Menjawab Tuduhan Ustadz Zainal Abidin Lc Tentang Shalawat Bid’ah

Menjawab Tuduhan Ustadz Zainal Abidin Tentang Shalawat Bid’ah

PeciHitam.orgHujjatu Balighah, mempertahankan argumentasi amalan ahlussunnah wal jamaah dari cacian dan tuduhan salafi wahabi tidak lain sebagai bentuk pembelajaran.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Amalan yang sudah mengakar berabad lamanya dan tidak pernah bermasalah belakangan dipersoalkan dengan cacian dan tuduhan siyirik, bid’ah bahkah kafir.

Tentunya sebagai orang berakal sehat, pengamal syair burdah tidak boleh hanya mendiamkan sahaja. Perlu ada kontra-argumentasi agar tuduhan syirik, bid’ah atau kafir mewarnai khazanah pengetahuan muslim. Teranyar adalah tuduhan bahwa Bid’ah adalah syair pembawa syirik serta pengarangnya bukanlah Ulama dilontarkan oleh Ustadz Zainal Abidin.

Pun tidak hanya burdah, shalawat yang ada dalam kitab al-Barzanji atau mauled Simtuth Dhurar juga tidak luput dari tuduhan Ustadz Salafi Wahabi tersebut. Berikut penjelasannya dalam 3 seri artikel!

Shalawat dalam Tuduhan Syirik

Syirik merupakan tuduhan serius yang seringkali didapatkan golongan ahlussunnah wal jamaah kepada Muslim di Nusantara. Pasalnya menurut golongan salafi wahabi selama tidak ada contohnya dari Nabi SAW sampai pada tataran teknis maka terlarang. Hadits Abi Dzar al-Ghifari harus menjadi periksa;

لاَ يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالفُسُوقِ، وَلاَ يَرْمِيهِ بِالكُفْرِ، إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ، إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ

Baca Juga:  Keajaiban Mahallul Qiyam, Rasakan Hadirnya Nabi Saat Pembacaan Maulid

Artinya; “Janganlah seseorang menuduh orang lain dengan tuduhan fasik dan jangan pula menuduhnya dengan tuduhan kafir, karena tuduhan itu akan kembali kepada dirinya sendiri jika orang lain tersebut tidak sebagaimana yang dia tuduhkan.” (HR. Bukhari)

Pun shalawat yang sangat umum dilantunkan di langgar-langgar, mushala, masjid dan surau di Indonesia seperti;

أحمد يا حبيبي، ياحبيبي سلام عليك، يا عون الغريب، يانور الظلام، ياشفيع الخلق، يا حبيبى سلام عليك، يا أبا القاسم، يا أبا الزهراء

Shalawat di atas dengan sangat gamblang disebut oleh Ustadz sebagai bid’ah haram dan tertolak dalam agama Islam. Alasannya adalah karena tidak pernah diajarkan Nabi SAW dan tidak ditemukan dalam riwayat-riwayat hadits. Nalar yang dibangun adalah seluruh perbuatan harus dicontohkan oleh Nabi SAW sampai pada contoh teknisnya.

Jika saja orang salafi wahabi seperti Ustadz Zainal Abidin memiliki ketahanan berpikir yang kuat, bisa dipastikan ia akan menolak penggunaan Masjid dengan lantai Marmer, menolak Media Sosial untuk berdakwah, atau menolak penggunaan speaker untuk ceramah provokatifnya.

Wong pujian untuk Nabi saja dengan menyebutkan, ‘Wahai Nabi kekasihku, semoga keselamatan tercurah kepada engkau’,’Wahai cahaya Kegelapan (Jahiliyyah)’,’Wahai ayah Qasim (Putra Nabi SAW),’wahai ayah Az-Zahra (Fatimah Az-Zahra).

Sungguh tuduhan bid’ah bahkan syirik oleh Ustadz Zainal Abidin sangat tidak berdasar kecuali kebencian kepada amalan shalawat  di Nusantara.

Baca Juga:  4 Etika Berteman dalam Islam Menurut Imam Al Ghazali

Jawaban atas Tuduhan Ustadz Zainal Abidin

Menjawab tuduhan dari Ustadz yang  pernah mengkritik lagu Balonku Ada Lima sebagai lagu Misionaris tidak lebih dari mengajari ayam berenang, sia-sia saja. Namun sebagai bentuk pemertahanan argumentasi harus dilakukan dengan memaparkan dalil-dalil.

Terkait shalawat ‘Ahmad Ya Habibi’ yang diklaim sebagai bid’ah tidak lebih sebagai pujian dan penjelasan biografi Rasulullah SAW. Pun isi dari shalawat tersebut adalah doa kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Redaksi berbeda berisi pesan sama kiranya ditemukan dalam bacaan tasyahud ketika shalat;

التَّحيَّاتُ للهِ، والصَّلواتُ، والطَّيِّباتُ، السَّلامُ عليك أيُّها النبيُّ ورحمةُ اللهِ وبركاتُه، السَّلامُ علينا وعلى عبادِ اللهِ الصَّالحينَ

Redaksi tasyahud akhir dalam hadits Riwayat Imam Abu Dawud di atas menyebutkan kata ‘السَّلامُ عليك أيُّها النبيُّ ورحمةُ اللهِ وبركاتُه’ yang tidak berbeda jauh dengan redaksi shalawat ‘Ahmad Ya Habibi’ ‘ياحبيبي سلام عليك’. Pun tidak ada seorang Muslimpun yang menyangkal bahwa kekasih terbaik dan contoh terbaik Muslim adalah Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga:  Agar Kita Terbebas dari Siksa Kubur, Begini Caranya!

Jika memang mengharapkan kekasih dan panutan selain Nabi Muhammad SAW bagi Muslim, siapa lagi yang pantas untuk itu?

Simpulannya untuk artikel pertama bantahan untuk Ustadz Zainal Abidin bahwa tuduhan bid’ah kepada shalawat tidak benar dan benar-benar argumentasi kacau. Kekacauan tuduhan tersebut sama kiranya dengan menganggap lagu ‘Balonku ada Lima’ sebagai Lagu Misionaris untuk menghancurkan Islam. Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq