Muallaf dalam NU, Sebaiknya Melewati Muallaf Center Sebelum Naik Panggung

Muallaf dalam NU, Sebaiknya Melewati Muallaf Center Sebelum Naik Panggung

PeciHitam.org Dakwah Islam dalam obyeknya setidaknya memiliki dua tujuan percabangan yaitu untuk mengajak orang yang belum berislam untuk mendapatkan hidayah dan memperkuat  kualitas keimanan dan ketakwaan. Guna mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan yang mantap, haruslah berlandaskan ilmu bersanad dari para Ulama mu’tabarah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sedangkan dalam mengislamkan orang, atau biasa disebut dengan muallaf harus dibimbing guna mengetahui ajaran dan doktrin Islam dengan benar. Tidak elok kiranya mengislamkan orang kemudian dibiarkan tanpa pendampingan guru spiritual yang tepat. Apalagi baru muallaf diberikan panggung untuk mengkampanyekan kejelekan agama lama yang  hanya memantik sentimen antar agama.

Dalam Nahdlatul Ulama, muncul lembaga baru bernama Muallaf Center dengan misi utama pendampingan memahamkan ajaran-ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin. Tradisi NU sangat langka ditemukan Muallaf diberi panggung ceramah dengan pengetahuan minimalis tentang  Islam.

Muallaf dalam Islam

Umum dipahami Istilah Muallaf merujuk kepada orang yang baru saja memeluk agama Islam atau orang kafir yang berpotensi masuk Islam. Rujukan dalil muallaf dalam al-Qur’an disebutkan dalam ayat 60 surat at-Taubah;

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاِبْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (٦٠

Baca Juga:  Perbedaan Wahabi dan Aswaja, Mulai dari Masalah Tauhid hingga Pemilihan Ulama

Artinya; “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Qs. At—Taubah: 60)

Dalam ayat di atas disebutkan bahwa Muallaf berhak menerima zakat dengan berbagai pertimbangan. KH Bahaudin Nursalim menyebutkan bahwa golongan Muallaf adalah golongan orang yang dalam baru berislam dan memerlukan service atau perlakuan lebih disbanding Muslim yang sudah kuat keimanannya.

Karena keislaman muallaf adalah keislaman yang masih lemah, seperti contoh keimanan Abu Sufyan. Beliau masuk Islam setelah peristiwa Fathu Makkah atau penaklukan kota Makkah. Maka setelah peperangan Hunain, Abu Sufyan diberikan banyak ghanimah beserta Sahabat yang baru Islam setelah Fathu Makkah.

Karena keimanan golongan ini masih lemah, oleh karenanya harus diperlakukan ‘Istimewa’ dengan tujuan penguatan keimanan. Sedangkan Sahabat Senior yang sudah masuk Islam lebih lama, tidak mendapatkan ghanimah sama sekali karena keimanan mereka sudah mantap. Oleh karena keimanan mereka tidak perlu service dengan ghanimah.

NU dan Muallaf

Melihat fenomena Muallaf berdakwah adalah kegembiraan tersendiri bagi Muslim karena menjadikan syiar Islam hidup dan berkembang. Namun ketika melihat lebih spesifik terkait fenomena dakwah muallaf yang hanya berbekal pengetahuan minim tentang Islam sangat mengkhawatirkan.

Baca Juga:  Tragedi Karbala Versi Sunni Lebih Bisa Dipertangung Jawabkan Sanadnya, Benarkah??

Hal ini bisa berdampak negatif terhadap pendangkalan Islam secara garis besar, karena yang terlihat adalah hanya caci maki dari orang Islam kepada agama lain.

Banyak kejadian muallaf yang mengaku dirinya sebagai mantan Pastoor, Lulusan Vatikan, mengklaim diri Mantan Pembesar Misionaris dan lain sebagainya.

Jika lanjutkan ternyata, konten ceramah/ dakwahnya hanya berisi muatan cacian dan sindirian kepada agama lain. Tanpa ada simpulan atau komparasi dalil berarti yang termuat dalam ceramah mereka. Hal ini menunjukan bahwa dakwah muallaf telah mengalami pendangkalan substansi.

Tujuan utama dalam berislam adalah keselamatan dunia akhirat dibimbing dengan keilmuan yang mantap. Maka setalah masuk Islam dan menjadi muallaf harus terbimbing mempelajari Islam dengan saksama dan holistik. Jangan sampai terburu nafsu ceramah naik panggung untuk mendapatkan keuntungan dalam Islam.

Baca Juga:  Jangan Ngaku Sunni Kalau Belum Kenali Tokoh-Tokoh dan Ajaran Tasawuf Sunni

Imam Ibnu Hajar al-Atsqalani mengomentari hadits Nabi tentang Ilmu;

وَأَمَّا قَوْله إِذَا فَقِهُوا فَفِيهِ إِشَارَة إِلَى أَنَّ الشَّرَف الْإِسْلَامِيّ لَا يَتِمّ إِلَّا بِالتَّفَقُّهِ فِي الدِّين

Artinya; “Adapun perkataan beliau, ‘jika mereka berilmu’ maka di dalamnya terdapat isyarat bahwa kemuliaan Islam tidaklah sempurna kecuali dengan memahami agamanya” (Fathul Bari)

Kiranya benar Nahdlatul Ulama mendirikan muallaf center guna memfasilitasi pembelajaran dan dasar-dasar ajaran Islam. Jangan sampai konversi agama dari agama lama menjadi Islam juga berdampak kepada konversi pendapatan dari ceramah.

Ash-Shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan