukaan partikel (yang terjadi setelah kehadiran air) akan mengakibatkan terganggunya stabilitas. Partikel ini akan bergerak terus, sebelum ada stabilisator yang berupa partikel yang bermuatan listrik yang berlawanan. Di sini kita seharusnya bersyukur, tentang bagaimana Allah telah menciptakan semuanya dalam pasangan-pasangan, sehingga mendatangkan suasana yang stabil dan sentosa. Termasuk dalam hal ini adalah muatan listrik
  2. Pergerakan partikel tanah juga disebabkan karena adanya tabrakan dengan partikel air. Pergerakan partikel air yang tidak teratur menyebabkan partikel tanah bergerak ke semua arah. Gerakan yang demikian ini ditemukan oleh seorang ahli tumbuhan bernama Robert Brown pada tahun 1828. Pergerakannya sangat tergantung pada kecepatan dan jumlah partikel air. Dengan demikian, pergerakan yang terjadi adalah interaksi langsung antara partikel tanah dan partikel air.
Baca Juga:  Surah Ar-Ra'd Ayat 18; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Kedua: Mengembangnya tanah. Apa yang dimaksud dengan mengembangnya tanah adalah mengembangnya partikel tanah. Partikel tanah akan bertambah tebal. Dengan demikian, tanah akan mengembang, sejalan dengan mengembangnya partikel tanah.

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa partikel tanah terdiri atas lapisan-lapisan yang berhubungan satu sama lain. Antara lapisan satu dan lainnya terdapat pori-pori. Ke dalam pori-pori inilah air dan ion-ion yang terlarut akan masuk.

Dengan bentuk pori-pori yang sangat sempit dan adanya medan elektrostatis di permukaan lapisan, maka air seperti di taruh dalam botol, dan tidak mengalir ke luar. Dengan kata lain, air akan disimpan di pori-pori di setiap lapisan.

Ketiga: Tahap Perkecambahan. Tahap perkecambahan biji terjadi saat air sudah tersedia. Saat air sudah pada tahap cukup, maka embrio yang ada di dalam biji akan menjadi aktif dan menyerap matrial nutrisi yang sederhana (material nutrisi kompleks dipecah menjadi sederhana dengan bantuan enzim).

Pada tahap ini, bakal akar tumbuh ke bawah, bergerak di antara partikel tanah untuk mencari kawasan yang memenuhi syarat dan memperoleh nutrisi yang diperlukannya. Kemudian bakal daun akan berkembang ke atas, menembus permukaan tanah, dan mengarahkan pada sumber sinar matahari.

Jadi, secara singkat, tahapan-tahapan di atas dapat dijelaskan demikian. Kata “bergerak” jelas mengindikasikan efek dari air terhadap partikel tanah. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat adanya muatan listrik elektrostatis atau benturan langsung antara partikel-partikel air dan tanah. Sedangkan kata “membengkak” mengacu pada menebalnya partikel tanah karena terperangkapnya air di antara lapisan-lapisan pembentuk partikel tanah. Dengan demikian, partikel tanah berfungsi sebagai reservoar air, tempat menyimpan air. Ini sesuai dengan ayat berikut:

Dan Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan pasti Kami berkuasa melenyapkannya. (al-Mu’minun/23: 18)

Kemudian bakal akar, dan disusul bakal daun, mulai tumbuh. Anak pohon akan muncul, terus tumbuh dan memberikan hasil untuk keperluan manusia. Apakah manusia masih tidak bersyukur?

Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (ar-Rum/30: 50)

Tafsir Quraish Shihab: Anggur dan tumbuhan yang dimakan dalam keadaan segar.

Surah Abasa Ayat 29
وَزَيۡتُونًا وَنَخۡلًا

Terjemahan: zaitun dan kurma,

Tafsir Jalalain: وَزَيۡتُونًا وَنَخۡلًا (Zaitun dan pohon kurma),.

Tafsir Ibnu Katsir: وَزَيۡتُونًا (“Zaitun”) zaitun ini merupakan sesuatu yang sudah populer, yaitu bumbu. Perasannya pun bisa sebagai bumbu dan untuk menyalakan lampu pelita, dipergunakan untuk meminyaki sesuatu. وَنَخۡلًا (“dan pohon kurma”) dapat dimakan mentah, hampir matang, atau ruthab (yang sudah matang), atau tamr, baik yang masih mentah atau sudah rusak, dan diperas menjadi manisan atau cuka.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dan selanjutnya Allah menyebutkan beberapa macam tumbuh-tumbuhan: pertama, Allah menumbuhkan di bumi biji-bijian seperti gandum, padi, dan lain-lainnya yang menjadi makanan pokok.

Kedua dan ketiga, Allah menumbuhkan pula buah anggur dan bermacam sayuran yang dapat dimakan secara langsung. Keempat dan kelima, buah zaitun dan pohon kurma.

Keenam, kebun-kebun yang besar, tinggi, dan lebat buahnya. Tidak hanya buahnya yang dapat dimanfaatkan, tetapi pohonnya pun dapat dijadikan bahan bangunan dan alat-alat perumahan.

Ketujuh, bermacam-macam buah-buahan yang lain, seperti buah pir, apel, mangga, dan sebagainya. Kedelapan, berbagai macam rumput-rumputan.

Air yang turun dari langit dan perannya dalam “menghidupkan tanah yang mati” secara jelas diuraikan pada Surah al-Furqan/25: 48-49. Apa kandungan dari air hujan sehingga dapat digunakan untuk tumbuhnya tumbuhan ada pada Surah Qaf/50: 9.

Sedangkan uraian bagaimana bumi “terbelah”, di samping ayat di atas, juga terdapat pada Surah Fussilat/41: 39, sebagaimana pada penggalannya: “Dan di antara ayat-ayat-Nya adalah engkau melihat bumi kering tandus maka apabila telah Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan mengembang.”

Ayat tersebut menerangkan apa yang akan terjadi pada tanah yang kering apabila butiran hujan jatuh di atasnya. Ayat tersebut juga menjelaskan adanya tiga tahap bagaimana perkembangan tumbuhan sampai dengan menghasilkan buah.

Tingkat-tingkat perkembangan tumbuhan yang dijelaskan oleh ayat di atas adalah demikian:

Pertama: Bergeraknya tanah. Apa yang dimaksud dengan bergeraknya tanah adalah gerakan partikel tanah. Partikel ini terdiri dari lapisan-lapisan yang terdiri atas bahan silika dan alumina. Ketika air masuk ke lapisan-lapisan partikel, maka akan terjadi pembengkakan dari partikel-partikel pembentuk lumpur. Hal ini dapat dijelaskan demikian:

  1. Muatan listrik elektrostatis yang ada di permukaan partikel (yang terjadi setelah kehadiran air) akan mengakibatkan terganggunya stabilitas. Partikel ini akan bergerak terus, sebelum ada stabilisator yang berupa partikel yang bermuatan listrik yang berlawanan. Di sini kita seharusnya bersyukur, tentang bagaimana Allah telah menciptakan semuanya dalam pasangan-pasangan, sehingga mendatangkan suasana yang stabil dan sentosa. Termasuk dalam hal ini adalah muatan listrik
  2. Pergerakan partikel tanah juga disebabkan karena adanya tabrakan dengan partikel air. Pergerakan partikel air yang tidak teratur menyebabkan partikel tanah bergerak ke semua arah. Gerakan yang demikian ini ditemukan oleh seorang ahli tumbuhan bernama Robert Brown pada tahun 1828. Pergerakannya sangat tergantung pada kecepatan dan jumlah partikel air. Dengan demikian, pergerakan yang terjadi adalah interaksi langsung antara partikel tanah dan partikel air.

Kedua: Mengembangnya tanah. Apa yang dimaksud dengan mengembangnya tanah adalah mengembangnya partikel tanah. Partikel tanah akan bertambah tebal. Dengan demikian, tanah akan mengembang, sejalan dengan mengembangnya partikel tanah.

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa partikel tanah terdiri atas lapisan-lapisan yang berhubungan satu sama lain. Antara lapisan satu dan lainnya terdapat pori-pori. Ke dalam pori-pori inilah air dan ion-ion yang terlarut akan masuk.

Dengan bentuk pori-pori yang sangat sempit dan adanya medan elektrostatis di permukaan lapisan, maka air seperti di taruh dalam botol, dan tidak mengalir ke luar. Dengan kata lain, air akan disimpan di pori-pori di setiap lapisan.

Ketiga: Tahap Perkecambahan. Tahap perkecambahan biji terjadi saat air sudah tersedia. Saat air sudah pada tahap cukup, maka embrio yang ada di dalam biji akan menjadi aktif dan menyerap matrial nutrisi yang sederhana (material nutrisi kompleks dipecah menjadi sederhana dengan bantuan enzim).

Pada tahap ini, bakal akar tumbuh ke bawah, bergerak di antara partikel tanah untuk mencari kawasan yang memenuhi syarat dan memperoleh nutrisi yang diperlukannya. Kemudian bakal daun akan berkembang ke atas, menembus permukaan tanah, dan mengarahkan pada sumber sinar matahari.

Jadi, secara singkat, tahapan-tahapan di atas dapat dijelaskan demikian. Kata “bergerak” jelas mengindikasikan efek dari air terhadap partikel tanah. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat adanya muatan listrik elektrostatis atau benturan langsung antara partikel-partikel air dan tanah. Sedangkan kata “membengkak” mengacu pada menebalnya partikel tanah karena terperangkapnya air di antara lapisan-lapisan pembentuk partikel tanah. Dengan demikian, partikel tanah berfungsi sebagai reservoar air, tempat menyimpan air. Ini sesuai dengan ayat berikut:

Dan Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan pasti Kami berkuasa melenyapkannya. (al-Mu’minun/23: 18)

Kemudian bakal akar, dan disusul bakal daun, mulai tumbuh. Anak pohon akan muncul, terus tumbuh dan memberikan hasil untuk keperluan manusia. Apakah manusia masih tidak bersyukur?

Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (ar-Rum/30: 50)

Tafsir Quraish Shihab: Buah zaitun yang berkualitas baik dan pohon kurma yang produktif dan menghasilkan buah.

Surah Abasa Ayat 30
وَحَدَآئِقَ غُلۡبًا

Terjemahan: kebun-kebun (yang) lebat,

Tafsir Jalalain: وَحَدَآئِقَ غُلۡبًا (dan kebun-kebun yang lebat) yakni kebun-kebun yang banyak pepohonannya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَحَدَآئِقَ غُلۡبًا (“dan kebun-kebun yang lebat”) yakni kebun-kebun. Al-Hasan dan Qatadah mengemukakan: “Ghulban berarti pohon kurma yang lebat lagi rapat.” Ibnu ‘Abbas dan Mujahid mengatakan: “Ghulban berarti setiap yang merapat dan berkumpul.”

Ibnu ‘Abbas juga mengatakan: “Ghulban berarti pohon yang dapat dijadikan sebagai tempat bernaung.” Dan Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata tentang ayat: وَحَدَآئِقَ غُلۡبًا (“dan kebun-kebun yang lebat”) yaitu tumbuhannya yang tinggi. ‘Ikrimah berkata: “Banyaknya pepohonan.”

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dan selanjutnya Allah menyebutkan beberapa macam tumbuh-tumbuhan: pertama, Allah menumbuhkan di bumi biji-bijian seperti gandum, padi, dan lain-lainnya yang menjadi makanan pokok.

Kedua dan ketiga, Allah menumbuhkan pula buah anggur dan bermacam sayuran yang dapat dimakan secara langsung. Keempat dan kelima, buah zaitun dan pohon kurma.

Keenam, kebun-kebun yang besar, tinggi, dan lebat buahnya. Tidak hanya buahnya yang dapat dimanfaatkan, tetapi pohonnya pun dapat dijadikan bahan bangunan dan alat-alat perumahan.

Ketujuh, bermacam-macam buah-buahan yang lain, seperti buah pir, apel, mangga, dan sebagainya. Kedelapan, berbagai macam rumput-rumputan.

Air yang turun dari langit dan perannya dalam “menghidupkan tanah yang mati” secara jelas diuraikan pada Surah al-Furqan/25: 48-49. Apa kandungan dari air hujan sehingga dapat digunakan untuk tumbuhnya tumbuhan ada pada Surah Qaf/50: 9.

Sedangkan uraian bagaimana bumi “terbelah”, di samping ayat di atas, juga terdapat pada Surah Fussilat/41: 39, sebagaimana pada penggalannya: “Dan di antara ayat-ayat-Nya adalah engkau melihat bumi kering tandus maka apabila telah Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan mengembang.”

Ayat tersebut menerangkan apa yang akan terjadi pada tanah yang kering apabila butiran hujan jatuh di atasnya. Ayat tersebut juga menjelaskan adanya tiga tahap bagaimana perkembangan tumbuhan sampai dengan menghasilkan buah.

Tingkat-tingkat perkembangan tumbuhan yang dijelaskan oleh ayat di atas adalah demikian:

Pertama: Bergeraknya tanah. Apa yang dimaksud dengan bergeraknya tanah adalah gerakan partikel tanah. Partikel ini terdiri dari lapisan-lapisan yang terdiri atas bahan silika dan alumina. Ketika air masuk ke lapisan-lapisan partikel, maka akan terjadi pembengkakan dari partikel-partikel pembentuk lumpur. Hal ini dapat dijelaskan demikian:

  1. Muatan listrik elektrostatis yang ada di permukaan partikel (yang terjadi setelah kehadiran air) akan mengakibatkan terganggunya stabilitas. Partikel ini akan bergerak terus, sebelum ada stabilisator yang berupa partikel yang bermuatan listrik yang berlawanan. Di sini kita seharusnya bersyukur, tentang bagaimana Allah telah menciptakan semuanya dalam pasangan-pasangan, sehingga mendatangkan suasana yang stabil dan sentosa. Termasuk dalam hal ini adalah muatan listrik
  2. Pergerakan partikel tanah juga disebabkan karena adanya tabrakan dengan partikel air. Pergerakan partikel air yang tidak teratur menyebabkan partikel tanah bergerak ke semua arah. Gerakan yang demikian ini ditemukan oleh seorang ahli tumbuhan bernama Robert Brown pada tahun 1828. Pergerakannya sangat tergantung pada kecepatan dan jumlah partikel air. Dengan demikian, pergerakan yang terjadi adalah interaksi langsung antara partikel tanah dan partikel air.
Baca Juga:  Surah As-Sajdah Ayat 28-30; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Kedua: Mengembangnya tanah. Apa yang dimaksud dengan mengembangnya tanah adalah mengembangnya partikel tanah. Partikel tanah akan bertambah tebal. Dengan demikian, tanah akan mengembang, sejalan dengan mengembangnya partikel tanah.

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa partikel tanah terdiri atas lapisan-lapisan yang berhubungan satu sama lain. Antara lapisan satu dan lainnya terdapat pori-pori. Ke dalam pori-pori inilah air dan ion-ion yang terlarut akan masuk.

Dengan bentuk pori-pori yang sangat sempit dan adanya medan elektrostatis di permukaan lapisan, maka air seperti di taruh dalam botol, dan tidak mengalir ke luar. Dengan kata lain, air akan disimpan di pori-pori di setiap lapisan.

Ketiga: Tahap Perkecambahan. Tahap perkecambahan biji terjadi saat air sudah tersedia. Saat air sudah pada tahap cukup, maka embrio yang ada di dalam biji akan menjadi aktif dan menyerap matrial nutrisi yang sederhana (material nutrisi kompleks dipecah menjadi sederhana dengan bantuan enzim).

Pada tahap ini, bakal akar tumbuh ke bawah, bergerak di antara partikel tanah untuk mencari kawasan yang memenuhi syarat dan memperoleh nutrisi yang diperlukannya. Kemudian bakal daun akan berkembang ke atas, menembus permukaan tanah, dan mengarahkan pada sumber sinar matahari.

Jadi, secara singkat, tahapan-tahapan di atas dapat dijelaskan demikian. Kata “bergerak” jelas mengindikasikan efek dari air terhadap partikel tanah. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat adanya muatan listrik elektrostatis atau benturan langsung antara partikel-partikel air dan tanah. Sedangkan kata “membengkak” mengacu pada menebalnya partikel tanah karena terperangkapnya air di antara lapisan-lapisan pembentuk partikel tanah. Dengan demikian, partikel tanah berfungsi sebagai reservoar air, tempat menyimpan air. Ini sesuai dengan ayat berikut:

Dan Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan pasti Kami berkuasa melenyapkannya. (al-Mu’minun/23: 18)

Kemudian bakal akar, dan disusul bakal daun, mulai tumbuh. Anak pohon akan muncul, terus tumbuh dan memberikan hasil untuk keperluan manusia. Apakah manusia masih tidak bersyukur?

Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (ar-Rum/30: 50)

Tafsir Quraish Shihab: Kebun-kebun yang lebat.

Surah Abasa Ayat 31
وَفَٰكِهَةً وَأَبًّا

Terjemahan: dan buah-buahan serta rumput-rumputan,

Tafsir Jalalain: وَفَٰكِهَةً وَأَبًّا (Dan buah-buahan serta rumput-rumputan) yaitu tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan binatang ternak; tetapi menurut suatu pendapat “Abban” artinya makanan ternak yang berasal dari tangkai atau bulir gandum atau padi dan lain sebagainya yang sejenis.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman; وَفَٰكِهَةً وَأَبًّا (“Dan buah-buahan dan rumput-rumputan.”) kata al-fakiHah adalah hasil yang dikeluarkan dari tumbuhan berupa buah-buahan. Ibnu ‘Abbas berkata:

“Al-fakiHah adalah sesuatu yang dimakan dalam keadaan berair [basah] dan al-abb adalah sesuatu yang tumbuh dari tanah yang dikonsumi oleh binatang ternak dan tidak dimakan oleh manusia. ‘Atha’ berkata: “Sesuatu yang tumbuh di permukaan tanah disebut dengan al-abb.” Ibnu Jarir meriwayatkan dari Anas, ia berkata:

Umar bin al-Khaththab pernah membaca: عَبَسَ وَتَوَلَّىٰٓ Dan ketika sampai pada ayat: وَفَٰكِهَةً وَأَبًّا, dia mengatakan: “Kami telah memahami kata al-faakiHah (buah), tetapi apa arti al-abb?” maka beliau bersabda: “Demi Allah hai Ibnul Khaththab, hal itu adalah takalluf.” Dan sanad ini shahih.

Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh lebih dari satu dari Anas. Dan itu berarti juga bahwa dia bermaksud untuk mengetahui banyak, jenis dan wujudnya, jika tidak maka setiap orang yang membaca ayat ini akan mengetahui bahwa ia adalah salah satu tumbuhan bumi. Hal ini didasari pada firman-Nya: (“Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan phon kurma, kebun-kebun yang lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan.”

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dan selanjutnya Allah menyebutkan beberapa macam tumbuh-tumbuhan: pertama, Allah menumbuhkan di bumi biji-bijian seperti gandum, padi, dan lain-lainnya yang menjadi makanan pokok.

Kedua dan ketiga, Allah menumbuhkan pula buah anggur dan bermacam sayuran yang dapat dimakan secara langsung. Keempat dan kelima, buah zaitun dan pohon kurma.

Keenam, kebun-kebun yang besar, tinggi, dan lebat buahnya. Tidak hanya buahnya yang dapat dimanfaatkan, tetapi pohonnya pun dapat dijadikan bahan bangunan dan alat-alat perumahan. Ketujuh, bermacam-macam buah-buahan yang lain, seperti buah pir, apel, mangga, dan sebagainya. Kedelapan, berbagai macam rumput-rumputan.

Air yang turun dari langit dan perannya dalam “menghidupkan tanah yang mati” secara jelas diuraikan pada Surah al-Furqan/25: 48-49. Apa kandungan dari air hujan sehingga dapat digunakan untuk tumbuhnya tumbuhan ada pada Surah Qaf/50: 9.

Sedangkan uraian bagaimana bumi “terbelah”, di samping ayat di atas, juga terdapat pada Surah Fussilat/41: 39, sebagaimana pada penggalannya: “Dan di antara ayat-ayat-Nya adalah engkau melihat bumi kering tandus maka apabila telah Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan mengembang.”

Ayat tersebut menerangkan apa yang akan terjadi pada tanah yang kering apabila butiran hujan jatuh di atasnya. Ayat tersebut juga menjelaskan adanya tiga tahap bagaimana perkembangan tumbuhan sampai dengan menghasilkan buah.

Tingkat-tingkat perkembangan tumbuhan yang dijelaskan oleh ayat di atas adalah demikian:

Pertama: Bergeraknya tanah. Apa yang dimaksud dengan bergeraknya tanah adalah gerakan partikel tanah. Partikel ini terdiri dari lapisan-lapisan yang terdiri atas bahan silika dan alumina. Ketika air masuk ke lapisan-lapisan partikel, maka akan terjadi pembengkakan dari partikel-partikel pembentuk lumpur. Hal ini dapat dijelaskan demikian:

  1. Muatan listrik elektrostatis yang ada di permukaan partikel (yang terjadi setelah kehadiran air) akan mengakibatkan terganggunya stabilitas. Partikel ini akan bergerak terus, sebelum ada stabilisator yang berupa partikel yang bermuatan listrik yang berlawanan. Di sini kita seharusnya bersyukur, tentang bagaimana Allah telah menciptakan semuanya dalam pasangan-pasangan, sehingga mendatangkan suasana yang stabil dan sentosa. Termasuk dalam hal ini adalah muatan listrik
  2. Pergerakan partikel tanah juga disebabkan karena adanya tabrakan dengan partikel air. Pergerakan partikel air yang tidak teratur menyebabkan partikel tanah bergerak ke semua arah. Gerakan yang demikian ini ditemukan oleh seorang ahli tumbuhan bernama Robert Brown pada tahun 1828. Pergerakannya sangat tergantung pada kecepatan dan jumlah partikel air. Dengan demikian, pergerakan yang terjadi adalah interaksi langsung antara partikel tanah dan partikel air.

Kedua: Mengembangnya tanah. Apa yang dimaksud dengan mengembangnya tanah adalah mengembangnya partikel tanah. Partikel tanah akan bertambah tebal. Dengan demikian, tanah akan mengembang, sejalan dengan mengembangnya partikel tanah.

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa partikel tanah terdiri atas lapisan-lapisan yang berhubungan satu sama lain. Antara lapisan satu dan lainnya terdapat pori-pori. Ke dalam pori-pori inilah air dan ion-ion yang terlarut akan masuk.

Dengan bentuk pori-pori yang sangat sempit dan adanya medan elektrostatis di permukaan lapisan, maka air seperti di taruh dalam botol, dan tidak mengalir ke luar. Dengan kata lain, air akan disimpan di pori-pori di setiap lapisan.

Ketiga: Tahap Perkecambahan. Tahap perkecambahan biji terjadi saat air sudah tersedia. Saat air sudah pada tahap cukup, maka embrio yang ada di dalam biji akan menjadi aktif dan menyerap matrial nutrisi yang sederhana (material nutrisi kompleks dipecah menjadi sederhana dengan bantuan enzim).

Pada tahap ini, bakal akar tumbuh ke bawah, bergerak di antara partikel tanah untuk mencari kawasan yang memenuhi syarat dan memperoleh nutrisi yang diperlukannya. Kemudian bakal daun akan berkembang ke atas, menembus permukaan tanah, dan mengarahkan pada sumber sinar matahari.

Jadi, secara singkat, tahapan-tahapan di atas dapat dijelaskan demikian. Kata “bergerak” jelas mengindikasikan efek dari air terhadap partikel tanah. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat adanya muatan listrik elektrostatis atau benturan langsung antara partikel-partikel air dan tanah. Sedangkan kata “membengkak” mengacu pada menebalnya partikel tanah karena terperangkapnya air di antara lapisan-lapisan pembentuk partikel tanah. Dengan demikian, partikel tanah berfungsi sebagai reservoar air, tempat menyimpan air. Ini sesuai dengan ayat berikut:

Dan Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan pasti Kami berkuasa melenyapkannya. (al-Mu’minun/23: 18)

Kemudian bakal akar, dan disusul bakal daun, mulai tumbuh. Anak pohon akan muncul, terus tumbuh dan memberikan hasil untuk keperluan manusia. Apakah manusia masih tidak bersyukur?

Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (ar-Rum/30: 50)

Tafsir Quraish Shihab: Buah-buahan yang dimakan oleh manusia dan rerumputan yang menjadi santapan binatang ternak.

Surah Abasa Ayat 32
مَّتَٰعًا لَّكُمۡ وَلِأَنۡعَٰمِكُمۡ

Terjemahan: untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.

Tafsir Jalalain: مَّتَٰعًا (Untuk kesenangan) sebagai kesenangan atau untuk menyenangkan, penafsirannya sebagaimana yang telah disebutkan tadi pada surat sebelumnya لَّكُمۡ وَلِأَنۡعَٰمِكُمۡ (bagi kalian dan bagi binatang-binatang ternak kalian) penafsirannya sama dengan yang terdahulu pada surat sebelumnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: مَّتَٰعًا لَّكُمۡ وَلِأَنۡعَٰمِكُمۡ (“Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”) yaitu sebagai bekal hidup dan untuk binatang ternak kalian di dunia ini sampai hari kiamat.

Tafsir Kemenag: Semua itu merupakan harta benda untuk kesenangan hidup manusia, dan merupakan makanan baginya dan bagi ternaknya.

Tafsir Quraish Shihab: Kami hidupkan tumbuhan itu demi kesenangan kalian dan binatang ternak kalian.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Abasa Ayat 17-32 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S